Mohon tunggu...
M Yahya Mukhlisin
M Yahya Mukhlisin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

pengalaman adalah guru terbaik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Masyarakat terhadap Pluralisme dan Multikulturalisme

15 November 2021   23:46 Diperbarui: 15 November 2021   23:53 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah "pluralisme" mengandung arti yang kontroversial sehingga sering menimbulkan perdebatan. Seseorang dapat menerima dan sekaligus menolak pluralisme terrgantung pada definisi mana yang digunakan hal inilah yang menyebabkan Majlis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa yang menolak paham ini, karena dianggap memberikan perelativan dalam beragama atau menggampangkan syariat. 

Pengakuan bahwa semua agama adalah benar, menjadikan agama kehilangan kemutlakannya, karena dapat menimbukan pandangan yang tidak dapat dipertemukan bahlaln saling bertolak belakang. 

Dalam nilai histroy setiap Agama mempunyai history tersendiri yang menjadikan agama itu benar dalam pandangan bagi setiap pemeluknya namun dalam perjalan waktu satu agama akan berhadapan dengan agama lainya dalam artian perbedaan pandangan agama satu dengan lainnya dalam bertuhan. 

Agama yang lain tersebut olelh pengikutnya juga dianggap mampu menjadi sistem nilai yang mengatur kehidupan mahluk terutama kemanusiaan dan mengklaim dirinya bahwa agama yang dia anut juga menuju yang Ilahi. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa pluralisme merupakan istilah yang mengandung pengertian dan kecenderungan pemaknaan yang berbeda-bed. 

Pengertian Pluralisme dalam pendekatan sosiologis tersebut memberikan gembaran tentang realita masyarakat majemuk yang artinya tinggal tidak bersama-sama dalam satu lingkup walaupun berbeda-beda pandangan dalam menganut agama terutama yang disitu setiap golongan atau kelompok memberikan dan menampilkan rasa hormat dan tolerasansi yang tinggi satu sama lalin, agar tidak menimbulkan konflik antar golongan karena perbedaan pandangan, haraan dari  pada sifat pluralisme sendirikan adalah untuk mempersatukan berbagai pandangan agama dalam satu wadah yaitu pluralisme yang diibaratkan simbol pemersatu umat beragama yang nantinya terjadi pembauran pada masyarkat baik secara fisik maupun pemikiran yang menimbulkan rasa kebersamaa yang tinggi, menjunjung semboyan Bhineka Tunggal Ika dan rasa sang menghormati yang tinggi. Berbeda dengan pengertian sebelumnya yang membahas pengertian secara teologis sehingga menimbulkan kontroversi bahkan dapat berujung dalam pemahaman yang dilarang, penegrtian ini merupakan pengertian "netral" yang mudah dipahami dan diterima,

Pluralisme secara panjang lebar dijealaskan dan dikelompokkan oleh Anis Malik Thoha  dalam 4 karakter yaitu: humanisme sekuler, teologi global, senkretisme, hikmah abadi.

Humanisme sekuler, bercirikan antroposentrisme, atau anggapan bahwa manusia merupakan pusat dari kehidupan mahluk, pandangan yang sangat tua yang akar pemikirannya dapat dilihat dalam pandangan Protogoras (490-420 SM), bahwa manusia adalah satu-satunya standart bagi segala sesuatu. 

Oleh karena itu manakala ada perbedaan pendapat di kalangan manusia  dalam suatu persoalan merupakan hal yang wajar karena memang tidaka ada sesuatu yang disebut sebagai "kebenaran objektif" kebenaran tidak dapat dipaksakan karena sifatnya yang sujektif. Bahkan Nabi Muhammad bersabda Bahwa perbedaan diantara umatku adalah rahmat yang dalam artian perbedaan itu baik dan kebenara bersifat subjektif

Teologi global, salah satu pengusung utama teologi ini adalah Wilfred Cantwell Smith yang menulis buku Towards a World Theology (Menuju sebuah Teologi Dunia). Konsep yang dia tawarkan adalah Universal friendship (persahabatan uniersal) Ia melontarkan tesis tentang perlunya pengkajian ulang terminologi agama, karena berdasarkan kajian yang ia buat bahwa agamalah yang memecah belah manusia menjadi banyak sekte dan kelompok agama yang menjadikannya saling berkonflik, bahkan hal ini terjadi bukan hanya pada agama yang berbeda tetapi juga dalam satu agama yang sama. Ia dengan tegas menyatakan bahwa di bumi maupun di langit, tidak ada sesuatu yang bernama agama. Agama baginya adalah sesuatu yang dianggap oleh orang melalui kacamata pemikiran tertentu sebagai nama sekumpulan keyakinan yang terorganisasi yang berkembang dari masa ke masa yang kemudian disebut agama, padahal tidak ada esensinya sama sekali yang bisa dipahami secara jelas.

Hikmah Abadi adalah mengembalikan agama ke habibat asal kesucian dan kesakralan yang sempurma lagi  absolut serta ingin mempermalukan semuanya secara adil dan sama rata. Hikma Abadi adalah hakikat esotoric, hakikat yang transenden dan tunggal, yang kemudian terekspesikan dalam bentuk hakikat exiteric yang begitu beragam dan terpancar dalam berbagai agama.

MULTIKULTURALISME

Dalam konsep multikulturalisme sebenarnya tidak beda jauh dengan pluralisme yang mengartikan bahwa pengenalan dan perbedaan dalam bergama dua kata tersebut bahkan sering disangkut pautkan dalam mengaplikasikannya didalam kehidupan yaitu bagaimana cara mengapresiasi dan menghargai berbagai perbedaan yang didasarkan kepada pendekatan multikulturalisme, karena perbedaan pendapat atau paham sesuatu tidak menjadi penentu pemisahan suatu bangsa, tetapi diharapkan menjadi pelengkap akan kebergaman bangsa, suku, ras dan budaya yang terikat dan perekat dalam negara, masyarkat multikulturalisme dicirikan orang-orang yang dari berbagai kebangsaan yang hidup dalam suatu keelompok atau golongan yang sama. 

Dalam kelompok tersebut mempertahankan warisan, berbagai cara hidup, bahasa, seni, tradisi,perayaan-perayaan atau acara adat istiadat, ras dan juga etnis. Multikulturalisme adalah respon terhadap fakta dari pluralisme budaya kepada kelompok budaya atas pengucilan, deskriminasi, dan juga penindasan-penindasan terhadap kelompok minoritas. 

Di Indonesia pelaksanaan pluralisme dan multikulturalisme yang menitikberakanpada daerah, etnis dan tradisi, iman dan toleransi, masalah itu adalah seperti menjaga keamanan ekonomi dan keamanan budaya setiap daerah, yang akan memeberikan solusi pada konflik didaerah tersebut, atau seyogyanya meminimalisirkan kemungkinan konflik secara signifikan, yaitu diantaranya untuk pencegahan konflik budaya adalah dengan melakukan dialog antar budaya, untuk itu dalam menghadapi masyarakat yang seperti itu pemerintah dalam programnya memberikan kesempatan berfikir secara protektif dalam artian terbuka dalam berfikir apalagi dilingkungan yang minoritas karean dapat trjadi deskriminasi kelompok dan golongan. Nilai-nilai yang didapat dari multikulituralisme adalah

  • Nilai Inklusif (terbuka) yaiut nilai yang memandang bahwa kebenaran yang dianut oleh suatu kelompok, dianut juga oleh kelompok lain
  • Nilai Mendahulukan Dialog (Aktif) Dengan dialog, pemahaman yang berbeda tentang suatu hal yang dimiliki masing-masing kelompok yang berbeda dapat saling diperdalam tanpa merugikan masing-masing pihak
  • Nilai Kemanusiaan (Humanis) Kemanusiaan manusia pada dasarnya adalah pengakuan akan pluralitas, heterogenitas, dan keragaman manusia itu sendiri. Keragaman itu bisa berupa ideologi, agama, paradigma, suku bangsa, pola pikir, kebutuhan, tingkat ekonomi, dan sebagainya
  • Nilai Toleransi Dalam hidup bermasyarakat, toleransi dipahami sebagai perwujudan mengakui dan menghormati hak-hak asasi manusia. Kebebasan berkeyakinan dalam arti tidak adanya paksaan dalam hal bergama, berpikir, berpendapat, dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun