Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi "Remote Control" bagi Diri Sendiri

29 Oktober 2018   21:36 Diperbarui: 29 Oktober 2018   21:45 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Be Yourself. Jadilah dirimu sendiri. Sebuah frase yang sudah sering kita dengar dari para motivator, atau sering kita baca di buku-buku pengembangan diri. Mudah diucapkan, ringan dilafalkan. Akan tetapi, pelaksanaannya tak semudah mengucapkannya, praktiknya tak seringan melafakannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sadari atau tidak, seringkali kita menjadi orang lain, menjadi seperti yang diingkan oleh masyarakat di lingkungan kita. Mulai dari cara berbicara, cara berpikir, cara berpakaian, membangun rumah, membeli kendaraan, kepemilikan harta, gaya hidup, sikap dan perilaku, dan seterusnya.

Keputusan yang kita ambil pun bukan murni pilihan kita sendiri, tapi seringkali dipilihkan oleh orang lain. baik atau tidak lebih condong kepada pendapat orang lain. tindakan yang kita ambil menurut penilaian orang lain. melakukan sesuatu juga seringkali atas rekomendasi orang lain.

Contoh kecil, ketika kita ingin membeli sepeda motor. Karena kita lebih mendengar omongan orang lain, akhirnya kita membeli sesuai yang diingkan orang itu, yang tak jarang kita memaksakan diri. Padahal, membeli sepeda motor second dengan kondisi 90% pun sudah cukup dan pas buat kita.

Contoh lain, urusan menyekolahkan anak. Sekolah yang dituju bukan atas pilihan sendiri ataupun pilihan anak kita, tapi atas dasar pertimbangan dan masukan orang lain. Kita kurang yakin dengan pilihan sendiri dan lebih percaya dengan pilihan orang lain. Bahkan, terkadang kita hanya sekedar ikut-ikutan berdasarkan tren atau gengsi.

Terlebih di era globalisasi sekarang ini, kita menjadi semakin tidak merdeka. Hampir seluruh aspek kehidupan kita dikendalikan oleh isme-isme global. Entah itu kapitalisme, konsumerisme, hedonisme. Juga pengaruh dari iklan, budaya populer, kenikmatan semu, gaya hidup, syahwat duniawi, dan sebagainya.

Gembira atau Sedih

Perihal menyangkut perasaan, sering juga ditentukan oleh orang lain. Kita menjadi senang atau bahagia dikarenakan pujian orang lain. Sebaliknya, kita menjadi sedih atau marah karena dikritik, diejek, dicaci-maki, dihina, dicela oleh orang lain. Bagaimana kondisi perasaan kita, orang lain yang menentukan.

Padahal perasaan itu adalah milik kita sendiri. Oleh karena itu, kitalah "raja" dari perasaan kita. Seharusnya kita yang menentukan, apakah mau gembira atau mau sedih. Walaupun bersifat alamiah, perasaan gembira atau sedih dapat diolah. Respon terhadap stimulus dari luar dapat dimanipulasi.

Ketika ada yang menghina kita, kita pun diberi kebebasan untuk menentukan respon kita. Apakah kita akan marah, sedih, atau cuek. Atau justru kita malah senang dan bersyukur, karena dengan dihina kita akan memiliki mental yang kuat dan pribadi yang tangguh.

Jadilah "Remote Control" Diri Sendiri

Hidup kita bahagia atau tidak, pada dasarnya kitalah yang menentukan. Jangan sampai faktor-faktor eksternal, seperti ucapan, sikap, dan tindakan orang lain mempengaruhi bahkan menentukan kebahagiaan atau kesedihan kita. Apapun yang dilakukan oleh orang, semestinya tak mempengaruhi sedikit pun kehidupan kita.

Menjadi remote control diri sendiri berarti kitalah yang mengontrol seluruh kehidupan kita. Hidup kita ada pada genggaman tangan kita sendiri. Kita menjadi pengendali pikiran, perasaan, dan perbuatan kita. Orang lain tidak kita izinkan untuk mengontrolnya. Kita baru boleh terpengaruh oleh orang lain, jika hal itu berupa semangat, dorongan, dukungan, kebaikan, dan hal positif lainnya.

Merdeka tidak hanya terbebas dari penjajahan (fisik) semata. Merdeka juga berarti kita bebas menjadi diri sendiri, menjadi raja atas diri sendiri. Dengan menjadi remote control bagi diri sendiri, kita telah menemukan kemerdekaan yang sejati.

Dikontrol oleh orang lain mungkin tidaklah terlalu berbahaya, dan kita masih sanggup untuk menanganinya. Akan tetapi, ketika kehidupan kita telah dikontrol oleh Iblis, barangkali membuat hidup kita benar-benar tidak berdaya. Karena perangkap Iblis begitu kuat, taringnya begitu kokoh, dan jaring-jaringnya amatlah ampuh. Siapa saja yang masuk dalam kontrol Iblis, tiada lain dan tiada bukan selain akan dibawa kepada kesedihan, kesengsaraan,dan tentunya ke neraka. Satu-satunya cara agar kita terhindar dari perangkap Iblis adalah memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Mahamelindungi. (Trimanto B. Ngaderi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun