Menyuruh anak belanja ke warung
Tanpa sepengetahuan orang tua, selain belanja barang yang dipesan orang tua, diam-diam ia membeli jajanan atau yang lainnya dan tidak melapor atau memberi tahu. Apalagi bagi orang tua yang hanya sekedar menyuruh dan menerima barang belanjaan, tanpa menanyakan habis berapa dan sisa berapa, atau menanyakan secara rinci harga per barang. Selain itu, kebiasaan orang tua yang sering (selalu) memberi upah kepada anaknya ketika menyuruhnya belanja ke warung.
Membayar Uang Sekolah
Sebagian orang tua tidak mau melakukan kroscek ke pihak sekolah terkait pembayaran sekolah anaknya. Apakah benar ada pembayaran ini dan itu, apakah benar besaran uang segitu dan segitu. Biasanya jika ada pembayaran, pihak sekolah memberikan surat pemberitahuan kepada orang tua.
Nah, terkadang orang tua juga malas membaca. Intinya, jika si anak meminta untuk pembayaran ini dan sebesar ini, orang tua langsung memberikannya. Padahal yang sebenarnya, Â nilainya tak sebesar itu, bahkan tidak ada pembayaran apapun (fiktif belaka). Di sinilah, anak sudah belajar (terbiasa) melakukan markup, manipulasi, rekayasa.
Terlalu Memanjakan Anak
"Kerja capek-capek buat siapa lagi kalau bukan buat anak". Ungkapan seperti ini yang sering dijadikan dalih untuk memanjakan anak. Segala yang diinginkan anak selalu dipenuhi, segala yang disenangi anak mesti dituruti, segala yang dimaui anak segera ditunaikan. Hal itu dianggap sebagai bukti (tanda) sayang kepada anak.
Orang tua tak lagi mempertimbangkan dampak, proporsi, timing, usia, kondisi dll. Ini jelas tindakan yang keliru. Hal itu akan membuat si anak menganggap bahwa hidup itu selalu enak, serba mudah, serba ada, tak perlu usaha, tak butuh perjuangan.
Tidak Melatih Kemandirian
Ini masih ada hubungannya dengan perihal terlalu memanjakan anak. Biasanya anak yang terlalu dimanjakan juga tidak bisa mandiri. Anak cenderung mau enaknya saja, menjadi malas, tidak bisa apa-apa, dependen. Anak tidak dilatih untuk bisa mengurus dirinya sendiri.
Anak tidak diajari melakukan pekerjaan tertentu. Tahunya hanya meminta, menyuruh, dan menikmati. Ketika ia menjadi pejabat, ia cenderung tidak kreatif, ingin hidup senang dan mewah tanpa perjuangan, ingin mendapatkan uang banyak tanpa usaha dan kerja keras.