Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona, Tamu Tak Diundang

1 April 2020   08:55 Diperbarui: 1 April 2020   08:54 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: https://kompas.com

Pada saat ini, dunia sedang geger disebabkan oleh mikroorganisme yang bernama Corona. Pandemi ini sudah menyebar ke hampir seantero jagad. 

Dari hari ke hari, yang terkena virus ini semakin bertambah. Banyak yang bisa sembuh, tapi tak sedikit pula yang meninggal. Horror Corona begitu mencekam, seperti anak kecil yang tersesat di gulita malam.

Semua media cetak, media elektronik, dan media online tak henti-hentinya memberitakan perihal makhluk tak kasat mata itu. Semua orang berbicara Corona: di rumah, di jalan, di pasar, di sawah, di tempat ibadah, dan di mana pun; dengan penuh antusias dan tak bosan-bosannya bercerita yang itu-itu juga. Terlebih lagi di media social, orang berlomba-lomba menjadi orang pertama yang membagikan berita tertentu, menyebarkan sebanyak-banyaknya, atau berkomentar layaknya seorang ahli. Jagad media social penuh dengan sampah, hoaks, dan banjir status.

Setiap orang memiliki sikap yang beragam dalam merespon Corona ini. Saya pribadi bersikap biasa-biasa saja. Tidak takut, cemas, apalagi khawatir yang berlebihan. Tidak latah, overprotective, overacting, termasuk berpikir negatif. Tetap beraktivitas seperti biasa, pokoknya.

Sebagai manusia (yang lemah) ini, tugas kita tiada lain tiada bukan hanyalah berusaha (ikhtiar). Menjaga kebersihan, hati-hati dan waspada, serta mengikuti berbagai protocol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI. 

Ya, hanya itu. Cukup itu saja. Selebihnya kita berdoa, memohon perlindungan dari yang menciptakan Corona itu. Juga yang tak kalah penting adalah tawakkal, menyerahkan segala sesuatunya hanya kepada Allah swt.

Memohon perlindungan kepada Sang Pencipta merupakan sebuah pengakuan bahwa kita sebagai manusia itu lemah. Selengkap-lengkapnya Alat Pelindung Diri (APD), secanggih-canggihnya teknologi kedokteran, dan segala pengerahan daya-upaya; semuanya tak bisa menjamin kita aman dan selamat. 

Hanya Allah-lah yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Oleh karena itu, pembelajaran yang dapat kita ambil adalah "manusia tidak boleh sombong". Menyombongkan diri terhadap sesama, terlebih terhadap Tuhan.

Setelah berusaha dan berdoa, langkah selanjutnya adalah bertawakkal, berserah diri. Menyerahkan segala urusan kepadaNya. Sebagai orang beriman, kita meyakini bersama bahwa segala sesuatu di dunia ini sudah menjadi takdir atau ketetapanNya. Kita sehat dan selamat, hal ini atas izin Allah. Kita sakit atau menderita, juga atas kehendak Allah. Tiada pilihan lain, kecuali menerima sepenuhnya segala apa yang terjadi pada kita.

Apakah orang yang tidak terkena Corona itu adalah orang yang beruntung? Sebaliknya, apakah mereka yang terpapar Covid-19 adalah orang yang celaka?

Allah selalu menjadikan sebuah peristiwa atau kejadian pasti mengandung hikmah di dalamnya. Tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu tanpa mengandung tujuan tertentu. 

Akan tetapi, tidak semua orang mampu menguak tabir di balik sebuah peristiwa. Tidak semua orang bisa menyibak misteri di balik sebuah ciptaan. Hanya orang-orang yang mau mencari, merenung, dan mereka yang mendapat rahmat dari Tuhan nya yang bisa menemukan intisari (substansi) dari tanda-tanda kebesaran Tuhan.

Orang yang terkena Corona, bisa jadi hal itu menjadi sebuah kebaikan bagi dirinya. Lho kok? Ya bisa gitu loh. Rasa sakit yang diderita, atau bahkan kematian yang datang menjemput; adalah merupakan bentuk AMPUNAN dan PAHALA dari Allah swt. Dengan begitu, terkena Corona berarti mendapat kasih-sayangNya.

Di sisi lain, bisa jadi Allah menciptakan Corona untuk mengingatkan kesombongan manusia. Tidak sedikit manusia yang lupa kepada Tuhan-nya, tidak sedikit pula yang merasa tak lagi membutuhkan Tuhan. Bahkan, di level ekstrem, Tuhan dianggap tidak ada. Dengan begitu, Allah mendatangkan "kapsul dari angkasa" itu agar manusia kembali mau menyapaNya, agar mereka kembali ke pangkuanNya.

Seperti TAMU TAK DIUNDANG, tiba-tiba Corona datang ke rumah kita. Kita belum pernah ketemu atau mengenalnya. Dari wujudnya yang aneh dan gerak-geriknya yang misterius, kita menyangka ia akan berbuat jahat kepada keluarga kita. 

Lalu, serta-merta kita masuk ke dalam kamar, melindungi diri dari kejahatan tamu itu. Badan gemetar, jantung berdegup kencang, hati cemas, pikiran kalut. Bak seorang anak kecil yang bersembunyi karena takut amukan dari orang tuanya.

Sejurus kemudian kita punya ide untuk mengusir tamu itu, dengan cara menyemprotnya. Tamu itu pun bergegas pergi. Ia pindah bertamu ke rumah tetangga.

Ketakutan kita makin bertambah. Jangan-jangan si tamu itu telah mempengaruhi tetangga-tetanggaku untuk menebar kejahatan. Tanpa berpikir panjang, aku memutuskan untuk menjaga jarak dengan tetanggaku. Bahkan aku menghindari segala bentuk pertemuan yang mengumpulkan massa. 

Lebih dari itu, aku nggak mau lagi bersalaman, shalat Jum'at, ibadah berjamaah di masjid, dan seterusnya. Dan pada puncaknya, aku mengunci diri di rumah selama beberapa pekan.

Aku merasa bersalah karena tidak menanyakan dulu apa keperluannya dalam bertamu. Apa saja misi yang diembannya hingga harus datang dari jauh untuk bertamu ke rumahku. Siapa yang menyuruhnya menemuiku. Jangankan menyuruhnya duduk terlebih dahulu, saking paniknya aku putuskan untuk mengusirnya saja.

Para pembaca yang budiman. Bolehlah kita menyebut Corona itu sebagai bencana, musibah, petaka, pandemic; termasuk memberinya cap sebagai durjana, jahat, kejam, pembunuh, atau apalah. Tapi boleh jadi juga Tuhan mengirim sesuatu, Ia memiliki maksud tertentu (kebaikan) yang barangkali kita belum mengetahuinya.

Boyolali, 1 April 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun