Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Robotisasi Manusia

13 Desember 2018   20:11 Diperbarui: 13 Desember 2018   20:20 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Cukup banyak sebutan untuk era sekarang ini. Disebut "Abad ke-21" karena memang memasuki tahun 2100 (2018). "Era milenial" karena masuk di milenium ketiga. "Revolusi Industri Keempat" sebab ketiga industri sebelumnya telah dilewati (mesin uap, minyak dan batubara, komputer dan internet).

Dinamai "Internet of Thing" dikarenakan segala aspek kehidupan kita menggunakan internet. Ada lagi "Artificial Intelligence" atau kecerdasan buatan, disebabkan mesin-mesin baru (robot) memiliki kecerdasan tertentu, bisa melakukan pembelajaran sendiri, atau terkadang memiliki kecerdasan yang tak dimiliki oleh manusia.

Di era milenial ini semuanya mengalami digitalisasi atau otomatisasi, dalam arti banyak pekerjaan manusia yang diambil alih oleh mesin-mensin baru yang bekerja secara digital atau otomatis. Melakukan berbagai transaksi keuangan atau perbankan, jual-beli, pembayaran dan tagihan, mengirim aplikasi, dan berbagai aktivitas rutin lainnya. Bahkan ke depan, pengobatan modern, kendaraan mobil juga mengalami digitalisasi.

Dengan mengalami digitalisasi, akan ada banyak orang kehilangan pekerjaan. Tapi di sisi lain, akan banyak pula pekerjaan-pekerjaan baru bermunculan. Tidak sedikit orang yang merasa khawatir (pesimis), tapi tidak sedikit juga orang yang merasa penuh harap (optimis). Namun pada intinya, bagi mereka yang tidak kreatif dan mampu beradaptasi, akan terkalahkan bahkan punah.

Dengan digitalisasi, semua pekerjaan manusia menjadi lebih mudah, cepat, dan simpel. Belanja sesuatu tidak harus pergi jauh (ke kota) yang harus menanggung biaya transportasi, jajan, waktu, dan tenaga. Transaksi keuangan tidak harus pergi ke bank, antre lama, mengisi banyak formulir, dan prosedur yang rumit.

Urusan pemerintahan pun tidak harus ke ibukota provinsi atau kabupaten, antrean panjang, dan berkas setumpuk. Membeli tiket tidak harus ke bandara, stasiun, terminal dll. Dan berbagai kemudahan hidup lainnya.

Dengan digitalisasi pula, semua masuk ke dalam lingkarang jejaring, tidak hanya lokal dan nasional, tapi global. Terkoneksi, terhubung, terintegrasi satu sama lain secara menyeluruh. Kita telah menjadi penduduk global, sehingga batasan waktu dan letak geografis tak lagi menjadi penghalang. Segalanya telah realtime, 24 jam 7 hari, saat ini dan sekarang.

Mesin-mesin baru alis robot, makhluk yang tak bernyawa, bisa melakukan banyak hal seperti yang dilakukan oleh makhluk bernyawa (manusia). Ini terkait dengan kecerdasan buatan, algoritma, dan big data. Mesin tahu apa yang mesti dilakukan sesuai dengan keinginan manusia (input).

Dalam kasus belanja online misalnya, mesin tahu produk apa yang kita suka, yang sering kita lihat, kemampuan keuangan kita, sebulan belanja berapa dan apa saja. Dia tahu preferensi kita, kebiasaan kita, gaya dan perilaku kita.

Kalau dulu yang disebut modal perusahaan itu seperti tanah, gedung, kendaraan, maupun uang. Tapi sekarang, DATA adalah modal terpenting, terutama bagi perusahaan digital startup. Banyak perusahaan online yang tak memiliki kantor atau aset tertentu, tapi bisa menjadi besar dan sukses. Perusahaan taksi tak harus memiliki armada taksi, perusahaan penginapan tak harus memiliki hotel.

Banyak hal yang ingin dicapai oleh manusia di era kecerdasan buatan ini, seperti peningkatan taraf hidup, kelimpahan, kemakmuran, dan kualitas kesehatan yang lebih baik. Bahkan, ada sebagian yang memimpikan adanya imortalitas (keabadian, tidak mengalami mati) pada manusia. Sekiranya jantung bisa dibuat tetap berdetak, jika sel bisa diregenerasi, dan seandainya darah bisa terus mengalir; maka manusia akan hidup terus.

Sebuah impian yang imposibel menurut saya. Sebab, sudah menjadi sunnatullah (hukum) bahwa setiap yang bernyawa PASTI akan mengalami kematian. Hal ini dipertegas di dalam kitab suci ketiga agama samawi.

Selain itu, nyawa berbeda dengan detak jantung, tidak sama dengan aliran darah, dan lain dengan sel yang bisa diregenerasi. Coba Anda bayangkan, jika manusia tidak mati. Betapa penuhnya penduduk di muka bumi ini, sementara kelahiran demi kelahiran terus terjadi.

Robotisasi Manusia
Selain munculnya robot-robot (mesin-mesin baru), manusia itu sendiri telah mengalami robotisasi, terutama sejak Revolusi Industri Ketiga. Manusia dianggap diperlakukan seperti mesin-mesin, dianggap hanya makhluk jasmaniah semata; yang tak memiliki ruh, tak mempunyai jiwa. Bahkan, di dunia idustri, manusia disebut sebagai aset. Sama halnya dengan aset-aset yang lain, seperti tanah, bangunan, peralatan/perlengkapan, inventaris dll.

Seringkali kita mendengar, sebuah perusahaan memperlakukan karyawannya secara tidak manusiawi. Jam kerja yang lebih panjang, sering lembur, gaji tidak layak, hak-hak tidak terpenuhi dan sebagainya.

Robotisasi juga terjadi karena sebuah sistem. Kita sering "dipaksa" untuk bekerja laksana robot: dikejar deadline, tugas dadakan, tugas tambahan, cenderung administratif/formalitas (membuat laporan ini laporan itu). Kita cenderung bekerja secara otomatis. Tanpa dibarengi berpikir, tanpa perasaan-dengan hati, tanpa penjiwaan, dan tanpa pemaknaan.

Atau diri kita sendiri yang dengan sengaja menjadikan robot. Seolah-olah kita hanyalah tubuh fisik. Kita mengabaikan unsur rohani dalam diri kita. Kita melupakan unsur kejiwaan dalam raga kita. Kita hanya memenuhi kebutuhan fisik semata: makan-minum, seks, pakaian, perhiasan dll. Sedangkan kebutuhan akan spiritualitas, religiositas, nilai, makna, hakikat diri, ilmu seringkali tak terpenuhi.

Semoga di zaman yang serba robot (mesin-mesin baru) ini, kita tidak ikut-ikutan menjadi robot. Apalagi kita dikendalikan oleh robot-robot itu. Kita tetap menjadi manusia. Seutuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun