Mohon tunggu...
Lyon Abiemanyu
Lyon Abiemanyu Mohon Tunggu... profesional -

hidup ini indah jika kita memandangnya indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Oh Bunda!

14 Desember 2013   10:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:56 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bunda, dari palung hatiku yang paling dalam, kusampaikan bahwa ku amat mencintaimu

Karenamu, berlinanglah air mata saatku putuskan untuk pergi

Pergi ke medan jihad, tempat dimana kemuliaan diraih

Anakmu adalah mujahid, duhai Bunda…

Maka janganlah kau merasa kehilanganku

Bunda, akankah kau menangisiku apabila aku terbunuh?

Jika saat itu tiba, janji Allah akan terpenuhi

Janji Rabb kita! Sadarkah engkau, Bunda?

Izinkanku memberitahumu, apa yang telah Allah siapkan

Untuk anak kesayanganmu, jika diridhai di jalanNya

Janganlah kau menangis, Bunda! Tersenyumlah, tertawalah…

Saat tetesan darah pertamaku jatuh menghujami bumi, semua dosa-dosaku akan hilang dan terhapus

Cukup hanya itukah? Tidak, masih banyak hal lainnya yang harus kau dengar

Bagaimana dengan pertanyaan di alam kubur?

Tentu, aku akan selamat sekalipun dalam hal ini!

Di hari pembalasan yang tak kurang dari 50 ribu tahun lamanya

Para syuhada’ akan berada di atas tahta, tanpa diliputi rasa takut

Atas izin-Nya, aku akan memberi syafa’at untuk 70 orang kerabatku

Demi Allah, wahai Bunda! Yang kan ku kusebut pertama kali saat itu adalah namamu…

Telah disiapkan pula 72 bidadari suci yang akan menantiku

Dari semua laki-laki, hanya aku yang kan dipilih…

Mereka tertutup dan pemalu

Ah, semua ganjaran itu hanyalah sebagian kecil puzzle dari banyak hadiah lain yang kutunggu

Maka berdo’alah, duhai Bunda! Do’akanlah itu kan menjadi taqdirku kelak…

Lalu kita kan di pertemukan di Syurga, dengan penuh kegembiraan

Oleh karenanya, aku mohon Bunda sayang…

Perkenankanlah aku

Bunda, sungguh ku mencintaimu! Lebih dari cinta yang pernah engkau rasa

Tetapi kecintaan kepada Allah-lah yang menuntunku untuk pergi

Aku tidak pernah merasa lebih bahagia dari keadaan ku saat ini, duhai Bunda…

Aku berada di tengah-tengah barisan saudaraku, para Mujahidin

Mereka tak hanya melindungiku

Akan tetapi aku mempercayakan kepada mereka atas harta dan keluargaku

Karenanya, janganlah kau bersedih jika jarak memisahkan kita…

Engkau selalu ada dalam do’aku, wahai Bunda…

Engkau selalu ada dalam hatiku, jauh di lubuk hatiku…

Kelak suatu hari nanti, Allah akan kembali mengumpulkan kita

Maka saat itulah, ku akan menyeka air matamu

Air mata kesabaran dalam penantianmu, bahwa hari esok adalah dekat

Bergembiralah wahai Bunda!

Dan ucapkanlah dengan lantang

“Anakku adalah Mujahid, dan aku bangga karenanya!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun