Mohon tunggu...
Reyna Alvionita
Reyna Alvionita Mohon Tunggu... Lainnya - Hi Everyone
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tugas Besar 1, Prof Dr Apollo Teori Akuntansi: Definisi Aset, Pengakuan Aset, dan Pengukuran Aset

3 April 2020   21:32 Diperbarui: 15 Juni 2021   06:38 9569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karakteristik Pendukung

Di samping 3 karakteristik utama aset yang telah diuraikan sesuai definisi, terdapat beberapa karakteristik pendukung yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi aset (Suwarjono:2005)

  • Melibatkan kos (acquired at cost). Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos (pengeluaran sumber ekonomik, misalnya kas) sebagai penghargaan sepakatan (measured consideration). Akan tetapi, tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset. Suatu aset dapat diperoleh misalnya dari hadiah yang tidak melibatkan pengeluaran sumber ekonomik.
  • Berwujud (tangible). Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, tia memang lebih kuat untuk disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan (tangibility) bukan kriteria untuk mendefinisi aset. Objek-objek seperti hak paten, hak cipta, merek dagang, dan goodwill tetap dapat dimasukkan sebagai aset meskipun tidak berwujud fisis.
  • Tertukarkan (exchangeable). Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa manfaat ekonomik akan menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomik mempunyai daya atau nilai tukar. Dengan kata lain, manfaat ekonomik diturunkan dari daya tukar.
  • Terpisahkan (severable). Untuk dapat ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik yang lain atau berdiri sendiri. Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa posisi keuangan harus ditentukan dengan pengukuran nilai berbagai aset dan kewajiban secara individual.
  • Berkekuatan hukum (legally enforceable). Penguasaan atau hak atas aset tidak harus didukung secara yuridis formal. Memang pada umumnya, kemampuan suatu entitas untuk menguasai manfaat ekonomik timbul akibat hak-hak hukum (legal rights). Meskipun demikian, hak paksa yang melekat pada hak-hak hukum bukan merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya aset kalau suatu entitas dapat memperoleh dan menguasai manfaat dengan cara lain.

S. Pengakuan aset

Aset diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam laporan keuangan. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam laporan keuangan. Dalam pengertian ini menegaskan bahwa aset harus dapat dinilai atau diukur.

c. Pengukuran Aset

Jika suatu objek (pos) telah memenuhi definisi aset maka hal yang harus diketahui berikutnya ialah pengukurannya. Pengukuran aset adalah merupakan penentuan jumlah satuan moneter yang harus dinyatakan atau dilekatkan pada aset. Pengukuran merupakan syarat suatu aset dapat diakui, artinya bahwa aset dapat diakui jika dapat diukur dengan handal (measurability). Pengukuran dilakukan berdasarkan manfaat ekonomik masa datang.

Dengan mendasarkan pada asumsi kelangsungan usaha (going concern), maka sumber ekonomik akan mengalami pengukuran tiga tahap selama berada dalam suatu entitas, yaitu tahap perolehan, tahap pemanfaatan dan tahap pemberhentian atau keluar dari entitas. Misal: aset tetap, diawali dengan perolehan, kemudian dimanfaatkan dalam proses bisnis perusahaan dan diberhentikan penggunaannya dikarenakan sudah habis manfaatnya atau dijual. Pada setiap tahap terdapat aturan tentang pengukuran yang harus diikuti sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

Baca juga: Konsep Laba dalam Teori akuntansi

Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:

Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas)yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.

  • Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.
  • Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
  • Nilai sekarang (present value). Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
  • Nilai wajar (fair value). Pengukuran dengan nilai wajar dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:
  • Market Approach : menggunakan harga dan informasi dari transaksi yang sesungguhnya untuk aset dan liabilitas yang sejenis dan diperbandingkan.
  • Income Approach : konversi dari diskonto uang yang diterima dimasa yang akan datang.
  • Cost Approach: Sejumlah uang yang digunakan untuk memperoleh kapasitas yang sama (current replacement cost).

Harga wajar dengan pendekatan harga pasar lebih praktis karena tidak perlu dilakukan penyesuaian apapun. Apabila harga pasar tidak tersedia, maka diestimasi dengan harga aset dan liabilitas yang sejenis. Kalau tidak ada harga pasar, kita perlu melakukan taksiran, berapa kalau beli atau berapa kalau jual. Apabila harga pasar tidak dapat diperoleh dan taksiran yang ideal tidak ada maka nilai wajar diestimasi dengan beberapa penilaian, Penilaian dengan menggunakan kombinasi dari penghematan dan uang yang dikeluarkan seandainya belum memiliki aset saat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun