(sambungan dari kisah sebelumnya...)
Pendidikan 'yang adil' adalah pendidikan yang tidak berorientasi pada branding lembaga secara publik, tetapi lebih kepada quality-personal yang lahir dari lembaga yang dimaksudkan (lembaga pendidikan) - apa yang bisa dilakukan output para generasi itu untuk menghidupi dirinya dan bangsa ini agar tidak mejadi 'batu sandungan' melainkan 'batu bangunan' yang berdaya-guna membangun dunia, mulai dari Tanah Air Internet kita ini.
Mengakiri kisah jenjang menuju tingkat sarjana tahap pertama, target saya dalam tingkat ini adalah 'membangun konsep berpikir teoritis dan (kolaborasinya dengan) jalur idealis dalam rancangan pembangunan manusia yang berorientasi pada teka-teki intelektual praktis' - artinya, para generasi muda, bisa mempersiapkan 'proposal-proposal ideologinya' dengan mengandalkan 'kemampuan intelektual dalam mengolah teori-teori akademik menjadi sebuah mini-design aktus nyata (strategi semi-praktis) dari kegiatan bersekolah pada taraf ini'. Silahkan Anda refleksikan itu - teori sebagai 'sebuah permainan intelektual' yang siap memicu 'aktus praktis positif' dalam mencapai tujuan untuk apa Anda bersekolah. Mungkin tafsiran saya sedikit hiperbolis, tetapi sebenarnya 'sangat sederhana'.
Kita melompat ke status pencapaian tingkat satuan pendidikan S2 - yang saya sebut sebagai "zona tingkatan pengembangan ilmu pengetahuan ke ranah advanced knowledge". Artinya, apa yang sudah dipersiapkan secara matang dan jelas pada tingkat pendidikan menuju S1, sekali lagi akan diulangi.
Bukan lagi hanya pada tahap 'ideologi' apalagi 'idealis', tetapi tentang "bagaimana cara merealisasikan apa yang saya bayangkan dan apa yang dapat saya ciptakan dari rencana tahap awal sebelumnya?".
Para generasi muda yang mengenyam di zona ini, dilatih secara lebih serius oleh para agen akademik (tenaga pengajar, dosen) untuk berani mengambil langkah berani yakni mempersiapkan sebuah metateori atau metakonsep tentang sebuah teori 'baru', secara ilmiah konseptual praktis dan teoritis sebagai sebuah prioritas pengembangan ilmu pengetahuan (menciptakan metamodel atau metakonsep-metakonsep teoritik) - zona semi-praktikum/pre-creator (pra-penciptaan dan pra-praktikum). Anda tidak lagi bercokol pada diskursus-diskursus mengenai sekelebat teori-teori zaman purba yang sudah tidak relevan lagi di negara dan bangsa kita tercinta ini.
Anda dibebas-tugaskan dari tuntutan penafsiran atas teori-teori politik-sosial-budaya-ekonomi yang diklasifikasikan pada tataran relevansi-kontekstualnya yang 'kelewat fleksibel' (tidak relevan dan sesuai dengan situasi bangsa dan negara kita saat ini) yang ada di dalam buku untuk dihapal mati-matian demi mendapat nilai A atau E (100 atau 0) demi selembar kertas istimewa yang namanya ijazah itu.
Ilmu Pasti yang bersifat numerik murni dan algoritma numerik proporsional (rumus matematis, fisika, dan kimia) mungkin menjadi opsi pertimbangan lain yang masih bisa ditolerir karena berkaitan dengan 'kepastian' dalam menjadikan ilmu sebagai tolak ukur rasionalitas-presisi numerik yang tidak dapat dibantah secara ilmiah.
Tetapi bagaimana dengan ilmu selain ilmu matematis? Itulah tugas Anda - menyalurkan kemampuan inteligensia Anda sebagai makhluk berintelektual tinggi untuk mentransformasikan teori-teori yang "masih bisa direlevansikan" ke dalam zona kontekstual sebagai materi-materi pendukung dalam menciptakan zona proporsional yang 'khas' dan sesuai dengan tema pembahasan Anda.
Para generasi muda ini dilatih dengan kemampuan inteligensia praktis dan kritis dalam membangun perspektif 'potensial' yang memungkinkan sebuah teori masih bisa atau dapat berdaya guna praktis dan teoritis bagi Anda sebagai mahasiswa, Saya dan yang lain sebagai warga negara ini,, serta kontribusinya bagi Bangsa dan Negara.