Mohon tunggu...
M. Khaliq Shalha
M. Khaliq Shalha Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat literasi bersama anak didik

Pustakawan MTs Al-Wathan Sumenep

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Problema Filosofis Dalam Pendidikan Modern

28 November 2014   09:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:38 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara sederhana, istilah cinta menunjukkan adanya aksi yang didukung oleh dua pihak. Pihak pertama berperan sebagai subyek dan pihak kedua berperan sebagai obyek. Sedangkan aksi tersebut didorong oleh suatu kecenderungan subyek untuk menyatu dengan obyek. Untuk bisa menyatu dengan obyek, subyek harus mengetahui sifat atau hakikat obyek. Dengan demikian, pengetahuan mengenai obyek menentukan penyatuan subyek dengan obyek. Semakin mendalam pengetahuan subyek maka semakin kuat penyatuannya dengan obyek.

Adapun istilah kebijaksanaan yang akar katanya adalah bijaksana, mendapatkan awalan ke dan akhiran an, menggambarkan pengetahuan hakiki tentang bijaksana. Jadi kebijaksanaan adalah hakikat dari perbuatan bijaksana. Perbuatan bijaksana dikenal sebagai bersifat benar, baik, dan adil. Perbuatan demikian dilahirkan dari dorongan kemauan yang kuat menurut keputusan perenungan akal pikiran, dan atar perimbangan perasaan yang dalam.

Dari pendekatan etimologis tersebut dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah pengetahuan mengenai pengetahuan. Dapat pula diartikan sebagai akar dari pengetahuan atau pengetahuan terdalam.[5]

Sedangkan pengertian filsafat secara akumulatif adalah pemikiran radikal. Penyelidikan dengan pikiran mendalam atau perenungan mengenai obyek sampai ke akar-akarnya (radix). Maksudnya adalah berpikir mendalam sampai ditemukan unsur-unsur inti yang secara sitematik menjadikan obyek sampai pada hakikat kebenaran hakiki, yaitu kebenaran pada tingkat abstrak-universal yang bersifat mutlak. Ada yang mengatakan bahwa filsafat adalah berpikir ilmiah, tetapi tidak setiap berpikir ilmiah adalah filsafat. Maksudnya, maksudnya metode dan sistem ilmiah kefilsafatan berproses menurut segala segi, sehingga dapat mencapai kebenaran ilmiah kefilsafatan, kebenaran universal, yaitu kebenaran hakiki atau kebenaran absolut (substantif). Sedangkan metode dalam sistem pemikiran ilmiah biasanya berproses menurut sudut pandang tertentu, sehingga akan menghasilkan kebenaran ilmiah (obyektif) yang cakupannya tertentu dan khusus yang bersifat relatif.[6]

2.Filsafat Pendidikan dan Peranannya

Bertitik tolak pada pengertian filsafat secara akumulatif di atas jika dikaitkan dengan pemikiran filosofis tentang pendidikan maka selanjutnya dikembangkan menurut keseluruhan segi yang ada di dalam obyek pendidikan. Karena pendidikan adalah masalah manusia, jadi seluruh segi kehidupan manusia akan menjadi tolok ukur pemikiran. Dengan kata lain, pendidikan dipikirkan sejauh hakikat keberadaan manusia.

Manusia sebagai pribadi atau pun sebagai masyarakat, sebagai bangsa dan negara hidup di dalam sosio-budaya. Aktivitas untuk mewariskan dan mengembangkan sosio-budaya tersebut terutama melalui pendidikan. Untuk menjamin supaya pendidikan itu benar dan prosesnya efektif, menurut Mohammad Noor Syam[7] dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan landasan-landasan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan. Dengan demikian kedua asas tersebut, filosofis dan ilmiah tak dapat dipisahkan, sebab pendidikan sebagai usaha membina dan mewariskan kebudayaan, mengemban satu kewajiban yang luas dan menentukan prestasi suatu bangsa; bahkan tingka sosio-budaya mereka. Sehingga pendidikan bukanlah usaha dan aktivitas spekulatif semata. Pendidikan harus secara fundamental didasarkan atas asas-asas filosofis dan ilmiah yang menjamin pencapaian tujuan, yakni meningkatkan sosio-budaya bahkan martabat bangsa, kewibawaan dan kejayaan negara.

Bidang ilmu pendidikan dengan berbagai cabangnya merupakan landasan ilmiah bagi pelaksanaan pendidikan yang terus berkembang secara dinamis. Sedangkan filsafat pendidikan sesuai denga peranannya, merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Kedua bidang di atas harus menjadi pengerahuan dasar (basic knowledge) bagi setiap pelaksana pendidikan. Untuk itu, perlu dipahami secara mendalam arti dan fungsi filsafat pendidikan di samping ilmu pendidikan dengan berbagai cabangnya.

Selanjtunya, proses pendidikan adalah proses perkembagan dengan suatu tujuan. Tujuan proses perkembangan tersebut secara alamiah adalah kedewasaan dan kematangan. Sebab potensi manusia yang paling alamiah adalah tumbuh menuju ke tingkat kedewasaan dan kematangan. Potensi ini akan berwujud apabila prakondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan, misalnya iklim, makanan, kesehatan, keamanan relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.

Apakah makna kedewasaan dan kematangan tersebut bersifat biologis-jasmaniah atau rohaniah (pikir, rasa, dan karsa), ataukan secara moral dalam arti bertanggung jawab atau sadar normatif. Realitanya tidak semua manusia berkembang sebagaimana diharapkan. Maka akan lahir dalam pikiran manusia problem-problem beberapa kemungkinan perkembagan potensi manusia itu. Lalu manakah yang lebih menentukan, apakah potensi yang kodrati, faktor-faktor alam sekitar, atau faktor luar khususnya pendidikan.

Adanya aktivitas dan lembaga-lembaga pendidikan merupakan jawaban manusia atas problem itu. Karena diproyeksikan bahwa pendidikan itu mungkin dan mampu mewujudkan potensi manusia sebagai aktualitas, maka pendidikan itu digelar. Timbulnya problem sekaligus solusi alternatifnya adalah bidang pemikiran filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan. Ini berarti bahwa pendidikan adalah pelaksana dari ide-ide filsafat. Dengan kata lain ide filsafat memberikan asas kepastian nilai perenan pendidikanuntuk pembinaan manusia sehingga melahirkan ilmu pendidikan, lembagai pendidikan, dan aktifitas penyelenggaraan pendidikan. Jadi peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang lebih terperinci, filsafat pendidikan menjadi ruh dan pedoman asasi pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun