SIAPA BILANG AKU MISKIN
Oleh: Trimanto B. Ngaderi
Memang, rumahku terbuat dari bambu
Memang, rumahku masih berlantaikan tanah
Memang, kutidur beralaskan tikar pandan
Memang, istriku memasak berbahan bakar kayu
Namun,
Setiap waktu orang hilir-mudik bertamu ke rumahku
Ada perangkat desa, petugas sensus, pegawai dinsos, TKSK, pendamping PKH
Dan entah apa lagi
Mereka banyak bertanya
Meminta KTP-KK
Melihat rumah dan segala isinya
Bahkan memotonya
Hingga di suatu hari
Tumpukan kartu-kartu memenuhi meja kusamku
Ada yang berwarna hijau, merah, ungu, dan biru
Entah apa namanya, dan entah apa pula kegunaannya
Menurut tetanggaku,
aku tergolong miskin, tidak mampu, pra-sejahtera, dan istilah lainnya
aku berhak mendapat bantuan katanya
padahal,
aku tak pernah merasa miskin
aku tak pernah merasa kekurangan
apalagi merasa kelaparan
apalagi merasa kehausan
aku sudah merasa cukup makan berlaukkan ikan asin dan sayur bening
aku sudah merasa cukup memakai beberapa lembar pakaian sederhana
aku merasa bersyukur bisa menyekolahkan anak walau sering nunggak bayar
ketika bantuan itu benar-benar datang
berbagai masalah pun berdiri menghadang
iri-dengki dari tetangga dan sanak-kadang
membuat hati dan pikiran kian tak tenang
sekali lagi aku bilang
sekali lagi kukatakan
lebih baik tanpa bantuan
sekali lagi kukatakan
aku miskin, siapa yang bilang
siapa bilang aku miskin
siapa bilang aku miskin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H