Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Seni Menawar

22 Januari 2019   08:54 Diperbarui: 22 Januari 2019   09:54 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribun Travel - Tribunnews.com

Apabila kita sebut kata "tawar", barangkali yang terlintas dalam pikiran kita adalah pasar tradisional. Ya, tidak salah lagi. Hanya di pasar tradisional-lah, proses tawar-menawar barang masih terjadi. Pasar tradisional ini masih banyak kita temui di daerah perdesaan, sedangkan di perkotaan sudah jarang atau bahkan nyaris tidak kita temukan lagi.

Mungkin orang akan berpikir, "Apa sih enaknya berbelanja di pasar tradisional?" Sudah penuh sesak, berdesak-desakan, becek dan licin, panas, dan berbagai rasa tidak nyaman lainnya. Mencari suatu barang mesti capek berkeliling. Belum lagi kalau kita tidak pandai menawar, justru akan mendapatkan harga yang lebih mahal.

Bagi generasi milenial, sepertinya tak lagi merasakan bagaimana menawar suatu barang. Mereka sudah terbiasa belanja di toko swalayan seperti mini/supermarket, mal, atau kini mulai terbiasa dengan belanja online. Semua barang sudah ada label harganya. Jika setuju tinggal langsung bayar. Terkecuali pada jual-beli barang second, biasanya masih ada proses tawar-menawar.

Keunggulan Menawar

Di pasar tradisional, cukup banyak pilihan barang terutama untuk kebutuhan sehari-hari. Jika kita pandai menawar, tentu kita akan mendapat barang yang bagus dan dengan harga yang jauh lebih murah. Jika kita belum cocok perihal harga di suatu tempat atau toko, kita dengan mudah bisa pindah ke tempat lain, untuk kembali menawar harga. Kelihatannya ribet dan capek, tapi tidak bagi mereka yang sudah terbiasa dan memang punya waktu luang.

Keuntungan lainnya belanja di pasar tradisional adalah ketika kita memiliki anggaran yang pas-pasan, tentu pilihan belanja dengan sistem tawar dirasa lebih tepat. Selain memang harga di pasar tradisional memang lebih murah, ditambah kita pandai menawar, tentu akan bisa mendapatkan barang yang lebih banyak (dari segi jumlah maupun jenis).

Persaudaraan. Selain berbelanja, kita bisa berkenalan dan terkadang bisa ngobrol banyak jika si pedagang sedang luang waktunya. Tak jarang, jika sudah akrab si pedagang suka memberikan diskon harga atau menambah barang yang kita beli. Tak jarang, hubungan yang terjalin tidak hanya terkait transaksi jual-beli, bisa lebih luas daripada itu.

Seni Menawar

Menawar ada seninya tersendiri. Dibutuhkan keahlian, keberanian dan juga pengalaman. Secara umum, ibu-ibu lebih pandai menawar daripada bapak-bapak, walau tidak sedikit juga para pria yang lihai menawar. Keberanian juga penting, karena ada beberapa tipe orang yang takut atau tidak berani menawar. Takut dalam arti tidak tahu mau menawar berapa, atau takut barang dagangannya tidak boleh ditawar.

Selain keahlian dan keberanian, memiliki pengalaman dalam menawar juga sangat menentukan dalam keberhasilan. Pengalaman menawar barang tertentu, tipe pedagang tertentu, atau di tempat/lokasi tertentu. Terkait lokasi, jika di pasar tradisional, pedagang akan menawarkan barang dengan harga yang tidak terlalu jauh dari harga pas (sesungguhnya). Sedangkan di tempat-tempat wisata, orang bisa menawarkan barang dengan harga dua hingga tiga kali lipat dari harga yang sebenarnya.

Bagi sebagian orang, belanja belum merasa puas jika belum menawar, makanya mereka memilih pergi ke pasar tradisional. Atau walaupun bukan di pasar tradisional dan sudah diberi label harga, ada juga orang yang masih tetap melakukan penawaran. Namun, sebagian orang tak sungguh-sungguh mau menawar. Hal itu dilakukan sebagai basa-basi semata atau untuk menambah keakraban.

Ada cerita dari daerah Minangkabau, pada zaman dahulu orang melakukan proses tawar-menawar dengan cara memasukkan kedua tangan ke dalam sarung. Tawar-menawar dilakukan dengan gerakan jari di dalam sarung dan tidak menggunakan suara mulut. Hal ini bertujuan agar orang lain tidak mendengar atau mengetahui hasilnya. Jika tidak terjadi kesepatan, orang berikutnya bisa melakukan penawaran dengan cara yang sama.

Menawar dianggap sebagai sebuah seni, karena selain membutuhkan keterampilan, juga perlu didukung oleh kepekaan dan intuisi. Tanpa itu semua, kita biasanya akan gagal dalam menawar, atau justru yang terjadi adalah kita keblondrok (Jawa), terlalu tinggi atau terlalu berani menawar sehingga malah dapat harga yang lebih mahal.

Menawar juga termasuk seni negosiasi. Kemampuan menawar juga bisa diterapkan dalam bidang bisnis yang lain, misalnya bisnis properti, bisnis asuransi dan perbankan, bisnis jasa dll. Bisa pula diterapkan dalam lingkup pekerjaan kita, bagaimana melakukan nego dengan mitra kerja atau pihak-pihak terkait.

So, yang belum pernah membeli dengan cara menawar, yuk sesekali pergi ke pasar tradisional. Anggap saja jalan-jalan atau traveling.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun