Menyadari kebesaran Sang Pencipta
Betapa Tuhan Mahabesar telah menciptakan sekian ratus (sekian ribu) bahasa di dunia. Tiap suku/bangsa di dunia ini memiliki bahasanya masing-masing. Di negara kita sendiri, juga ada ratusan bahasa. Di Papua khususnya, diperkirakan juga ada ratusan bahasa, karena begitu banyaknya suku-suku yang ada di sana.
Begitu banyaknya bahasa di dunia, suatu hal yang harus kita syukuri bersama. Mari kita pergunakan dengan sebaik-baiknya dan kita lestarikan agar tidak punah digusur oleh bahasa asing. Diharapkan juga, kita saling mempelajari antara bahasa satu dengan bahasa lainnya untuk memperkaya dan memudahkan dalam berkomunikasi dan menyampaikan pesan. Â
Pada mulanya satu bahasa
Menurut keyakinanku, semua bahasa yang ada di dunia ini berasal (bermuara) pada bahasa yang dipakai nenek-moyang manusia, yaitu bahasanya Adam-Hawa. Ketika anak-keturunan Adam-Hawa mulai berkembang, muncullah bahasa-bahasa baru sesuai konteks ruang dan waktunya masing-masing. Dan bahasa-bahasa baru tersebut terus-menerus mengalami perkembangan akibat adanya proses migrasi, asimilasi, akulturasi, dan bentuk interaksi lainnya.
Salah satu contoh adalah bahasa bangsa Semit. Pecahan bahasa Semit memunculkan adanya bahasa Aram, Arab, dan Ibrani. Bahasa Arab pun banyak variannya, ada Arab Yahudi, Arab Mesir, Arab Yaman, Arab Syam dll. Di Indonesia, ada bahasa induk Melayu, variannya seperti Melayu Aceh, Melayu Minangkabau, Melayu Riau, Melayu Palembang, Melayu Pontianak, dan seterusnya. Juga dalam bahasa Batak, ada bahasa subetnis Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, dan Batak Angkola.
Adanya persamaan bahasa
Adanya proses migrasi, maka interaksi antaretnis suatu hal yang niscaya. Interaksi yang intens akan mengakibatkan proses saling mempengaruhi, take an give, serta penambahan dan pengurangan. Suatu suku memberikan bahasanya kepada suku lain, dalam waktu bersamaan juga mengambil bahasa orang lain ke dalam bahasanya.
Sebagai contoh, kata desa (Indonesia) dengan kata firdaus (Arab) dan paradise (Inggris). Atau kata bahasa daerah untuk nyamuk di Sunda, Mandailing, maupun Madura sama, yaitu reungit.
Bahasa sebagai wujud eksistensi
Manusia mengungkapkan pikiran dan perasaannya lewat bahasa. Manusia berkomunikasi dengan manusia lainnya juga lewat bahasa. Segala hal yang ada di dunia ini dideskripsikan dalam bentuk bahasa. Kita mengetahui sejarah masa lampau melalui bahasa, termasuk prediksi masa mendatang pun dengan bahasa.