Di sisi lain, sektor-sektor yang sebelumnya menjadi penyerap utama tenaga kerja, seperti sektor manufaktur, semakin banyak digantikan oleh teknologi otomatisasi dan kecerdasan buatan. Hal ini membuat banyak lulusan SMK yang terlatih di bidang teknik atau manufaktur kesulitan untuk menemukan pekerjaan yang sesuai.
 Persaingan dan Stigma Sosial terhadap SMK
Lulusan SMK juga sering kali menghadapi persaingan ketat dalam pasar kerja, baik dengan sesama lulusan SMK maupun dengan lulusan perguruan tinggi. Dalam beberapa sektor, ada anggapan bahwa lulusan SMK memiliki kemampuan yang lebih terbatas dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi. Hal ini menambah kesulitan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka.
Menurut survei dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) 2021, sekitar 25% lulusan SMK tidak bekerja sama sekali setelah lulus. Banyak dari mereka yang berusaha mencari pekerjaan di luar bidang keahlian mereka karena tidak adanya kesempatan yang sesuai di bidang yang mereka pelajari. Selain itu, stigma sosial yang menyatakan bahwa "lulusan SMK lebih rendah daripada lulusan SMA" masih ada di masyarakat dan di dunia kerja, memperburuk persepsi terhadap lulusan SMK.
Keterbatasan Akses ke Pelatihan dan Sertifikasi
Selain masalah kurikulum dan kompetensi, masalah lain yang sering dihadapi oleh lulusan SMK adalah kurangnya akses terhadap pelatihan lanjutan atau sertifikasi profesional yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas diri mereka. Banyak lulusan SMK yang tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau memperoleh sertifikat keterampilan yang diakui industri, yang bisa meningkatkan daya saing mereka di pasar kerja.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), sekitar 50% lulusan SMK di Indonesia tidak memiliki akses terhadap pelatihan lanjutan atau sertifikasi. Padahal, sertifikasi ini sangat penting untuk meningkatkan peluang kerja, terutama di sektor-sektor yang membutuhkan keahlian teknis atau yang berbasis teknologi.
Solusi untuk Mengatasi Pengangguran Lulusan SMK
Untuk mengurangi angka pengangguran di kalangan lulusan SMK, dibutuhkan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi antara pemerintah, dunia pendidikan, dan sektor industri. Beberapa langkah yang dapat diambil adalah:
Pembaruan Kurikulum yang Relevan: Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu memperbarui kurikulum SMK agar lebih sesuai dengan kebutuhan industri, terutama yang berbasis teknologi dan digital.
Kerja Sama dengan Industri: Kolaborasi antara sekolah SMK dan sektor industri perlu ditingkatkan agar lulusan SMK dapat memperoleh pengalaman praktis yang langsung relevan dengan kebutuhan industri.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!