Mohon tunggu...
Herlya Inda
Herlya Inda Mohon Tunggu... Administrasi - Momhomeschooler

I am the ordinary mom, love Kids, Playing, sometimes writing bout me & Kids activity and homeschooling. visit my blog at https://www.herlyaa.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Pro-Kontra] Offline atau Online, Mana Cara Belanja Hadiah Lebaran yang Kamu Pilih?

13 Mei 2020   16:08 Diperbarui: 13 Mei 2020   16:17 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hadiah lebaran (sumber: cosmopolitan)

Momen lebaran merupakan hari yang ditunggu seluruh umat muslim.  Hari kemenangan sekaligus saat berkumpul bersama keluarga. Tidak jarang saat hari raya kita menunjukkan kasih sayang lebih kepada orang-orang terdekat dengan berbagai cara.   Salah satunya dengan memberikan hadiah.  Yah! Jika kamu mempunyai rezeki lebih, tidak ada salahnya toh membelikan hadiah lebaran?  Tindakan saling berbagi hadiah itu sendiri dianjurkan oleh Rasulullah SAW  dalam HR Bukhari (Kitab Adabul Mufrad), "Bersikaplah saling memberikan hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai."

Meskipun hadiah lebaran bisa saja berupa uang, membelikan barang bisa saja lebih terasa istimewa dikarenakan kita memilihkan secara langsung sesuatu yang akan diberikan kepada orang terkasih.  Membeli merupakan proses menukar sesuatu dengan uang.  Dalam proses membeli tersebut, dalam masyarakat dikenal dengan istilah berbelanja.  

Proses mendapatkan barang atau jasa dari penjual dengan tujuan membeli pada waktu itu disebut berbelanja.  Kegiatan berbelanja saat ini bukanlah sesuatu yang aneh lagi, bahkan bisa dikatakan sudah menjadi gaya hidup yang hampir setiap hari dilakukan masyarakat dari berbagai kalangan.  Dalam perkembangannya, belanja mengalami beberapa perubahan di setiap masanya.

Belanja Offline

Belanja offline adalah cara belanja yang dilakukan untuk mendapatkan produk dengan mempertemukan langsung penjual dan pembeli dalam satu tempat.  Produk atau barang yang ditawarkan terpampang nyata di depan pembeli, sehingga pembeli dapat secara langsung merasakan produk yang ditawarkan.

Pembeli sedang memilih barang di toko offline (sumber : idntimes)
Pembeli sedang memilih barang di toko offline (sumber : idntimes)

Dalam sejarahnya, sistem belanja offline dapat di jelaskan sebagai berikut:

1. Barter

Barter adalah kegiatan tukar menukar barang yang terjadi di saat masyarakat belum mengenal uang.  Dalam sejarahnya, barter diperkenalkan oleh suku Mesopotamia kemudian berkembang di Babilonia sekitar tahun 6000SM.  Dalam pelaksanaannya, sistem barter mengalami kendala disaat sulit menemukan barang yang dapat dibarter dengan kebutuhan yang sesuai.  Hingga akhirnya mulai diciptakan uang sebagai alat tukar untuk mempermudah proses penukaran.

2. Pasar Tradisional

Setelah muncul uang  sebagai alat tukar, berkembanglah pasar sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli yang semakin memudahkan proses mendapatkan barang yang diinginkan.  Dalam kegiatannya, pembeli datang ke pasar mencari barang yang dibutuhkan, dan menemui penjual yang memiliki barang tersebut.  Penjual biasanya menawarkan harga, lalu ditawarlah oleh si pembeli.  Proses tawar menawar seperti ini masih kita ditemui dibeberapa tempat.

3. Pasar Modern

Seiring perkembangan zaman, muncullah pasar modern dimana barang dagangan diperjualbelikan dengan harga pas.   Tidak ada aktifitas tawar menawar, dan tetap mendapatkan layanan yang baik.  Contoh tempat berlangsungnya pasar ini adalah mall, plaza, swalayan dan tempat serupa dengan fasilitas ruangan yang besar dan lebih nyaman.


Belanja Online


Belanja online yang juga dikenal dengan istilah belanja daring adalah kegiatan pembelian produk (barang atau jasa) melalui media internet.   Dalam proses transaksinya, penjual dan pembeli tidak bertemu dan bertatap langsung, melainkan terpisah dari dan ke seluruh wilayah melalui media handphone,laptop, komputer yang tersambung dengan layanan jaringan internet.

Ilustrasi belanja online (sumber : dream.co)
Ilustrasi belanja online (sumber : dream.co)

Dalam sejarahnya, belanja online dilakukan pertama kali pada tahun 1979 oleh Michael Aldrich dengan cara menyambungkan televisi berwarna dan komputer yang mampu memproses transaksi.  Sejak tahun 1980, ia menjual sistem belanja daring tersebut ke berbagai penjuru inggris

Namun di Indonesia, melansir dari banyak sumber, sejarah belanja online diawali pada tahun 1994 disaat awal munculnya provider di Indonesia memberikan koneksi internet bagi masyarakat, dan akhirnya menjadi jalan kebanyakan orang berjualan.

1.  Tahun 1999-2005

Pada tahun ini, diperkirakan cikal bakal toko online muncul di Indonesia.  Diawali oleh Andrew Darwis meluncurkan Kaskus akhir tahun 1999.  Kaskus merupakan singkatan dari kasak kusuk adalah situs forum komunitas maya Indonesia yang penggunanya di sebut Kaskuser.  Dalam salah satu menunya, terdapat forum jual beli yang memfasilitasi para kaskuser menawarkan produk dagangannya berupa barang maupun jasa. Dalam perkembangannya, muncullah Bhineka.com hingga akhirnya muncul draft uu e-commerce.  Selang 4 tahun berjalan, muncul Tokobagus.com akhirnya semakin menjamur toko online lainnya secara mandiri.

2. Tahun 2005-2020 (saat ini)

Tahun 2005, e-commerce semakin mengalami perkembangan.  E-commerce merupakan aktifitas jual beli melalui media elektronik yang saat ini lebih sering menggunakan internet dalam perjalanannya.  Semakin Bertumbuhnya toko online, muncullah istilah marketplace yang merupakan salah satu model e-commerce, dimana menjual antara banyak penjual dan pembeli dalam satu tempat.  Penjual yang berada di sana hanya bertugas melayani pembeli tanpa perlu mengatur pengelolaan situs web, karena sudah dikelola oleh platform tersebut.

Sebut saja Tokopedia hingga tahun 2010 didirikannya Bukalapak, tak ketinggalan Go-Jek dalam penyediaan jasa transportasi online. Tak ketinggalan Tiket.com pada tahun 2011, diikuti traveloka, shoppe, lazada dan masih banyak lagi.

Online dan Offline adalah pilihan


Semenjak jargon #dirumahaja muncul dalam rangka usaha pemutusan rantai penyebaran Covid19.  Ditambah pembatasan skala besar-besaran, toko (kebanyakan) mulai berhenti operasional dalam jangka waktu tidak terbatas, kecuali apotik dan supermarket atau pasar tradisional menjual kebutuhan sehari-hari yang masih diperbolehkan melayani secara offline.   Belanja online lebih menjadi pilihan bagi kebanyakan orang dengan alasan tersebut atau memang favorit pilihan beberapa orang sebelum pendemik terjadi.

"Tapi selama toko buka, kalau aku lebih suka offline.  Walaupun jamnya juga diperhatikan, saat gak banyak orang, saat bisa jaga jarak dengan baik.  Meskipun belum ada wabah Corona, aku lebih milih offline.  Bisa lihat barang langsung, lebih puas aja.  Eh tapi kalau sudah tahu barangnya, kualitasnya juga, dan penjualnya terakui, sepertinya online deh...".  Salah satu pendapat teman saya ketika saya tanya pilih offline atau online.


Kelebihan dan kekurangan offline dan online


Offline dan online sama baiknya selama cara berjualan yang dilakukan benar dan jujur.  Dalam Islam kejujuran dalam berdagang merupakan sesuatu yang utama seperti dalam surat Al Qur'an AsySyu'araa:181-183, "Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi ini dengan membuat kerusakan."

Pertimbangan lainnya diantaranya adalah:

1.  Waktu dan Tempat

Dibandingkan offline, tentu saja online lebih fleksibel.  Offline (kebanyakan) tidak beroperasi selama 24 jam. Selain itu kita harus menuju tempatnya langsung. Waktu yang dibutuhkan untuk berbelanja secara offline pun membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan online yang mungkin hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja.

2. Harga

Saat belanja online, dalam satu waktu kita dapat membandingkan harga dari satu tempat dengan lainnya dalam jumlah toko yang banyak dengan waktu singkat, berbeda dengan offline, dengan keterbatasan waktu dan jarak, bisa jadi jumlah toko yang bisa dibandingkan hanya beberapa saja.

3. Tenaga yang dibutuhkan

Bisa dibayangkan, offline artinya membutuhkan ekstra kerja keras.  Berjalan menuju toko yang dimaksud, jika tidak ada maka pergi ke toko lainnya dan seterusnya dengan jarak yang belum tentu berdekatan harus dicapai dengan fisik yang kuat. Online hanya duduk manis saja, dan sedikit menggerakkan jari untuk mampir ke banyak toko, ketika sesuai, barang yang diinginkanpun akan datang dengan sendirinya

4.  Jumlah dan jenis barang

Beragamnya barang yang dijual dari yang seperti tidak masuk akal dan hanya momen khusus digunakan, hingga barang yang digunakan dalam keseharian dapat lebih mudah ditemukan dengan belanja online.  Berbeda dengan offline, biasanya barang yang sedikit aneh, agak lebih sulit didapatkan mengingat perputaran penjualan barang tersebut tidak semudah yang biasa digunakan pada umumnya.

5.  Kepastian

Jika online barangnya tidak nyata di depan mata, berbeda dengan offline yang memberikan kepastian barang yang akan dibeli sudah ada barulah kita membayarnya.   Bukan bayar dulu baru barang didapatkan seperti online yang bisa saja rawan penipuan antara barang yang dibayar berbeda dengan yang kita dapatkan.

6. Garansi

(Kebanyakan) barang offline dapat dibuat perjanjian jika ada kerusakan dapat dikembalikan dengan syarat dan ketentuan berlaku, berbeda dengan online, jika barang sudah dikirimkan maka dalam proses pengembalian hingga penukaran tidak semulus yang dibayangkan.

7. Penggunaan

Ketika barang offline setelah dibayar, kita dapat langsung menggunakannya di hari yang sama, berbeda dengan online yang cukup membutuhkan waktu karena perlu menunggu pengiriman dari penjual melalui kurir.  Artinya perlu kesabaran waktu penggunaan hingga barang tiba.

8. Pilihan dan harapan dan godaan

Terlalu banyak pilihan saat belanja online terkadang membuat kurang fokus.  Selain barang yang didapatkan bisa jadi berbeda dengan penampakan mata dan gradasi warna layar, berbeda dengan offline memberikan kenyataan apa yang dilihat sama dengan apa yang didapat.

9.  Sistem pembayaran

Offline dapat membuat kita membayar langsung (cash) meskipun beberapa toko menerima pembayaran secara virtual (debit atau kredit). Sementara online sangat sedikit sekali yang menerapkan pembayaran cash di tempat, selebihnya menggunakan sistem transfer.

10.  Psikologis

Jika online sifatnya menebak-nebak, kepuasan saat belanja offline tentu lebih terbukti karena dapat langsung menyentuh barang yang diinginkan.  

Kini saatnya memutuskan, apakah lebih menyenangi offline atau online untuk membeli hadiah lebaran yang anda inginkan? Its up to you!

Salam kompal,

kompasianer palembang (sumber fb kompal)
kompasianer palembang (sumber fb kompal)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun