Mejelang pagi, kala matahari belum terbit, kami sudah mulai berkemas. Selepas salat Subuh, kami memulai pendakian. Tak perlu membawa banyak barang, kami hanya membawa satu tas memuat jas hujan, air minum, dan camilan. Kami membawanya bergantian. Udara pagi hari di Promasan selalu terasa dingin, tapi tak sedingin saat malam hari. Makanya kami mendaki tetap menggunakan jaket.
Saat lewat di makadam, kami masih bersama-sama. Namun, ketika sudah mencapai Pos 1 jalanku mulai melambat. Yah mau bagaimana lagi, aku tidak bisa menyamakan ritme berjalan dengan yang lainnya. Akhirnya, sama seperti sebelumnya aku akan solo hiking lagi. Sepanjang trek pendakian via Promasan ini memang dominan jalan berbatu. Jarang sekali berupa tanah, sekalipun ada pasti sangat pendek. Trek akan kembali jalan berbatu, yang semakin ke atas batuannya semakin besar-besar. Begitu menguras tenaga karena jarang mendapat bonus medan yang datar.
Pertama kali aku lewat jalur ini, aku sangat kelelahan dan sulit mengatur napas. Sehingga kalau mengulang kembali kali ini, sebenarnya aku agak sedikit malas. Namun karena lumayan kangen sama Puncak Raiders, aku harus tetap mendaki meskipun malas, hehehe. Satu jam berlalu, sinar jingga dari sisi timur menyilaukan mataku. Aku berhenti sebentar mengabadikan momen sunrise.
Medan semakin terjal, bebatuan yang besar-besar menyulitkan aku melaluinya. Setelah berkali-kali berhenti sejenak untuk mengatur napas, aku akhirnya sampai di Puncak View Gunung Ungaran Via Mawar. Cuaca hari ini lumayan cerah, pemandangan yang terlihat makin luar biasa. Meskipun capek, melihat pemandangan bagus membuatku makin semangat mendaki. Masih satu puncak lagi harus aku lalui untuk menuju Puncak Banteng Raiders.
Sekitar pukul 08.00 WIB aku akhirnya tiba di Puncak Banteng Raiders. Kulihat para calon atlet sedang berfoto-foto dan membuat video untuk keperluan laporan. Aku pun istirahat sebentar dan segera bergabung dengan mereka meminta difotokan. Dari Puncak Banteng Raiders ini, kalau cuaca cerah seperti ini, kami bisa melihat deretan gunung-gunung lain yang tampak dari kejauhan. Begitu memesona dan memanjakan mata. Perjalanan melelahkan sebelumnya terasa terbayarkan.
Begitu puas berfoto, kami pun kembali ke rumah Pak Min. Begitu sampai rumah Pak Min kami langsung makan masakan anaknya Pak Min. Kami memang sengaja tidak sarapan sebelum mendaki tadi. Oh ya, di rumah Pak Min ini terdapat warung sembako yang lumayan lengkap. Pendaki yang belum membawa logistik, bisa membeli bekal pendakian di sini.
Selain warung sembako, Pak Min juga menyediakan makanan dan minuman. Tak usah khawatir jika ingin minuman dingin, di sini pun menjual es teh ataupun minuman kemasan lainnya. Selepas makan, sekitar pukul 11.00 WIB kami berpamitan pada Pak Min dan memulai perjalanan turun ke Curug Lawe. Perjalanan turun memang tak seberat yang sebelumnya, tapi kami harus tetap fokus dan hati-hati supaya selamat sampai rumah.
Perjalanan mendaki Gunung Ungaran kali ini terasa begitu menantang dan memberikan nuansa baru dari pendakianku yang lalu. Namun, semenantang bagaimanapun suatu petualangan, menjaga keselamatan adalah prioritas utama. Persiapan fisik yang prima, peralatan dan perlengkapan yang safety, serta pengetahuan tentang bertahan hidup di alam bebas, merupakan bekal yang harus dimiliki sebelum memulai petualangan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H