Aku toleransi ketidakhadiran mu saat aku rindu dengan dirimu
Karena sudah selayaknya aku yang lebih bisa ikhlas seperti dirimu
Meskipun kita pernah bersama dan akhirnya saling meninggalkan
Bukan berarti kita saling mengacuhkan bahkan saling melupakan
Â
Dari perpisahan yang akhirnya berbuah kerinduan atas kehadiran satu sama lain
Yang mungkin juga pernah kamu rasakan
Hanya saja berbeda dengan mu yang menjawab semua kerinduan ini dengan diam
Sementara aku tidak sekuat itu
Aku masih butuh ada nya dirimu untuk menebus rindu
Â
Memang bodoh untuk ku
Yang dimana jelas dan keras perkataan ku jika aku sudah lebih dulu sembuh dan sanggup mengikhlaskan dirimu
Namun kini kalimat itu berbalik kepada ku dengan keras
Meruntuhkan jiwa yang tegar dan merapuhkan hati yang kokoh
Â
Munafik dan terlalu naif atas kebohongan yang aku katakan kepadamu;
Bahwasan nya aku bisa lebih dari yang pernah kamu lihat
Dan jelas padahal itu masihlah abu abu
Karena kini aku benar benar bingung dan rindu
Â
Bisa kah kita bertemu?
Sebentar saja sambil bercerita dan menikmati suasana malam dikota
Aku ingin bersama mu meskipun sebentar bahkan malam ini saja
Mungkin ini terlalu berlebihan yang dimana jelas kamu sudah bersama pilihan mu
Sementara aku masih sendiri bersama rasa salah dan ego ku
Â
Tapi sepertinya penebusan rindu ini tidak perlu
Aku rasa rindu ini telah redam jua berkat tulisan ini
Barangkali ini sampai dan kamu menangis membaca nya
Itu hal yang wajar;
Sebab penulisan ini bukan hanya di dukung dengan kata namun juga air mata
Â
Kelak jika rindu yang pernah singgah ini bertamu dirumah mu
Maka aku sarankan untuk tidak enggan untuk membaginya pada ku
Sebab terlalu beresiko jika kamu menelan nya sendiri tanpa bantuan diriku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H