Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Akar Korupsi Berasal dari Pendidikan Keluarga

18 April 2018   21:12 Diperbarui: 18 April 2018   21:25 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyuruh anak belanja ke warung

Tanpa sepengetahuan orang tua, selain belanja barang yang dipesan orang tua, diam-diam ia membeli jajanan atau yang lainnya dan tidak melapor atau memberi tahu. Apalagi bagi orang tua yang hanya sekedar menyuruh dan menerima barang belanjaan, tanpa menanyakan habis berapa dan sisa berapa, atau menanyakan secara rinci harga per barang. Selain itu, kebiasaan orang tua yang sering (selalu) memberi upah kepada anaknya ketika menyuruhnya belanja ke warung.

Membayar Uang Sekolah

Sebagian orang tua tidak mau melakukan kroscek ke pihak sekolah terkait pembayaran sekolah anaknya. Apakah benar ada pembayaran ini dan itu, apakah benar besaran uang segitu dan segitu. Biasanya jika ada pembayaran, pihak sekolah memberikan surat pemberitahuan kepada orang tua.

Nah, terkadang orang tua juga malas membaca. Intinya, jika si anak meminta untuk pembayaran ini dan sebesar ini, orang tua langsung memberikannya. Padahal yang sebenarnya,  nilainya tak sebesar itu, bahkan tidak ada pembayaran apapun (fiktif belaka). Di sinilah, anak sudah belajar (terbiasa) melakukan markup, manipulasi, rekayasa.

Terlalu Memanjakan Anak

"Kerja capek-capek buat siapa lagi kalau bukan buat anak". Ungkapan seperti ini yang sering dijadikan dalih untuk memanjakan anak. Segala yang diinginkan anak selalu dipenuhi, segala yang disenangi anak mesti dituruti, segala yang dimaui anak segera ditunaikan. Hal itu dianggap sebagai bukti (tanda) sayang kepada anak.

Orang tua tak lagi mempertimbangkan dampak, proporsi, timing, usia, kondisi dll. Ini jelas tindakan yang keliru. Hal itu akan membuat si anak menganggap bahwa hidup itu selalu enak, serba mudah, serba ada, tak perlu usaha, tak butuh perjuangan.

Tidak Melatih Kemandirian

Ini masih ada hubungannya dengan perihal terlalu memanjakan anak. Biasanya anak yang terlalu dimanjakan juga tidak bisa mandiri. Anak cenderung mau enaknya saja, menjadi malas, tidak bisa apa-apa, dependen. Anak tidak dilatih untuk bisa mengurus dirinya sendiri.

Anak tidak diajari melakukan pekerjaan tertentu. Tahunya hanya meminta, menyuruh, dan menikmati. Ketika ia menjadi pejabat, ia cenderung tidak kreatif, ingin hidup senang dan mewah tanpa perjuangan, ingin mendapatkan uang banyak tanpa usaha dan kerja keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun