Mohon tunggu...
Lyla Maratus Salma
Lyla Maratus Salma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gender dan Pendidikan Islam

13 Desember 2024   21:01 Diperbarui: 13 Desember 2024   21:01 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gender dan Pendidikan Islam: Membangun Kesetaraan dalam Dunia Pendidikan  

 

Pendidikan adalah pilar utama pembangunan bangsa. Sayangnya, kesenjangan gender dalam pendidikan masih menjadi tantangan serius, terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Gender, sebagai konstruksi sosial yang mendefinisikan peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, sering kali menjadi penghalang bagi akses pendidikan yang setara. Dalam konteks Islam, pendidikan seharusnya menjadi hak setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin. Namun, kenyataannya masih banyak kendala yang membatasi perempuan untuk menikmati hak tersebut.  

Kesetaraan Gender dalam Pendidikan Islam  

Islam menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Ajaran ini tercermin dalam hadis yang menyatakan, "Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim." Prinsip ini seharusnya menjadi dasar bagi kesetaraan gender dalam pendidikan. Namun, praktik di lapangan menunjukkan adanya tantangan besar, seperti bias gender dalam kurikulum, budaya patriarki, dan stereotip peran perempuan yang sering kali membatasi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan.  

Pendidikan Islam dapat menjadi alat pemberdayaan yang efektif jika diterapkan dengan prinsip kesetaraan. Reformasi kurikulum yang lebih inklusif, penghargaan terhadap peran perempuan dalam sejarah Islam, dan penghapusan bias gender dalam pengelolaan pendidikan menjadi langkah penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang adil.  

Problematika Gender dalam Pendidikan  

Kesenjangan gender dalam pendidikan disebabkan oleh berbagai faktor. Di banyak daerah, anak perempuan masih menghadapi kendala budaya yang memandang pendidikan mereka sebagai hal yang kurang prioritas dibandingkan laki-laki. Stereotip yang melekat sejak dini juga mengarahkan anak perempuan ke bidang yang dianggap tradisional, seperti seni atau keterampilan rumah tangga, sementara anak laki-laki didorong untuk menekuni sains dan teknologi.  

Dalam konteks Islam, pemahaman yang sempit terhadap ajaran agama sering kali memperparah situasi ini. Pendidikan perempuan dianggap kurang penting karena mereka diharapkan menjalankan peran domestik. Budaya patriarki yang kuat juga turut memperkuat ketimpangan, menempatkan laki-laki sebagai figur dominan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan.  

Dampak Kesenjangan Gender

Kesenjangan gender dalam pendidikan tidak hanya membatasi perempuan secara individu, tetapi juga menghambat kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Anak perempuan yang tidak mendapatkan pendidikan cenderung memiliki keterampilan yang terbatas, yang memengaruhi kemandirian ekonomi mereka. Kurangnya pendidikan juga mengurangi partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan, baik di rumah tangga maupun masyarakat.  

Di tingkat sosial, kesenjangan ini memperkuat siklus kemiskinan dan ketidakadilan, yang pada akhirnya menghambat pembangunan berkelanjutan. Sebaliknya, perempuan yang terdidik dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi keluarga, komunitas, dan ekonomi.  

Upaya Mengatasi Kesenjangan Gender 

1. Meningkatkan Akses Pendidikan  

Pemerintah dan lembaga terkait perlu memastikan bahwa fasilitas pendidikan tersedia dan mudah diakses oleh semua anak, tanpa memandang jenis kelamin. Program seperti Girl-Friendly Schools dapat menjadi contoh, dengan menyediakan fasilitas sanitasi yang ramah perempuan dan lingkungan belajar yang inklusif.  

2. Menghapus Hambatan Ekonomi

Pemberian beasiswa khusus untuk anak perempuan atau program bantuan tunai bersyarat (Conditional Cash Transfer) dapat mendorong keluarga untuk menyekolahkan anak perempuan mereka.  

3. Mengubah Pola Pikir Sosial

Melibatkan tokoh agama dan masyarakat dalam kampanye kesadaran tentang pentingnya pendidikan anak perempuan adalah langkah strategis. Program seperti "Beti Bachao, Beti Padhao" di India menunjukkan keberhasilan kampanye dalam mengubah pandangan masyarakat.  

4. Reformasi Kurikulum  

Kurikulum harus dirancang untuk menghilangkan stereotip gender yang membatasi. Contoh perempuan sukses di berbagai bidang perlu diperkenalkan untuk menginspirasi siswa.  

5. Kolaborasi Antar-Lembaga 

Pemerintah, NGO, sektor swasta, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan program yang efektif dalam mengatasi kesenjangan gender. Contoh sukses adalah Global Partnership for Education, yang mendukung pendidikan anak perempuan di negara-negara berkembang.  

Kesimpulan

Kesetaraan gender dalam pendidikan bukan hanya tuntutan moral, tetapi juga kebutuhan strategis untuk pembangunan berkelanjutan. Dengan komitmen dan kolaborasi semua pihak, hambatan yang menghalangi anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan dapat diatasi. Pendidikan yang setara akan membuka jalan menuju masyarakat yang lebih adil, makmur, dan inklusif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun