Pengaruh Budaya Setempat
Selain pendidikan orang tua, budaya masyarakat juga sangat menentukan perilaku korupsi. Menyuruh orang lain dengan memberi uang sogok, meminta tolong aparat desa dengan memberi sejumlah imbalan tertentu, mengurus administrasi tertentu dengan memberi suap.
Ketika hal ini sering  dipraktekkan di dalam masyarakat, maka hal ini dianggap hal yang biasa dan sesuatu yang wajar. Akhirnya menjadi kebiasan, dan kebiasaan akan menjadi budaya, dan budaya akan menjadi karakter.
Ah, teman-teman kerja sudah biasa kok menyelundupkan semen (bagi pekerja bangunan). Alah, sudah biasa kok menilep uang bantuan (bagi pekerja sosial). Ahh, sudah wajarlah agar urusannya lancar ngasih uang pelicin. Alahh, lumrah to kita kasih amplop ke calon pemilih agar kita menang, dan seterusnya, dan seterusnya masih banyak lagi.
Lha semua yang bekerja di sini korupsi, masak aku tidak sendiri. Lha kebanyakan orang sini sudah biasa dapat uang suap, mosok aku akan menolak. Lha orang-orang pada buat nota fiktif, masak sih aku nggak ikutan juga. Dan berbagai alasan lainnya.
Kalau semua sudah seperti itu, bagaimana korupsi akan bisa diberantas.
Penutup
Kalau ingin benar-benar memberantas korupsi, jangan hanya memotong ranting dan dahan saja, tapi cabutlah pohon hingga ke akar-akarnya.
Salam antikorupsi.... say no to corrupt!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H