Pikiran mengalir bagai angin tak bertepi, Â
Terbang dari mimpi menuju kenyataan, Â
Dalam diam, ia menciptakan dunia sendiri, Â
Merangkai ruang, tanpa batas bayangan.
Seperti gelombang yang tak kasat mata, Â
Ia membelah waktu, menyusuri jiwa, Â
Kadang sunyi, kadang penuh gema, Â
Membangun gunung dari ilusi dan asa.
Tak terduga arah ia bermuara, Â
Melukis dunia dengan warna berbeda, Â
Hari ini tenang, esok mungkin bergemuruh, Â
Menjelma badai atau damai yang utuh.
Pikiran, materi yang tak tampak di tangan, Â
Namun menggerakkan semesta dalam pandangan, Â
Mengubah yang fana menjadi abadi, Â
Dalam renungan atau sepi yang hening tak bertepi.
Pikiran melayang tanpa batas, Â
Menembus ruang tanpa raga, Â
Ia membentuk gunung di awan, Â
Dan menciptakan samudra di mata.
Di dalamnya ada misteri tak terduga, Â
Serpihan cahaya, bayangan kelabu, Â
Terurai dalam bisikan lembut, Â
Atau meledak dalam kilat tak terduga.
Ia menggambar dunia yang tak kasat, Â
Di balik kelopak mata yang terpejam, Â
Mengubah mimpi jadi nyata, Â
Membalik harapan jadi debu di udara.
Namun, dari debu itu lahir kembali, Â
Sebuah ide, sebuah dunia baru, Â
Pikiran adalah materi yang hidup, Â
Menjadi apa pun yang ia mau.
Pikiran, bagaikan angin yang berbisik, Â
Menjelajahi ruang tanpa batasan fisik. Â
Ia mengalir, melintas di antara bintang, Â
Menggores jejak, tak terlihat namun gemilang.
Ia terbuat dari materi yang tak kasat mata,Â
Namun membentuk dunia di setiap jiwa. Â
Dari debu khayalan, ia bangkit tinggi, Â
Menciptakan alam, mimpi yang suci.
Terkadang lembut, bagai embun pagi, Â
Terkadang keras, seperti badai menggigi. Â
Ia menjelma bentuk tanpa tanda, Â
Di sudut hati, di ujung rasa.