Mohon tunggu...
404 Not Found
404 Not Found Mohon Tunggu... Lainnya - 404 Not Found - 最先端の人間の推論の開発者の小さなグループ。

私のグループと私は、デジタル世界の真実を求めて舞台裏で働いている人々です。私たちは、サイバー空間に広がるすべての陰謀の背後にある真実を述べています.

Selanjutnya

Tutup

Diary

"I'm Unpredictable Person" | Membongkar 'Mimpi' Generasi Muda yang "Sok Dewasa" Jaman Now

25 Januari 2023   12:50 Diperbarui: 25 Januari 2023   15:12 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebab, spesifikasi moral yang pas 'saat ini' sudah semakin 'tidak pasti' - gender dan seks sudah menjadi 'air keruh' yang tidak dapat difilter lagi dengan efek-efek akademik dan penelitian spesifik terkait psikologi. Kegilaan terjadi pada taraf yang tidak dapat diselamatkan oleh Ilmu Pengetahuan akan buku, tetapi masih punya potensi untuk digerakkan oleh Sang Pencipta dalam porsi rohani yang lebih intens dari yang biasanya. 

Jangan anggap remeh kerusakan moral generasi muda, bukan karena masa depan saja yang hancur, tetapi Tuhan pun akan ikut dihancurkan oleh manusia sendiri karena lebih nyaman kelupaan beribadah daripada kelupaan mengerjakan paper akademik atau membuka gadget sesuai agenda masing-masing. 

Entah poin pertama atau yang kedua, semuanya sama saja: hampir tidak dapat menangisi kenyataan yang mengubah 'bubur menjadi ampas kandang'. Ada yang mungkin ingin sharing tentang penderitaan hidup sebagai motivasi hidup, akan saya apresiasi luar biasa sebagai sesama manusia yang masih berpijak di bumi. Teka-teki lain tidak perlu dibuka lebar-lebar karena saya masih punya 'batu untuk dilempar ke perpustakaan tua' yang katanya 'membuat semua orang bisa menjadi lebih pintar' tapi tidak sedikit yang lupa diri. 

Saya membuka portal potensial untuk dikoreksi demi Anda semua untuk diri masing-masing, terlebih gen 90an yang masih menyisir rambut-rambut cinta dan romantika dari menikmati belaian media yang memabukkan sekaligus menjebak. Laki-laki akan merenggangkan otot kakinya karena berolahraga dalam berbagai peran kontekstual dan dikerubuti keluhan-keluhan tak jelas tentang masa depannya yang 'abu-abu' dan serba-bianglala dalam imajinasi, sedangkan perempuan akan lebih sering menepikan diri menghadapi cermin digital yang membutakan dirinya dari dunia nyata yang 'kurang ramai' menurut prakiraan ketika menengok sosmed. 

Bukan perkara menjaga tema feminisme yang menentang budaya patriarki yang diklaim 'otoriter' dan 'mendominasi', tetapi karena fenomena sosial kontekstual dan peradaban yang dihadapi bukan melahirkan 'masalah' dari 'masalah', tetapi menubrukkan apa yang sebenarnya 'terjadi dalam imajinasi keseimbangan moral' sebagai ciptaan Tuhan. Obyektifikasi perempuan sebagai 'bahan material pencipta imajinasi liar' laki-laki sebenarnya lebih kepada ketumpulan batin dalam mengintegrasikan realitas di dunia nyata dan dunia maya, bukan kepada otoritas budaya yang suka dituduh sebagai 'biang keladi masalah moral' dalam kaitannya dengan gender. 

Sebaliknya, kemunafikan batiniah kedua spesies istimewa ciptaan Tuhan inilah yang melahirkan problematika yang tak kunjung berakhir terkait masalah moral dan posisi sosial seseorang. Laki-laki salah karena kepolosannya dan kejujuran diri yang harfiah akan nafsu fisik (bukan otoritasnya menurut kaum feminis) menjawab tantangan media untuk merealisasikan 'secara paksa' siapa yang mempunyai essential-power menggauli lawan jenisnya atau bahkan saat ini menggauli sesama jenisnya. 

Kebalikannya, perempuan yang tertutup dan sederhana yang penasaran dengan 'peran dominasi lawan jenis' (bukan tertindas, seperti kata feminis) dengan kebutaan imajinasinya dan kebohongan batin 'tanpa senyum' akan cinta dan kasih sayang manusiawi ditantang oleh media untuk merombak rehabilitasi batiniah-nya sendiri sehingga menjadi liar dan bahkan 'lebih ganas' daripada laki-laki saat menyentuh zona G-force dalam teknik penerbangan jangka pendek maupun jangka panjang. 

Kita terbuka saja, bahwa kejujuran saat ini sangat susah untuk ditemukan, mengingat kebohongan batin kerap terlihat dari gelagat Anda saat menyukai orang lain ketika bertemu tetapi terlalu banyak diam sehingga merenung di balik story-story sosial media yang mengindikasikan 'budaya bucin' yang trending sesuai isi hati dan bukan berdasarkan titik GMT Global.

Laki-laki mulai merajut kalimat-kalimat versi 'buaya jantan' menurut 'buaya betina' sambil melirik-lirik album-album 'kecantikan' versi instagram atau gerak-gerik Nyai Kidul versi Tiktok namun sesuai ekspetasi atas komparasi imajinasi mengenai 'target seksual' yang ditemui, memposisikan diri sebagai 'tokoh pahlawan kemalaman' sambil mengejar cita-cita menaklukan perempuan idaman di atas landasan pacu setebal tikar plastik yang intinya 'download success'. 

Perempuan pun sama dan bahkan lebih ganas dalam hal meningkatkan kepercayaan diri dan merawat kulit anti-lecet panas debu kotor dan dosa fisik dengan membumbui pikirannya dengan romantika seni internet yang terlampau jauh - mengkhayali laki-laki idaman seputih kertas HVS A4 yang baru keluar dari PT Percetakan Sindo adalah 'teman bantal'-siang dan malamnya, merombak daftar belanjaan demi menjadi 'model untuk diri sendiri', berspekulasi tentang anak laki-laki yang terlalu imut untuk dipelihara sampai gede.

Bahkan dengan berani menyangkali 'lingkungan pergaulan' dengan berpura-pura menutup pintu dan gorden, menerjemahkan handuk atau zona basah-basah dan 'pelumas pribadi' untuk mengintrospeksi kebutuhan batiniah personal di balik gelapnya kamar tidur yang awalnya sejuk mendadak menjadi panas demi 'memimpikan mimpi yang hanya menjadi mimpi'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun