Journaling bukan lagi sebuah istilah yang asing di telinga masyarakat Indonesia, khusunya generasi muda.Â
Journaling saat ini telah menjadi salah satu aktivitas pilihan yang membantu kita untuk dapat mengekspresikan emosi, memahami diri sendiri, mengembangkan keterampilan, dan bahkan menjadi aktivtias pilihan untuk mengatasi stress dan tekanan yang berlebihan.
Saat ini ada banyak sekali jenis-jenis journaling yang dilakukan sebagai upaya mengatasi tekanan dan stress yang berlebihan, diantaranya adalah gratitude journaling, self-reflection journaling, dream journaling, dan healing journaling. Namun, ada satu jenis journal yang mungkin masih terdengar asing ditelinga kita, yaitu Shadow Work Journaling. Apa itu Shadow Work Journaling?
Dilansir dari rosebud, shadow work adalah sebuah istilah yang menggambarkan bagaimana kita berusaha untuk menerima sisi lain dalam diri sendiri dan menjadikan sisi itu menjadi seutuhnya bagian dari pribadi kita. Istilah  "shadow" sendiri bukanlah sebuah konsep baru di dunia kesehatan mental, istilah ini dipopulerkan oleh Carl Jung (1875-1961), seorang psikiater dan psikoterapis dari Swiss.Â
Isitlah ini digunakan untuk mengambarkan aspek-aspek dari dalam diri yang tidak kita akui keberadaannya. Sisi ini ditekan keberadannya karena ketidaksukaan diri kita sendiri akan adanya aspek tersebut, yang umumnya wajah dan sifatnya berbeda 180 dari astu sisi lain yang selalu kita tunjukkan kepada orang lain. Â
Ketidaksukaan kita pada aspek-aspek di dalam pribadi kita, sealnjutnya menyebabkan kita seringkali menganggap bahwa itu bukanlah bagian dari kita. Padahal menyangkal dan menghindarinya bukan membuat sisi tersebut menghilang, melainkan malah menambah beban dan tekanan untuk diri kita sendiri.Â
Pikiran-pikiran menyangkal itu menyebabkan kita bergumul dengan perasaan dan pikiran kita sendiri sehiggga menyebabkan ketidakseimbangan emosional, rasa bingung yang berlebihan, bahkan krisis identitas tentang siapa kita sebenarnya.
Inilah yang kemudian membuat Shadow Work Journaling populer. Melalui Shadow work journaling kita diarahkan untuk menemukan hal-hal apa yang kita anggap sebagai sisi gelap (yang tidak kita sukai) dari diri kita, mengeksplorasi alasan dan penyebabnya, dan kemudian belajar untu menerimanya. Lalu bagaimana cara melakukannya?
Shadow Work Journaling dapat kira lakukan dalam jam-jam santai kita, misalnya di pagi hari sebelum beraktivitas dan di malam hari sebelum beristirahat. Shadow work journaling dapat kita lakukan melaui tiga tahap, yaitu:
1. Finding: Menemukan atau mengetahui hal-hal apa saja yang sulit kita terima dari diri kita sendiri. Kita dapat menuliskan perasaan-perasaan yang muncul dalam situasi-situasi tertentu yang kita tau memberikan efek perasaan yang berbeda dalam diri kita.
 Ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan monolog pada pada diri kita sendiri, misalnya "apakah selama ini aku menghidari hal itu?" "apa yang membuatku menghindari hal tersebut?, dan pertanyaan-pertanyaan alinnya yang mengarah pada pengetahuan kita tentang perasaan dan emosi yang kita miliki.
2.Exploration: Mengeksplorasi penyebab dari munculnya perasaan tidak nyaman dan hal-hal lain yang kurang kita inginkan ada di dalam diri kita, misalnya "apa ya yang aku rasakan tadi saat aku berhadpan dengan dia?" atau "bagaimana tadi aku menaggapi hal itu?"Â
Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini kemudian dituliskan di dalam jurnal bayangan kita untuk membantu kita mengidentidikasi alasan-alasan hal-hal tersebut yang tidak kita sukai itu.
3.Integration: Mengintegrasikan penerimaan terhadap sisi lain yang sulit kita mengerti dan diterima oleh diri sendiri, lalu menjadikannya bagian dari diri kita sendiri. Menerima disini ini bukan berati kita bersifat maklum untuk megeluarkan semua hal yang sebelumnya kita anggap kurang baik itu, melainkan kita menerimanya dengan cara yang sehat tidak menekannya seolah berharap itu menghilang.Â
Melalui Shadow Work Journaling, kita memiliki wadah untuk menuliskan pikiran dan perasaan yang sulit kita terima.
 Ini memberi ruang bagi kita untuk menyuarakan hal-hal yang sebelumnya terpendam dan tidak bisa kita suarakan, membantu kita memahami sumber ketidaknyamanan dan ketidakterimaan terhadap sisi lain diri kita itu, dan membantu kita sembuh dari berbagai permsalahan-permasalahan mental yang melanda, misalnya emosi terdahulu yang masih terpendam (trauma), mendukung perkembangan pribadi, dan meredakan stres serta tekanan yang menganggu aktivitas dan kehidupan kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI