Mohon tunggu...
M. Khaliq Shalha
M. Khaliq Shalha Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat literasi bersama anak didik

Pustakawan MTs Al-Wathan Sumenep

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Problema Filosofis Dalam Pendidikan Modern

28 November 2014   09:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:38 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf (humanisasi), dan mencegah dari yang munkar (liberasi), dan beriman kepada Allah (transendensi).

Tiga muatan nilai inilah menurut Kuntowijoyo yang mengkateristikkan ilmu sosial profetik. Dengan kandungan nilai-nilai humanisasi, liberasi, dan transendensi, ilmu sosial profetik diarahkan untuk rekayasa masyarakat menuju cita-cita sosio-etiknya di masa depan. Gagasan ini menurutnya diilhami oleh Muhammad Iqbal, khususnya ketika Iqbal bercerita tentang peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Seandainya Nabi itu seorang mistikus atau sufi, kata Iqbal, tentu beliau tidak ingin kembali ke bumi, karena telah merasa tenteram bertemu dengan Tuhan dan berada di sisi-Nya. Nabi kembali ke bumi untuk menggerakkan perubahan sosial , untuk menggarakkan perubahan sosial, untuk mengubah jalannya sejarah. Beliau memulai sesuatu transformasi sosial budaya berdasarkan cita-cita profetik.[14]

Tujuan humanisasi adalah memanusiakan manusia. Kita tahu bahwa era sekarang sudah mengalami proses dehumanisasi karena masyarakat industrial menjadikan kita sebagai bagian dari masyarakat abstrak tanpa wajah kemanusiaan. Kita mengalami obyektivasi ketika berada di tengah-tengah mesin-mesin politk dan mesin-mesin pasar. Tujuan liberasi adalah pembebasan bangsa dari kekejaman kemiskinan, keangkuhan teknologi. Menyatu rasa dengan mereka yang miskin, mereka yang terperangkap dalam kesadaran teknokratis, dan mereka yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa, ingin bebas secara bersama-sama dari belenggu-belenggu yang dibangun sendiri. Tujuan transendensi adalah menambahkan dimensi transendental dalam kebudayaan. Kehidupan ini sudah banyak menyerah kepada arus hedonisme, matearilisme. Kita percaya bahwa sesuatu harus dilakukan, yaitu membersihkan diri dengan mengingatkan kembali dimensi transendental yang menjadi bagian sah dari fitrah kemanusiaan. Kita ingin merasakan kembali sebagai rahmat Tuhan. Kita ingin hidup kembali dalam suasana yang lepas dari ruang dan waktu, kita bersentuhan dengan kebesaran Tuhan.[15]

Gagasan cemerlang inilah sepatutnya kita jadikan sebagai paradigma untuk membangun sebuah orientasi pendidikan ke arah humanisasi, liberasi, dan transendensi.

E.PENUTUP

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menjamin supaya pendidikan itu benar dan prosesnya efektif, dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan landasan-landasan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan.

Munculnya teori-teori pendidikan Barat dimulai setelah munculnya Renaissance hingga abad 20

Munculnya teori-teori pendidikan menurut perspektif historis tak bisa dilepaskan dari konteks pandangan filsafat Barat mulai setelah munculnya Renaissance hingga abad ini masih mendominasi dunia pendidikan.

Biladisimak secara saksama masalah pendidikan dalam masyarakat, tampak jelas bahwa komersialisasi pendidikan berbanding lurus dengan dehumanisasi dan demoralisasi dengan landasan fisafat Progressivisme. Hal ini terjadi karena ada pendangkalan orientasi kependidikan sebagai akibat dari sistem ekonomi pasar dunia yang material-kapitalistik ini melekat mulai dari titik kebijakan hingga pada praktik penyelenggaraan pendidikan. Secara revolusioner pula, kedua sistem itu memfasilitasi potensi nafsu manusia baik secara individual maupun sosial, yang berkembang menjadi watak dan perilaku serakah. Solusinya adalah perlu merubah orientasi pendidikan. Solusi yang penulis tawarkan adalah ilmu pendidikan profetik yang memiliki dimensi humanisasi, liberasi, dan transendensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun