Bunda, dari palung hatiku yang paling dalam, kusampaikan bahwa ku amat mencintaimu
Karenamu, berlinanglah air mata saatku putuskan untuk pergi
Pergi ke medan jihad, tempat dimana kemuliaan diraih
Anakmu adalah mujahid, duhai Bunda…
Maka janganlah kau merasa kehilanganku
Bunda, akankah kau menangisiku apabila aku terbunuh?
Jika saat itu tiba, janji Allah akan terpenuhi
Janji Rabb kita! Sadarkah engkau, Bunda?
Izinkanku memberitahumu, apa yang telah Allah siapkan
Untuk anak kesayanganmu, jika diridhai di jalanNya
Janganlah kau menangis, Bunda! Tersenyumlah, tertawalah…
Saat tetesan darah pertamaku jatuh menghujami bumi, semua dosa-dosaku akan hilang dan terhapus
Cukup hanya itukah? Tidak, masih banyak hal lainnya yang harus kau dengar
Bagaimana dengan pertanyaan di alam kubur?
Tentu, aku akan selamat sekalipun dalam hal ini!
Di hari pembalasan yang tak kurang dari 50 ribu tahun lamanya
Para syuhada’ akan berada di atas tahta, tanpa diliputi rasa takut
Atas izin-Nya, aku akan memberi syafa’at untuk 70 orang kerabatku
Demi Allah, wahai Bunda! Yang kan ku kusebut pertama kali saat itu adalah namamu…
Telah disiapkan pula 72 bidadari suci yang akan menantiku
Dari semua laki-laki, hanya aku yang kan dipilih…
Mereka tertutup dan pemalu
Ah, semua ganjaran itu hanyalah sebagian kecil puzzle dari banyak hadiah lain yang kutunggu
Maka berdo’alah, duhai Bunda! Do’akanlah itu kan menjadi taqdirku kelak…
Lalu kita kan di pertemukan di Syurga, dengan penuh kegembiraan
Oleh karenanya, aku mohon Bunda sayang…
Perkenankanlah aku
Bunda, sungguh ku mencintaimu! Lebih dari cinta yang pernah engkau rasa
Tetapi kecintaan kepada Allah-lah yang menuntunku untuk pergi
Aku tidak pernah merasa lebih bahagia dari keadaan ku saat ini, duhai Bunda…
Aku berada di tengah-tengah barisan saudaraku, para Mujahidin
Mereka tak hanya melindungiku
Akan tetapi aku mempercayakan kepada mereka atas harta dan keluargaku
Karenanya, janganlah kau bersedih jika jarak memisahkan kita…
Engkau selalu ada dalam do’aku, wahai Bunda…
Engkau selalu ada dalam hatiku, jauh di lubuk hatiku…
Kelak suatu hari nanti, Allah akan kembali mengumpulkan kita
Maka saat itulah, ku akan menyeka air matamu
Air mata kesabaran dalam penantianmu, bahwa hari esok adalah dekat
Bergembiralah wahai Bunda!
Dan ucapkanlah dengan lantang
“Anakku adalah Mujahid, dan aku bangga karenanya!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H