Mohon tunggu...
404 Not Found
404 Not Found Mohon Tunggu... Lainnya - 404 Not Found - 最先端の人間の推論の開発者の小さなグループ。

私のグループと私は、デジタル世界の真実を求めて舞台裏で働いている人々です。私たちは、サイバー空間に広がるすべての陰謀の背後にある真実を述べています.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ilmu Pengetahuan sebagai "Senjata Teori dan Intelektual" yang 'Menyelamatkan' sekaligus 'Menyesatkan' Manusia Indonesia

18 Januari 2023   00:01 Diperbarui: 21 Januari 2023   06:52 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(2) Paradoks Percobaan Gedanken: Ini adalah paradoks yang muncul dari percobaan gedanken dalam fisika teoretis yang menunjukkan bahwa kondisi yang seharusnya tidak mungkin dapat terjadi.

(3) Paradoks Olahraga: Ini adalah paradoks yang muncul dari fakta bahwa semakin keras seseorang berlatih, semakin banyak kesempatan untuk cedera.

(4) Paradoks Schrödinger: Ini adalah paradoks yang muncul dari mekanika kuantum, yang menunjukkan bahwa sistem kuantum dapat berada dalam dua keadaan sekaligus.

Semua paradoks di atas merupakan permasalahan yang masih diperdebatkan dalam ilmu pengetahuan dan masih dalam proses penyelesaian. Namun, paradoks ini memberikan dorongan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan menemukan penjelasan yang lebih baik dari fenomena yang terjadi.

Dengan demikian, saya akan lebih setuju jika orientasi "teori-teori" yang dipakai di dalam perdebatan ini sudah diadaptasikan untuk 'mencegah' kemampuan bernalar non-ilmiah manusia untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Teori sebagai produk ilmiah hasil kolaborasi ilmu pengetahuan dan intelektual manusia seolah-olah dijadikan sebagai  "pagar pembatas" yang amat kuat dan sebagai 'tameng pelindung' bagi para penggunanya dari argumentasi-argumentasi praktis. Tujuannya sama: untuk menaklukkan ego moral manusia yang dianggap 'terlalu liar' secara ilmiah. Mereka yang dianggap 'terlalu cerdas' sebenarnya menjadikan sekaligus dijadikan oleh ilmu pengetahuan sebagai tameng dan agensi "penggagal kebenaran praktis" dengan menciptakan term atau kata "paradoks" di balik kisah yang dinamakan "konspirasi". Berbeda dengan ilmu atau teori pasti seperti rumus matematika (dan yang sejenisnya) yang punya daya implementasi-praktis yang terbukti mampu menunjang kehidupan manusia, teori ekonomi-politik, sosial, dan budaya sebenarnya lebih merupakan produk puncak tingkat intelektual yang berbuah dari ilmu pengetahuan praktis-relatif, bukan ilmu pengetahuan pasti. Anda menganggap hal ini "kontradiksi", tetapi saya menamakan pernyataan saya dengan istilah "probabilitas logistika-proposisi".

Probabilitas logistika-proposisi adalah cara untuk menentukan kemungkinan suatu pernyataan logis atau proposisi diterima atau ditolak. Dalam logika matematika, pernyataan proposisi adalah pernyataan yang bernilai benar atau salah, seperti "Mobil itu merah" atau "Mobil itu tidak merah". Probabilitas logistika-proposisi digunakan untuk menentukan kemungkinan suatu pernyataan proposisi benar atau salah berdasarkan data yang tersedia. Dalam probabilitas logistika-proposisi, kemungkinan suatu pernyataan proposisi benar atau salah ditentukan dengan menggunakan rumus probabilitas, yaitu P(A) = jumlah kejadian A / jumlah kejadian total. Misalnya, jika kita ingin mengetahui kemungkinan suatu mobil merah dalam kumpulan data 100 mobil, maka kita akan menghitung jumlah mobil yang merah dalam data tersebut dibagi dengan jumlah total mobil yang ada dalam data tersebut. Sebagai contoh lain, probabilitas logistika-proposisi dapat digunakan dalam analisis risiko finansial, untuk menentukan kemungkinan suatu investasi akan menguntungkan atau tidak. Atau dalam bidang kedokteran, untuk menentukan probabilitas suatu penyakit akan diderita oleh seseorang berdasarkan faktor risiko yang dimiliki.

Saya sangat yakin bahwa jenis tulisan dan penjelasan mengenai sebuah term yang dianggap bukan baru sama sekali (sebagaimana yang saya tulis di atas) tidak dapat dikatakan sebagai "sebuah teori baru" secara ilmiah, karena penciptanya (saya) bukan seorang akademisi murni yang berhasil meraih gelar Doktoral (S-III) di sebuah Universitas, tidak pernah membuat sebuah penelitian atau analisis komprehensif terkait 'penciptaan teori' melainkan lebih kepada kolaborasi teori-teori yang sudah ada. Saya memaklumi tanggapan secara akademis tersebut dan (seperti biasa) saya tetap tidak memperdulikannya. Toh, saya sudah memprediksikan kemungkinan pembelaan akademis dari oknum skolastik yang mengemukakan pendapatnya kurang lebih seperti ini:

Probabilitas logistika-proposisi adalah sebuah konsep yang sudah lama dikenal dalam ilmu matematika dan logika. Probabilitas logistika-proposisi pertama kali dikemukakan oleh filsuf dan matematikawan Inggris, Bertrand Russel dan Alfred North Whitehead pada awal abad 20 dalam buku mereka "Principia Mathematica". Konsep probabilitas logistika-proposisi dikembangkan dalam pengkajian matematika logika dan ilmu komputer, yang digunakan untuk menentukan kemungkinan suatu pernyataan logis atau proposisi diterima atau ditolak. Konsep ini juga digunakan dalam bidang ilmu lain seperti filsafat, ilmu sosial, ekonomi, dll. Dalam ilmu komputer, probabilitas logistika-proposisi digunakan dalam pembelajaran mesin untuk membuat keputusan atau prediksi yang didasarkan pada data yang tersedia. Ini dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti analisis data, pengenalan wajah atau suara, pengenalan teks, dan banyak lagi. Contoh konkretnya, dalam pengenalan teks, model probabilitas logistika-proposisi dapat digunakan untuk menentukan kemungkinan suatu kata atau frasa berada dalam suatu kategori tertentu (misalnya nama, verb, dll.) atau digunakan dalam pengenalan wajah untuk menentukan kemungkinan suatu wajah termasuk ke dalam kelas tertentu (seperti pria atau wanita). 

Probabilitas logistika-proposisi digunakan dalam pembelajaran mesin untuk menentukan kemungkinan suatu pernyataan logis atau proposisi diterima atau ditolak. Dalam pembelajaran mesin, probabilitas logistika-proposisi digunakan dalam metode klasifikasi. Metode klasifikasi adalah metode yang digunakan untuk menentukan kelas suatu objek berdasarkan fitur-fitur yang dimilikinya. Pada metode klasifikasi, model probabilitas digunakan untuk menentukan kemungkinan suatu objek termasuk ke dalam kelas tertentu. Model probabilitas logistika-proposisi digunakan untuk menentukan kemungkinan suatu objek termasuk ke dalam kelas tertentu berdasarkan fitur-fitur yang dimilikinya. Probabilitas logistika-proposisi juga digunakan dalam metode inferensi probabilistik yang digunakan untuk menentukan kemungkinan suatu pernyataan logis atau proposisi diterima atau ditolak berdasarkan data yang tersedia. Secara umum, probabilitas logistika-proposisi digunakan dalam berbagai bidang untuk menentukan kemungkinan suatu pernyataan logis atau proposisi diterima atau ditolak. Ini dapat digunakan dalam ilmu matematika dan logika, ilmu komputer, filsafat, ilmu sosial, ekonomi, dan bidang lainnya. Probabilitas logistika-proposisi menyediakan metode yang efektif untuk mengevaluasi dan mengambil keputusan berdasarkan data yang tersedia. 

Silahkan cari referensinya karena saya tidak akan mencantumkannya di dalam tulisan ini, sebab saya ingin menguji kemampuan Anda sebagai seorang akademisi yang "mencintai teori" dan "membenci nalar". Jika dalam waktu singkat tidak dapat Anda temukan, saya sangat yakin bahwa Anda bukan orang yang tepat untuk menjawab tantangan ini. Saya hanya membutuhkan 5-7 menit untuk membangun (lebih kepada bernalar non-ilmiah teoritis) sebuah teori sejenis dengan menggunakan "media" ciptaan saya sebagai media pendukung penalaran saya (dan saya tidak akan pernah memberitahu Anda tentang hal itu).

Akan tetapi, saya akan amat sangat yakin bahwa kemampuan para akademisi untuk memetakan sebuah teori baru masih pada taraf "kolaborasi teori lama dan hasil penelitian terbarukan" sebagaimana harus sesuai kaidah-kaidah akademik yang berlaku sehingga tidak terjadi duplikasi dan menjauhkan 'teori ciptaan'-nya dari kemungkinan munculnya ambiguitas bagi para ilmuwan. Prosedural step-by-step seperti inilah yang menjadi 'langkah ampuh' secara 'struktural' bagi Ilmu Pengetahuan untuk "memasang pagar kuat" agat tidak dapat dilanggar oleh kemampuan nalar manusia 'yang terlalu kuat'. Kembali ke dunia kaum skolastik (baca saja diary yang pernah saya tulis yang memuat tentang "kaum skolastik" dan Anda akan mengetahuinya), saya merasakan kesuksesan besar ilmu pengetahuan dalam menyangkali kemampuan bernalar manusia yang sebenarnya "terlalu hebat" dengan menciptakan konsep adoptif (semacam teknik legal untuk meng-ilmiah-kan nalar manusia yang amat sederhana) sehingga apa yang awalnya dianggap non-ilmiah, pada akhirnya bertransformasi menjadi sesuatu yang bersifat ilmiah. Sekali lagi "nalar manusia" dilangkahi secara sah oleh ilmu pengetahuan hanya dengan 'trik sederhana' itu. 

_______________

Saya enggan membahas "New World Order" sebagai bahan pembahasan yang kemudian dikaitkan dengan ilmu pengetahuan karena dengan menulis 'nalar liar' saya (yang non-ilmiah ini) sudah cukup mengobrak-abrik persepsi publik tentang kemampuan bernalat atau cara berpikir manusia yang sebenarnya 'luar biasa' tetapi 'konyol secara ilmiah'. Kembali pada puncak bahasan terkait perdebatan sengit antara jago teori (pro ilmu pengetahuan) dan jago praktis (pro nalar praktis) - di mana saya yang 'pada awalnya' mengangkat sebuah cerita tentang topik "Papua-Indonesia" dan kemudian di-cut-and-drop oleh salah satu pembaca dengan sejumput teori kutipan yang sebenarnya bukan orientasi kisah yang saya sampaikan sehingga alurnya menjadi tidak menarik sama sekali untuk disimak oleh para pembaca atau pendengar awam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun