Aspek serupa menjadi musuh yang tak terkalahkan bagi proses pembentukan dan penciptaan tubuh manusia secara luar-dalam. Alat bantu gerak, alat bantu dengar, alat bantu baca, alat bantu bernapas, dan ratusan-ribuan alat bantu penunjang 'fisik' manusia apapun itu, tidak akan pernah "setara" dengan sisi lain yang bukan ciptaannya Sang Pencipta. Robot yang berotak AI yang diklaim cerdas sekalipun tidak dapat "menyempurnakan" proyek penciptaan "Dunia Baru" yang dijanjikan.
Sebaliknya, karena kegagalan itu, manusia pendulang emas di balik layar justru mempermainkan psikologi masyarakat Global 'yang notabene' sudah terbius cukup lama dengan dunia internet dengan memotivasi diri mereka sendiri, mengendalikan arah konspirasi realitas menjadi konspirasi semu bahwa"teknologi yang masih dalam pengembangan ini, bla-bla-bla-bla..." seolah ingin meyakinkan dunia bahwa "mereka belum gagal" untuk menciptakan dunia yang lebih nyaman daripada dunia nyata dari Sang Pencipta.
Sebaliknya, oknum-oknum super-cerdas 'yang hendak menyatakan realitas di balik konspirasi ini' berjuang memanifestasikan 'ancaman' Ilmu Pengetahuan sebagai 'hiburan', misalnya film-film fiksi ilmiah (sci-fi) sebagai bentuk pesan 'braille' terselubung yang hanya mampu dibaca oleh segelintir manusia 'lain'.
Ada yang 'ketahuan' tetapi mampu diantisipasi oleh Ilmu Pengetahuan dengan memberi cap 'spekulasi ilmiah' atau 'cerita khiasan' sebagai strategi pengubah arah penafsiran agar tidak ketahuan kebenarannya, tetapi ada juga yang 'lolos sensor', salah satunya jika pesan 'braille' tersebut ditransformasikan dengan versi 'terbelakang', misalnya kartun atau film klasik dengan desain grafis yang sengaja dirancang 'dalam versi lama atau ketinggalan zaman'.
Jika ada yang 'blak-blakan' membeberkan 'proposal' tersebut, biasanya akan dihantui pelan-pelan dengan 'pola eksploitasi inverted melalui media massa' seperti gosip, konspirasi fiksi-ilmiah, bahkan perumusan 'teori Ilmu Pengetahuan tandingan yang lebih ilmiah' agar banyak mata dan telinga tidak dapat 'dengan jelas' mendengar atau menyaksikan kebenaran yang sedang diwartakan - itulah strategi spektakuler yang 'tidak terduga' dari kuasa manusia yang tidak tertandingi.
Terus, bagaimana dengan 'kreasi metaverse' tadi? Apakah masih ada lagi? - pertanyaan bagus, tetapi akan saya tulis lagi di diary berikutnya karena saya belum mempunyai waktu ekstra untuk 'bercerita' lebih lama daripada sebelumnya. (mungkin di sini, Anda klik lagi biar bisa baca lagi diary saya yang berkaitan dengan ini)
*translated by 404 - found on Jan, 21th, 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H