Kenapa saya memberikan model transform Bold pada kalimat-kalimat tertentu? Karena sebagian besar umat manusia sejatinya mengalah atas produk ciptaannya sendiri - ilmu pengetahuan yang ilmiah - yang justru semakin lemah dengan 'membela' kekuatan ilmu pengetahuan yang 'menyesatkan' ini pada taraf tertentu, yakni dengan melahirkan konsep "pemisahan antara agama dan ilmu pengetahuan". Padahal, nalar yang tajam itu seharusnya mampu memotong 'pembungkus' yang menutup rapat fakta yang ada di balik diskursus yang lahir dari kontestasi (perdebatan) mengenai kedua hal di atas - ilmu pengetahuan dan agama (mistik). Saya mengatakan hal demikian karena saya tidak setuju bahwa ilmu pengetahuan 'selalu benar' atas setiap hal yang ada di atas muka bumi ini. Terus, kenapa kajian problematika tersebut tidak dapat dipecahkan? kenapa teori yang dimaksudkan justru menyinggung, bukan membantu? Saya melanjutkan cerita saya dengan membalikkan posisi yang sebelumnya membela scientifics menjadi provokator ilmu pengetahuan dan sains.
Bagaimana ilmu pengetahuan sekali lagi melangkahi kegagalan tersebut? Para ilmuwan pun berpikir tentang bagaimana cara mengikis keyakinan banyak orang tentang agama dan sekelebat awan mistik yang mengitarinya (yang sampai hari dan detik ini tidak dapat dijelaskan secara ilmiah)? Maka dari situlah, ilmu pengetahuan menciptakan sebuah konsep humanisme-natural sebagai kelompok tandingan kaum religius yang dikenal hingga sekarang - Atheisme.
Atheisme adalah keyakinan atau pandangan bahwa tidak ada Tuhan atau entitas supernatural. Orang yang menganut atheisme dianggap tidak percaya atau tidak memiliki keyakinan dalam Tuhan atau entitas supernatural. Atheisme dapat diartikan sebagai negasi atau ketidakpercayaan dalam Tuhan, atau sebagai keyakinan bahwa Tuhan tidak ada. Atheisme telah ada selama ribuan tahun dan muncul dalam berbagai bentuk dalam sejarah. Beberapa filsuf kuno seperti Epicurus dan Lucretius menulis tentang keyakinan mereka dalam tidak adanya Tuhan. Pada abad ke-18 dan ke-19, filsuf seperti David Hume dan Immanuel Kant mengeksplorasi konsep atheisme dalam filsafatnya. Namun, atheisme sebagai gerakan sosial dan intelektual baru muncul pada abad ke-19. Salah satu tokoh yang dianggap sebagai "pencetus" atheisme adalah Charles Bradlaugh, seorang aktivis politik Inggris yang berjuang untuk hak-hak non-religius dan mempublikasikan buku yang mempromosikan atheisme pada abad ke-19. Atheisme saat ini juga diakui sebagai pandangan yang dapat diakui secara hukum dan diakui sebagai hak asasi dalam negara-negara yang menganut sistem demokrasi, meskipun masih ada beberapa negara yang melarang atau mengekang penyebaran atheisme.
Masih ragu? Bahkan Anda yang membacanya boleh berspekulasi bahwa saya adalah orang gila dan tidak masuk akal. Tetapi, saya 100% yakin bahwa Anda sebagai pembaca tidak menyangka bahwa konsep alam bawah sadar yang dikemukakan oleh Sigmund Freud merupakan salah satu 'tameng dan senjata' ilmu pengetahuan untuk memerangi pengetahuan tentang jiwa yang senantiasa dikumandangkan oleh agama-agama di seluruh dunia.
Teori alam bawah sadar dikemukakan oleh Sigmund Freud, seorang psikiater dan penulis Austria yang dikenal sebagai salah satu pendiri psikoanalisis. Freud mengembangkan teori ini pada awal abad ke-20 dan menyatakan bahwa alam bawah sadar adalah bagian dari pikiran yang tidak sadar yang mengandung pengalaman, ingatan, dan dorongan yang tidak dapat diakses oleh pikiran sadar. Ia menyatakan bahwa alam bawah sadar mengendalikan banyak perilaku dan dorongan manusia, dan bahwa masalah psikologis dapat diakibatkan oleh konflik antara alam bawah sadar dan pikiran sadar. Freud juga mengembangkan konsep dasar dari psikoanalisis, yaitu bahwa masalah psikologis dapat diakibatkan oleh trauma masa lalu yang tidak disadari dan masih terkait dengan dorongan-dorongan instingtif yang tidak terpenuhi. Ia menyatakan bahwa terapi psikoanalisis dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah ini dengan mengeksplorasi dan mengidentifikasi konflik alam bawah sadar. Teori alam bawah sadar Freud menjadi sangat penting dalam psikologi dan psikiatri, meskipun ada kritik yang diterima dari beberapa kalangan. Namun, banyak dari konsep dan metodenya yang digunakan dalam terapi dan kajian psikologi saat ini.
Kenapa saya katakan demikian bahwa "konsep alam bawah sadar yang dikemukakan oleh Sigmund Freud merupakan salah satu 'tameng dan senjata' ilmu pengetahuan untuk memerangi pengetahuan tentang jiwa (aspek mistik manusia) yang senantiasa dikumandangkan oleh agama-agama di seluruh dunia ?". Anda juga tidak akan menyangka bahwa Sigmund Freud juga merupakan bagian 'orbitan eksplisit' ilmu pengetahuan dari Atheisme. Sigmund Freud adalah seorang pencetus teori alam bawah sadar dan psikoanalisis (pasti banyak yang tidak tahu secara pasti apakah ia seorang Atheis atau tidak). Namun, dalam beberapa karya dan catatannya, dia menunjukkan beberapa pandangan yang menunjukkan ketidakpercayaannya pada Tuhan atau entitas supernatural. Dalam beberapa catatannya, Freud menyatakan bahwa keyakinan pada Tuhan adalah proyeksi dari dorongan-dorongan manusia yang tidak terpenuhi, dan menyatakan bahwa keyakinan pada Tuhan hanyalah bentuk ilusi yang digunakan oleh manusia untuk mengatasi ketakutan akan kematian. Dia juga menyatakan bahwa agama adalah produk dari proses psikologis yang sama seperti neurosis, dan bahwa keyakinan pada Tuhan hanyalah bentuk ilusi yang digunakan oleh manusia untuk mengatasi ketakutan akan kematian. Meskipun demikian, Freud juga menyatakan bahwa keyakinan pada Tuhan merupakan bagian dari kultur manusia dan dapat memiliki fungsi yang positif dalam kehidupan seseorang. Dia juga menyatakan bahwa keyakinan pada Tuhan dapat digunakan sebagai metode untuk mengatasi masalah psikologis. Secara keseluruhan, pandangan Freud tentang Tuhan dan agama cukup kompleks dan tidak dapat didefinisikan dengan jelas sebagai atheisme atau theisme. Ia lebih fokus pada aspek psikologis dari keyakinan pada Tuhan dari pada aspek spiritual.
"Kenapa pada bagian bahasan mengenai alam bawah sadar Sigmund Freud justru Anda masukkan di dalam tulisan ini? Itu sangat tidak masuk akal!" - terima kasih atas tanggapan Anda tetapi saya tidak peduli, karena intervensi Anda terkesan seperti makhluk yang namanya manusia yang sudah kecanduan dogma teoritis sehingga nalar Anda mati dan saya menyukai ketersesatan Anda dalam menggunakan nalar. Anda tahu saya sedang bercerita, bukan? Anda tidak sadar bahwa ketika Anda mengikuti alur cerita saya, Anda masih saja dibayang-bayangi oleh struktur menulis ilmiah yang 'menghantui' gaya berpikir Anda ketika mendengarkan orang lain berbicara secara non-formal. Terlalu mengintervensi setiap hal tetapi tidak sesuai konteks situasional akan membuat Anda sebagai orang yang gampang dijauhi di lingkungan non-ilmiah. Jika Anda ingin tahu kenapa saya memasukkan konsep Alam Bawah Sadar Sigmund Freud ke dalam cerita saya adalah dengan alasan naluriah logistik sederhana, sehingga perhatian Anda jangan dulu dikaburkan dengan strategi intervensi ilmiah yang tidak saya butuhkan dalam konteks cerita saya.
Ilmu pengetahuan pada tataran menguji-coba aspek spiritual manusia, lebih kepada menelusuri "pengalaman mistik" yang diciptakan oleh otak manusia mengenai sesuatu yang secara implisit 'tidak kelihatan' oleh mata telanjang. Ilmu pengetahuan mencoba untuk mengetahui pengalaman mistik manusia melalui metode ilmiah yang obyektif dan dapat diuji. Ini termasuk menggunakan teknik observasi, eksperimen, dan analisis statistik untuk menguji hipotesis tentang pengalaman mistik. Penelitian ini sering dilakukan di bidang seperti neurosains dan psikologi, yang mencoba untuk menjelaskan mekanisme di balik pengalaman mistik dan bagaimana hal itu mempengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang. Namun, karena pengalaman mistik sering dianggap subyektif dan sulit diukur, penelitian ini sering dianggap kontroversial dan belum diterima secara luas dalam komunitas ilmiah.
Jika berbicara tentang neurosains dan psikologi, apakah tidak ada hubungannya dengan idea dari Sigmund Freud? Dengan teknik 'probabilitas logistika-proposisi' yang saya kumandangkan pada tulisan sebelumnya, tentu akan senantiasa membuat Anda terkesima bagaimana teori saya dapat mampu menyesatkan alur berpikir Anda yang kerap mengintervensi segala hal yang dirasa tidak masuk akal, kemudian akan menjadi masuk akal. Kecerdasan dalam membangun kerangka berpikir tidak sepenuhnya harus memenuhi proporsional kerangka berpikir ilmiah yang Anda temukan selama Anda bersekolah, karena itu tidak dapat memicu rasa ingin tahu seseorang akan sesuatu hal, entah 'itu baru' atau 'lama'. Dengan demikian, intervensi-intervensi Anda sebenarnya merupakan pemetaan praktis kegagalan Pendidikan di Indonesia untuk mencapai visi "bagaimana menggerakkan nalar manusia (SDM) untuk berpikir lebih maju" dan bukan stagnan sebagaimana yang saat ini kita alami dan rasakan. Jangan menyombongkan diri dengan kemampuan ber-filsafat klasik dan konvensional Anda untuk menanggapi segala hal yang ada di dunia ini. Buatlah 'shortcut' yang lebih kreatif dalam berpikir, sehingga Anda dengan sendirinya dapat menjadi orang yang mempunyai 'kharisma' jika berdiri di depan microphone dan banyak orang. Oke, cukup sampai di situ saja gertakan motivasi saya untuk Anda yang berpikir se-linear dengan serumpun pertanyaan serupa. Kita kembali ke cerita saya mengenai 'KEGAGALAN SAINS DAN ILMU PENGETAHUAN'.
Menghadapi KEGAGALAN tersebut, akhirnya langkah terakhir para budak Sains dan Ilmu pengetahuan pun lebih berani dalam menelusuri lebih jauh tentang "aspek mistik" manusia religius dengan 'melemparkan umpan matang', yakni salah satu ilmu yang dikenal dengan istilah ibu dari semua ilmu, yakni Filsafat, untuk "menjinakkan" nalar manusia religius yang dianggap 'sesat' secara ilmiah sebagai cara terakhir untuk meyakinkan publik bahwa mereka 'tidak pernah gagal' - dan uniknya, teknik terakhir itu menjadi amat-sangat-luar biasa efektif. Langkah dari ilmu pengetahuan untuk menyelamatkan diri dari serangan logistika berpikir manusia religius adalah dengan terciptanya ilmu teologi (yang secara ilmiah menjadi sah dan valid namun pada tataran perspektif 'mistik' atau pandangan kolektif tertentu) dengan melabelkan oknum-oknum intelektual yang secara 'nalar' (intelek) mempunyai kemampuan luar biasa dalam memetakan daya berpikir 'ilmiah' manusia untuk memahami "sisi mistik" dari manusia itu sendiri. Sains dan Ilmu pengetahuan sekali lagi berhasil melangkahi dan memprovokasi manusia dengan dua entitas ciptaannya - ilmu pengetahuan umum (alam, sosial, dsb.) dan ilmu teologi. Mereka memosisikan diri sama seperti saya akan memosisikan diri sebagai opposite dari trik sederhana konsep neokolonialisme - merusak, lalu mendamaikan (dan 'mereka' adalah neokolonialis-intelek). Sekali lagi, siapa yang mampu meruntuhkan argumentasi struktural yang terkesan natural ini?
Teori tentang Tuhan atau teologi naturalis adalah cabang dari teologi yang mencoba untuk menjelaskan eksistensi dan sifat Tuhan dengan menggunakan metode ilmiah dan filsafat. Beberapa filsuf dan sarjana yang dikreditkan sebagai pencetus dari teologi naturalis termasuk: