Pada seminar-seminar motivasi atau bisnis, istilah "kebebasan finansial" seringkali disebut. Salah satunya yang sering disampaikan oleh pakar keuangan Robert Kyosaki dan penulis buku best seller "Rich Dad Poor Dad". Banyak sekali tips-tips yang diberikan agar kita bisa memperoleh kebebasan finansial terutama di usia senja.
Kebebasan finansial sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai kita tetap memiliki penghasilan sekalipun kita tidak lagi bekerja atau berusia lanjut. Dengan kata lain, kita memiliki passive income. Kalau kita seorang pegawai negeri, kita mungkin tidak terlalu mencemaskan hari tua, sebab sudah memiliki uang pensiun. Bagaimana jika kita bukan pegawai negeri, tentu hal ini menjadi bahan pemikiran.
Kebebasan finansial menurut agama tentu memiliki arti dan konsep yang berbeda. Bahkan, kebebasan finansial dapat dilakukan atau dinikmati mulai saat ini juga, tidak harus menunggu pensiun atau tua. Secara prinsip, finansial atau uang dalam agama Islam merupakan SARANA, bukan tujuan. Setiap orang akan mengalami kekebasan finansial dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
Jaminan bagi orang yang bertakwa
Allah berjanji bahwa barang siapa bertakwa kepadaNya, maka Ia akan memberi jalan keluar terhadap berbagai masalah yang dihadapi dan memberikan rejeki dari arah yang tiada terduga. Bertakwa di sini adalah komitmen untuk senantiasa menjalankan segala perintahNya dan tidak melakukan segala yang menjadi laranganNya. Kalau sudah ada jaminan seperti ini, semestinya seorang mukmin terkait keperluan hidup, makan, uang dll tidak akan pernah merasa khawatir. Ia sangat yakin akan jaminan Allah swt.
Cara mudah melipatgandakan rejeki
Ada mekanisme mudah dan murah dalam Islam agar rejeki kita menjadi berlipat-lipat. Kita tidak perlu bekerja dengan sangat keras atau bahkan membungakan uang (melakukan riba).Â
Allah memberi jalan pintas bagi mereka yang ngin rejekinya lancar dan berlipat, yaitu lewat SEDEKAH. Menurut hitungan matematika biasa, jika kita bersedekah uang atau harta, maka hal itu akan mengurangi uang atau harta kita. Tapi menurut matematika langit, justru sebaliknya, akan semakin bertambah bahkan berkali lipat.Â
Sedekah pun tidak harus dalam wujud uang atau harta (material), dapat pula berbentuk imaterial, seperti tenaga, pikiran, simpati-empati, kepedulian, bahkan hanya sebuah senyuman.
Uang/harta hanya sebagai sarana
Dalam pandangan Islam, uang dan harta hanyalah sebagai sarana kehidupan, bukan tujuan. Sarana dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan dan sarana dalam menuju perjalanan panjang ke alam keabadian.Â
Jika seorang Muslim menyadari akan hal ini, ia tidak akan mengejar-ngejar uang, apalagi mendewakan uang. Ia tak mungkin berbuat mencuri, korupsi, menipu, melakukan riba dan perbuatan tercela lainnya demi mendapatkan uang.Â
Ia sebatas berusaha (ikhtiar) untuk menjemput rejekiNya. Ia tak pernah berpikir tentang uang (nah, biasanya nih, jika kita tak lagi memikirkan uang, justru uang akan datang dengan sendirinya lho...).Â
Di sini lain, ia akan bertawakkal, memasrahkan segalanya kepada Tuhan usai usaha dilakukan. Sehingga diberi rejeki banyak atau sedikit, ia tetap bersyukur dan merasa senang.
9 dari 10 pintu rejeki adalah berdagang
Dalam sebuah hadits nabi disebutkan bahwa sembilan dari sepuluh pintu rejeki adalah dari perdagangan. Oleh karena itu, untuk memperoleh kebebasan finansial kita dianjurkan untuk melakukan jual-beli, perdagangan, membangun sebuah usaha atau bisnis. Jika kita mampu berdagang atau membangun usaha, setidaknya kita menjadi sebagai pemodalnya (investor).Â
Nah, salah satu bentuk investasi jangka panjang adalah kepemilikan saham perusahaan. Ada salah satu aplikasi medsos terbaru, selain bisa menggunakan aplikasinya secara gratis, kita juga diberi kesempatan untuk dapat memiliki saham perusahaan tersebut.
Sekian, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H