Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Kulit dan Isi (Sebuah Renungan)

26 Desember 2018   20:56 Diperbarui: 26 Desember 2018   21:49 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baginya, tidak ada sesuatu yang instan, jalan pintas, jalan tol, apalagi melakukan sesuatu yang hina-dina untuk mencapai ambisi tertentu. Yang ia kejar bukanlah hasil, tapi kesediaan menjalani semua proses secara baik dan benar.

Demikian halnya bagi para pemeluk agama yang menjalankan praktik ibadah. Bagi mereka yang hanya mengejar kulit, ia menjalankan berbagai macam ibadah tujuannya adalah untuk pamer, mendapat pujian, atau kepuasan duniawi. Haji dan umrah yang dilakukan berkali-kali hanya ingin dianggap sebagai orang kaya. 

Sedekah yang dilakukan di mana-mana, ingin dianggap ia seorang yang dermawan. Khutbah dan ceramah yang selalu ia dendangkan, berniat untuk menunjukkan kemampuannya dalam retorika dan merangkai kata.

Sedangkan orang yang berorientasi pada isi, mereka beribadah hanya untuk Tuhan semata. Ikhlas lillahi ta'ala. Hanya mengharap keridhaanNya. Dia tidak membutuhkan penilaian atau pujian dari manusia. Orang lain tahu atau tidak, ia tetap beribadah dengan baik dan khusyu'. Allah satu-satunya tujuan. Allah satu-satunya pengharapan.

Ibadah bukanlah ritual formal, rutinitas yang diulang-ulang, hal terpaksa, atau terkadang malah membosankan. Bagi yang berorientasi isi, mereka mencoba menemukan MAKNA dari segala ibadah dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Makna akan memberi mereka semangat. Makna akan membuat mereka bahagia. Dengan makna pula menjadikan mereka lebih berarti.

Selain menemukan makna, mereka yang senantiasa belajar dan meningkatkan kualitas diri akan memberikan output berupa NILAI. Nilai di sini di antaranya keteladanan, menebar kebaikan, memberi manfaat, kedermawanan, kesalehan sosial, dan sebagainya. Nilai-nilai yang senantiasa dijunjung tinggi, yang menjadikan pelakunya memiliki kemuliaan, derajat, serta martabat.

Penutup

Perpaduan antara MAKNA dan NILAI akan memberikan kekuatan, kelebihan, dan keunggulan pada setiap insan. Ini akan mendorong manusia untuk selalu berbuat baik dan terbaik, mengajak kepada kebaikan, dan berlomba-lomba dalam kebaikan (bukan berlomba dalam penampilan). Sikap optimis, berpikir positif, berbaik sangka senantiasa terpancar darinya.

Sebaliknya, mereka yang cenderung "kulit" hanya akan menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat, kebencian, permusuhan, disharmoni sosial. Yang sering muncul adalah keserakahan, kesombongan, tidak bersyukur, selalu tidak puas, semangat materialisme dan hedonisme.

Memperhatikan penampilan luar dan kepemilikan harta-benda tidaklah dilarang, tapi jangan sampai mengabaikan atau melupakan kualitas diri. Yang terbaik adalah keseimbangan antara keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun