Mohon tunggu...
Lya Munawaroh
Lya Munawaroh Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Suka bertualang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mendaki Gunung Ungaran via Curug Lawe Benowo, Jalur Terjal Diapit Jurang

15 Desember 2023   08:33 Diperbarui: 20 Desember 2023   18:53 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nanti pas naik, jangan sampai dilihat pengunjung lain ya, supaya nggak ada pengunjung lain yang ikut naik ke atas," begitu pesannya.

Kami mematuhi pesan tersebut. Sebelum naik kami pastikan tidak ada pengunjung yang lewat. Karena petunjuk arah menuju curug hanya di beberapa titik saja, maka tak jarang pengunjung yang pertama kali ke Curug Lawe biasanya mereka berjalan mengikuti pengunjung lain di depannya. 

Namun tidak semudah itu kami naik. Jalur telah tertutup semak-semak, sehingga harus dibabat dulu. Pula jalan setapak yang harus kita lalui sedikit longsor, kami akhirnya menggunakan webbing untuk membantu kami naik ke atas. Saat sudah berhasil naik, kami menutup kembali jalur dengan semak-semak yang telah kami babat.

Pendakian yang sesungguhnya benar-benar dimulai. Kami mulai menyusuri jalan setapak yang tidak terlalu curam, tetapi cukup membuatku ngos-ngosan. Kami harus hati-hati karena terkadang sisi kanan atau sisi kiri kami berupa jurang. Sejauh ini masih aman karena hanya salah satu sisi jalur yang berupa jurang. Kami sudah pernah lewat sini sebelumnya, jadi kami tahu setelah ini medan akan lebih menantang lagi.

Ketiga calon atlet berjalan lebih cepat dariku. Aku yang tidak bisa menyamakan langkah tertinggal jauh di belakang. Aku memang menyuruh mereka jalan lebih dulu. Karena pendakian ini adalah latihan untuk mereka, jadi mereka harus ada peningkatan dari latihan sebelumnya. Itu berarti mereka harus menyelesaikan pendakian sesingkat mungkin.

Sebenarnya aku sedikit malu sih, karena harusnya sebagai pendamping, setidaknya aku harus terus mengawal mereka bahkan kalau bisa lebih cepat dari mereka. Namun, kemampuan fisikku memang tak sekuat mereka, yang sudah bolak balik tektokan di Gunung Sumbing. Jadi ya sudahlah, yang lebih penting aku harus memastikan mereka benar-benar melakukan serangkaian latihan yang telah direncanakan. Pula menilai manajemen perjalanan dan kekompakan mereka.

Setelah berusaha mengejar mereka, tapi tetap masih tertinggal juga, aku akhirnya sampai di trek yang mulai menyempit dan menanjak, serta kanan kirinya berupa jurang yang sangat dalam. Belum lagi tanahnya yang terkadang gembur, aku hanya bisa mengandalkan akar-akar pohon yang melintang sebagai pijakan kaki. Aku harus sangat hati-hati, karena sedikit saja terpeleset, sudah beda alam. Inilah yang kumaksud jalur yang ekstrem, sangat tak ramah bagi orang umum.

Sesudah melalui trek yang ekstrem, aku sudah tidak lagi menjumpai jurang. Namun berganti dengan tanaman berduri di kanan dan kiri jalur. Ada juga pohon yang seperti pohon sagu, tapi daunnya memiliki duri-duri di sekelilingnya. Daunnya yang sudah kering menggelantung dan sebagian berserakan di tanah. Agar tidak terluka, aku benar-benar harus hati-hati dalam melangkah, juga tidak boleh sembarang memegang tanaman sebagai tumpuan.

Sayup-sayup kudengar suara Endang, perempuan satu-satunya di antara calon atlet berteriak memanggilku.

"Mbak Lyaaa! Aman mbak?"

"Aman aman, kalian lanjut aja!" sahutku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun