Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masyarakat Instan, Masyarakat Intan

21 Juli 2016   11:10 Diperbarui: 21 Juli 2016   11:44 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita cermati, kecenderungan orang sekarang adalah pinginnya serba cepat-serba instan. Ingin cepat kaya, cepat pintar, cepat terkenal, cepat sukses, cepat naik jabatan, dan berbagai lari cepat lainnya. Bahkan, urusan kecil sehari-hari juga bisa temui ada makanan dan minuman instan hingga urusan seks sekalipun juga instan.

(Mungkin) kalau zaman dahulu orang ingin cepat kaya dengan cara memelihara tuyul, pergi ke dukun pesugihan, memakai jimat atau mantra, memiliki jin, dan semacamnya. Kalau sekarang dengan teknologi canggih, ada jenis judi terbaru, bisnis berantai/berlevel, bisnis online, bisnis riba, dll

Aku masih ingat ketika kecil dulu yang segalanya masih serba alamiah, mengikuti proses hukum alam yang berlaku. Menanam padi dipupuk dengan pupuk kandang/organik, ayam kampung yang tumbuh secara alamiah, memasak makanan dengan cara diolah (diproses) sebagaimana mestinya, mau memiliki sesuatu harus berusaha dan bekerja keras, dan seterusnya. Semua proses dijalani tahap demi tahap dengan penuh kesungguhan dan kesabaran.

Karena dilakukan secara alamiah (sunnatulah), maka hasil yang didapat pun berupa INTAN (bukan instan). Badan menjadi kuat dan sehat, pribadi yang tangguh dan tegar, tidak menimbulkan efek negatif, dan akan membawa pula kebaikan bagi lingkungan (semesta). Pribadi kita adalah pribadi yang mulia, karena intan akan terus bertahan sampai kapan pun dan takkan pudar oleh terpaan dan perubahan zaman. Ia akan terus berkilau walau ditaruh di comberan sekalipun.

Berbeda dengan yang INSTAN, akan membuat tubuh lemah dan mudah sakit, tidak sabar, merusak diri sendiri dan kepribadian, dan juga merusak lingkungan sekitar (akibat keserakahan dalam eksploitasi/penambangan). Instan akan membawa kerapuhan, kesenangan sesaat, dan tidak akan bertahan lama. Instan tidak dibangun oleh pondasi yang kuat dan simpul tali yang kokoh.

INSTAN adalah simbol kelemahan, kebodohan, keserakahan, dan juga kesombongan.

Akhir kata, mari kita memilih yang INTAN...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun