Timur (Adipati Dolken) berasal dari keluarga Kristen. Sedangkan Mentari (Della Dartian) berasal dari keluarga Islam. Keduanya menjalin cinta secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan teman dan keluarga masing-masing. Mereka tahu, cinta beda agama itu rumit, hingga mereka memilih merahasiakannya entah sampai kapan.
Perlahan keduanya mulai berani buka rahasia kepada keluarga masing-masing. Seperti yang mereka duga, mereka mendapat tentangan meskipun tak secara lugas.
Tetapi suatu malam keduanya mengalami kecelakaan yang membuat mereka koma. Selama koma mereka melihat alam akhirat. Ternyata di alam akhirat pun, cinta mereka terhalang perbedaan agama.
Para Hantu yang Dihantui Penyesalan
Meski menggunakan cinta beda agama sebagai sumber konflik, nyatanya film ini tak melulu membahas itu. Cinta di sini pula tak melulu cinta pada pasangan, melainkan juga cinta pada orangtua, saudara dan anak. Seakan-akan film ini ingin mengatakan, cinta yang satu tak berarti harus mengabaikan cinta lainnya.
Pemahaman itu kita dapat dari perjalanan Timur dan Mentari selama bergentayangan. Selama koma, arwah mereka yang menolak menunggu di alam akhirat, bergentayangan di dunia dan bertemu dengan arwah-arwah lainnya yang juga menolak kembali ke alam akhirat.
Lewat interaksi bersama hantu-hantu lainnya, Timur dan Mentari mendapatkan pemahaman bahwa, "Lebih mudah ditinggalkan, ketimbang meninggalkan." Atau bisa dibilang, lebih mudah direlakan, daripada merelakan.
Yah, hantu-hantu tersebut enggan kembali ke alam akhirat lantaran mereka masih berat hati meninggalkan orang yang mereka sayangi semasa hidup. Motifnya bermacam-macam. Edith, hantu perempuan yang mereka temui di galeri, masih menunggu adik perempuannya meninggal karena semasa hidupnya dia jarang memberi perhatian pada adiknya itu. Â Ada juga, hantu pria Chinese dengan anak lelakinya yang cacat akibat keteledorannya di masa lalu.
Penyesalan mereka semasa hidup, membuat mereka tertahan di dunia dan bergentayangan. Dan kisah-kisah mereka itu memberi pilihan pada Timur dan Mentari: Apakah mereka akan bertahan menjadi hantu selamanya dan cinta mereka dapat bersatu tanpa halangan; atau justru menghadapi dunia tanpa penyesalan meski dengan risiko hubungan mereka bakal usai?
Chemistry Adipati Dolken dan Della Dartian
Ini bukan kali pertama Adipati Dolken dan Della Dartian bertemu dalam satu film. Sebelumnya mereka pernah terlibat peran dalam "Love for Sale 2".
Jika di "Love for Sale 2" kemesraan mereka lebih bersifat transaksional belaka; di film ini kemesraan mereka tampak manis dan memikat. Keduanya seperti pasangan yang serasi, laiknya tutup bertemu wadahnya, saling melengkapi.
Kedekatan mereka tampak jelas terwakili dari obrolan mereka, guyonan mereka, bahkan dari saat mereka tengah berdebat.
Maka tak mengherankan, di ujung film, ciuman mereka terasa begitu dalam dan bermakna.
Konsep Keseimbangan Semesta
Konsep akhirat di film ini cukup unik. Â Tiap orang yang meninggal, bakal dijemput oleh seorang berbaju hitam dan memakai ikat kepala. Mereka bakal dibawa ke akhirat mereka masing-masing berdasarkan agama mereka semasa hidupnya. Bentuk akhiratnya berupa hutan dengan beberapa pintu gerbang yang dijaga oleh seorang berbaju hitam pula.
Sayangnya ada sesuatu yang mengganjal soal akhirat yang ditampilkan Jason Iskandar sebagai sutradara. Yaitu soal arwah yang kabur dari akhirat menghindari waktu kematiannya yang katanya bakal mengganggu keseimbangan alam semesta.
Jika benar arwah-arwah yang kabur itu berakibat pada terganggunya keseimbangan alam semesta, bukankah seharusnya ada orang berbaju hitam lainnya yang bertugas mengejar dan menangkap hantu-hantu tersebut? Saya sendiri tak begitu ngeh keseimbangan semesta yang bagaimana yang dimaksud di sini. Satu yang pasti, penyelesaian atas masalah ini terkesan sepele. Semudah mengganti kaos kaki. Hal ini cukup mengganggu. Terlebih adegan puncak menggunakan konsep tersebut.
Meski begitu, film ini adalah film yang menyenangkan ditonton. Kapan lagi Anda mendapatkan film yang ringan dan menghibur tapi juga punya makna semacam ini. Cocok ditonton bersama pasangan Anda. Selamat menonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H