Belum lama ini kita dihebohkan oleh “manusia kayu” asal Sragen, Jawa Tengah. Tak jauh dari Sragen, tepatnya di Dukuh Jering RT 12/RW 02 No. 649, Desa Wates, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali juga terdapat “manusia kayu” yang keadaannya lebih parah dari yang di Sragen. Adalah Warjiman, usia sekitar lima puluh-an tahun, sudah 20 tahun lamanya (sejak 1998) terbaring kaku di tempat tidurnya.
Seluruh tubuhnya kaku seperti kayu, tidak dapat digerakkan sama sekali, kecuali kedua tangannya. Badan, kaki, dan kepala sudah seperti kayu. Kepala tidak dapat dimiringkan atau menoleh, demikian halnya kaki tak dapat digerakkan atau ditekuk. Satu-satunya anggota tubuh yang masih dapat digerakkan adalah kedua tangannya, sehingga ia masih dapat makan sendiri dengan cara piring diletakkan di perutnya, kemudian ia menyuapkan nasi dengan tangannya.
Ketika masih muda, ia bekerja di galian pasir. Tentu pekerjaannya cukup berat, yaitu menggali pasir dan angkat beban berat. Suatu kali ia kecethit (Jawa) hingga menyebabkan pinggang dan punggungnya sakit. Dikira tidak parah dan tidak berbahaya, ia hanya berobat biasa dan melakukan pijat atau urut.
Menurut penuturannya sendiri, usai peristiwa kecethit tersebut, ia masih sempat menjadi tukang becak di Semarang selama beberapa waktu. Nah, mulai dari sinilah, rasa sakit yang dideritanya semakin parah. Hingga akhirnya ia mengalami tubuh kaku seperti sekarang ini.
Menurut pengakuannya pula, sepertinya syarat di tubuhnya telah terganggu atau mati, dan darah di tubuhnya berhenti mengalir. Katanya, ia jarang sekali terkena sakit, seperti panas, masuk angin, atau batuk pilek.Kondisi Keluarga
Warjiman hanya tinggal berdua bersama ibunya yang telah berusia renta. Kondisi tubuh ibunya sudah amat lemah, penglihatan maupun pendengarannya sudah jauh berkurang. Keduanya tinggal di rumah yang masih terbuat dari bambu dan kayu serta masih berlantai tanah.
Ketika saya bersama rekan saya berkunjung ke rumahnya untuk mengetahui keadaan Warjiman yang sesungguhnya dan menyarankan pihak keluarga untuk melakukan pengobatan ke rumah sakit, pada awalnya pihak keluarga (terutama kakak kandungnya) tampak keberatan, dengan alasan tidak ada yang menungguinya di rumah sakit nantinya. Alasan lain terkait dengan perihal biaya. Walaupun kami telah meyakinkan mereka siap untuk membantu pengurusan pengobatan atau mencarikan bantuan baik dari pemerintah maupun dari lembaga swasta (lembaga zakat, lembaga amal, dll)
Sebelum kami datang, tim TKSK dari Dinas Sosial Boyolali sudah berkunjung hari kemarin. Mereka juga mengupayakan agar Warjiman segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan. Mereka siap mengurus semua keperluannya mulai dari urusan administrasi, mobil ambulans, dan bantuan pendukung lainnya. Apalagi keluarga Warjiman juga mendapat BPJS Subsidi dari pemerintah.
Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari warga sekitar maupun dari perangkat desa, sebenarnya mereka sudah lama berupaya untuk membantu pengobatan Warjiman, termasuk pernah melakukan iuran dana. Perangkat desa juga pernah memfasilitasi terkait urusan administrasi untuk keperluan berobat.
Alhamdulillah, saat ini Pak Warjiman telah mendapatkan perawatan di RSUD Simo, Boyolali sejak tanggal 16 Februari 2017 lalu. Mohon doa para pembaca sekalian, semoga Tuhan berkenan memberikan kesembuhan kepadanya. Amin.
Keprihatinan Bersama
Jika kita cermati, ternyata banyak sekali orang-orang di sekitar kita yang mengalami cobaan dan penderitaan. Terkadang kita tidak tanggap dan peka terhadap lingkungan sekitar. Kita cenderung bersikap acuh, masa bodoh, dan tak peduli. Globalisasi dengan paham kapitalismenya, telah mendidik kita untuk menjadi manusia yang egois dan individualis. Kita dituntut untuk hanya memikirkan diri sendiri.
Saya yang sudah 1,5 tahun bertugas di desa tersebut, juga baru tahu sekarang kalau ada orang yang mengalami seperti itu. Bukan karena saya tidak peduli, tapi masyarakat di dukuh tersebut tidak ada yang bercerita perihal orang tersebut. Menurutku, mungkin saja karena itu kejadian yang sudah sangat lama, sehingga warga sudah merasa biasa atau enggan mempedulikannya lagi.
Menurut saya, kejadian seperti itu bukan saja tanggung jawab pemerintah semata, tapi merupakan tanggung jawab bersama semua pihak. Baik warga, aparat desa, pemerintah, maupun kaum agamawan memiliki andil untuk membantu Pak Warjiman. Tidak seharusnya kita saling menyalahkan atau mencari kambing hitam. Yang terbaik adalah mari kita segera berbuat sesuatu untuk kebaikan dia dan berhadap akan kesembuhannya.
Semoga dengan kejadian tersebut, menjadi pelajaran kita bersama untuk lebih peka dan tanggap terhadap penderitaan orang di sekitar kita.
Jika ada hal yang ingin diketahui lebih lanjut bisa email ke : tri7_ready@yahoo.co.id
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI