"Imamul Muttaqin" yang secara harfiah berarti "Pemimpin orang-orang yang bertakwa," adalah gelar yang kerap diberikan kepada pemimpin yang diharapkan memiliki sifat-sifat ideal dalam Islam. Dalam konteks ini, ulama sering memberikan nasehat tentang kriteria yang harus diperhatikan umat Islam ketika memilih seorang calon pemimpin, baik di tingkat lokal maupun nasional. Berikut adalah beberapa nasehat ulama yang sering disampaikan terkait kriteria calon pemimpin yang baik menurut Islam:
1. Takwa dan Keteladanan Moral
Calon pemimpin yang baik haruslah "bertakwa" kepada Allah. Takwa menjadi fondasi utama dalam Islam karena seseorang yang bertakwa akan selalu berhati-hati dalam menjalankan kewajibannya sesuai dengan tuntunan agama. Pemimpin yang bertakwa tidak hanya memperhatikan aspek duniawi, tetapi juga menjaga hubungan vertikal dengan Allah SWT, sehingga keputusannya akan selalu berlandaskan kebenaran dan keadilan.
Seorang ulama bernama Imam Al-Mawardi dalam karyanya "Al-Ahkam As-Sultaniyyah" menegaskan bahwa pemimpin yang baik adalah yang paling takut kepada Allah, karena dengan ketakwaan itulah dia akan selalu menjaga amanah dan menghindari perbuatan zalim atau korup.
2. Adil dalam Memimpin
"Keadilan" adalah syarat utama yang selalu ditekankan para ulama dalam memilih pemimpin. Keadilan berarti memberikan hak kepada setiap orang dengan adil, tanpa memandang latar belakang atau status sosial. Pemimpin yang adil tidak hanya berpihak pada golongan tertentu atau kelompok mayoritas, tetapi pada seluruh rakyat yang dipimpinnya, termasuk mereka yang lemah dan minoritas.
Al-Qur'an sendiri memerintahkan umat Islam untuk berlaku adil dalam QS. An-Nisa (4:58): Â
"Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (memerintahkan kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil."
Dalam hadis, Rasulullah SAW juga bersabda, bahwa salah satu dari tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat adalah "pemimpin yang adil" (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Amanah dan Tanggung Jawab
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki sifat "amanah". Ulama sering mengingatkan bahwa memimpin bukanlah sekadar memperoleh kekuasaan, tetapi sebuah "amanah besar" yang harus dipertanggungjawabkan, tidak hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah SWT. Pemimpin yang amanah adalah yang tidak menyalahgunakan kekuasaan dan menjaga hak-hak rakyat.
Nasehat tentang pentingnya amanah dapat dilihat dalam sabda Rasulullah SAW: Â
"Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Berilmu dan Bijaksana
"Ilmu" dan "kebijaksanaan" adalah dua hal penting yang ditekankan para ulama ketika berbicara tentang pemimpin. Ulama menekankan bahwa pemimpin harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang agama, serta ilmu pengetahuan yang cukup untuk memimpin masyarakat. Pemimpin yang bijaksana akan mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat berdasarkan pertimbangan yang matang, bukan sekadar mengikuti nafsu atau tekanan kelompok tertentu.
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya "Ihya' Ulumuddin" juga menekankan bahwa ilmu dan kebijaksanaan akan membuat pemimpin lebih mampu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi rakyatnya dan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
5. Memiliki Kemampuan Memimpin (Kapasitas dan Kompetensi)
Selain ketakwaan dan moral yang baik, ulama juga sering menekankan pentingnya seorang pemimpin memiliki "kapasitas dan kompetensi" dalam memimpin. Kapasitas di sini mencakup kemampuan intelektual, manajerial, dan kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat. Pemimpin harus bisa mengelola negara atau daerah dengan baik, mengatasi masalah-masalah yang kompleks, serta memiliki visi ke depan yang jelas.
Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW sangat memperhatikan "kemampuan teknis" seseorang sebelum mengangkatnya sebagai pemimpin. Sebagai contoh, ketika beliau mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman, beliau memilihnya karena ilmu dan kemampuannya dalam hukum Islam dan kebijaksanaan dalam berdiplomasi.
6. Memiliki Rasa Empati dan Peduli pada Rakyat
Pemimpin yang baik dalam pandangan ulama harus memiliki "rasa empati" yang tinggi kepada rakyatnya, terutama kepada mereka yang lemah dan tertindas. Ulama menasihati agar pemimpin harus peduli pada kesejahteraan umat dan siap berkorban demi kebaikan mereka. Pemimpin yang peduli akan selalu memprioritaskan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda:Â Â
"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, dan kalian mendoakan kebaikan bagi mereka, dan mereka mendoakan kebaikan bagi kalian." (HR. Muslim)
7. Mengutamakan Musyawarah
Salah satu ciri penting pemimpin yang baik adalah kemampuannya untuk selalu mengedepankan "musyawarah" dalam mengambil keputusan. Ulama menekankan bahwa keputusan yang diambil secara musyawarah cenderung lebih baik karena melibatkan pendapat berbagai pihak yang berkompeten dan memperhatikan kepentingan orang banyak. Al-Qur'an sendiri memerintahkan agar urusan diurus dengan cara musyawarah dalam QS. Asy-Syura (42:38):Â Â
"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka."
8. Memegang Teguh Prinsip Keadilan Sosial
Ulama juga sering mengingatkan bahwa pemimpin harus berjuang untuk "keadilan sosial", yakni menciptakan pemerataan ekonomi, mengurangi ketimpangan, dan memastikan semua warga negara mendapatkan hak-hak mereka. Pemimpin harus bisa menjadi penegak keadilan, baik dalam bidang hukum, ekonomi, maupun sosial.
Pemimpin yang berpihak pada keadilan sosial adalah yang menjalankan tugasnya dengan prinsip kejujuran, transparansi, dan tidak mendiskriminasi siapapun. Rasulullah SAW sendiri merupakan teladan pemimpin yang selalu memperjuangkan keadilan bagi semua orang, tanpa memandang suku, agama, atau status sosial.
Dalam Islam, memilih pemimpin bukanlah perkara sepele, karena pemimpin yang baik akan menentukan arah kemajuan masyarakat. Ulama menasihati agar kita memilih pemimpin yang memiliki "ketakwaan, keadilan, amanah, berilmu, bijaksana, kompeten, empati, musyawarah, dan peduli terhadap keadilan sosial". Dengan pemimpin yang memiliki sifat-sifat tersebut, umat akan mendapatkan pemimpin yang tidak hanya mampu menjalankan roda pemerintahan dengan baik, tetapi juga mengarahkannya menuju kesejahteraan dunia dan akhirat.