Penelitian ilmiah merupakan sarana pokok dalam pengembangan disiplin ilmu seseorang. Hal ini terjadi karena penelitian ilmiah bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten. Penelitian ilmiah juga merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan dengan sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu masalah sebagai awal perolehan ilmu pengetahuan juga berkaitan langsung dengan proses berpikir ilmiah seseorang ilmuwan. (Musthafa, Hermawan, 2020, hlm 12).
Kemudian ketika akan melakukan penelitian ilmiah harus dibarengi dengan berfikir kristis. Apa sih berfikir kritis itu?. Ada pendapat yang menyatakan bahwa berfikir kritis adalah, “critical thinking includes the component skills of analyzing arguments, making inferences using inductive or deductive reasoning, judging or evaluating, and making decisions or solving problems” (Emily R. Lai: 2011, hlm 3). Definisi menurut Lai tersebut memiliki arti, bahwa berpikir kritis meliputi komponen keterampilan-keterampilan menganalisis argumen, membuat kesimpulan menggunakan penalaran yang bersifat induktif atau deduktif, penilaian atau evaluasi, dan membuat keputusan atau memecahkan masalah. Menurut saya berpikir kritis adalah rasa ingin mencari informasi yang sangat tinggi, meskipun dia telah mendapatkan informasi tetapi dia akan mencari informasi lagi sebanyak-banyaknya sampai menumakan akar permasalahannya.
Setelah mengetahui mengenai Penelitian dan berfikir kritsi, kita juga harus mengetahui penelitian ilmiah itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Ada beberapa cara untuk melakukan metodologi penelitian dengan baik dan benar. Diantaranya :
1. Identifikasi masalah. Mengidentikasi permasalahan yang muncul dengan memapar kan kesenjangan antara teori dan realita, das sein dan das sollen.
2. Merumuskan masalah. Masalah yang muncul yang telah diidentifikasikan kemudian dibuat lebih spesifik, diperinci dan dibuat daftar pertanyaan atau pernyataan untuk dikaji dan dibahas.
3. Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara atau kemungkinan pernyataan yang dapat menjelaskan dari rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis yang diambil hendaknya berdasar pada teori yang berlaku sehingga akan menggiring pada kesimpulan yang final.
4. Pengumpulan data. Data, informasi dan bukti yang dicari dan dikumpulan adalah yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan dikaitkan dengan rumusan hipotesis.
5. Analisis. Analisis merupakan teknik yang digunakan menganalisa dan memverifikasi data yang ada. Analisis berhubungan erat dengan topik dan data yang telah dikumpulkan. Jika data yang dikumpulan adalah berupa data naratif atau kualitatif, maka yang digunakan adalah teknik pendekatan kualitatif. Sedangkan jika data yang telah dikumpulkan adalah data angka atau kuantitatif maka analisis yang digunakan adalah teknik statistik.
6. Kesimpulan. Kesimpulan adalah hasil temuan atau implikasi dari data yang telah dianalisis. Kesimpulan, hasil temuan dan saran bersumber dari data yang terpercaya dan dianlisis bukan tiba-tiba ada dan muncul dengan cara mengumpulkan fakta yang benar-benar ada dan terjadi, data yang ada juga harus sesuai dengan fakta dan diantara fakta dan data itu diolah dan menjadi sebuah kesimpulan (Fauzy, 2022, hlm 4).
Kebenaran ilmiah itu dapat diaktualisasikan atau dimanifestasikan dalam pengetahuan ilmiah. Atau dengan kata lain, suatu pengetahuan disebut ilmiah justeru karena di dalam pengetahuan tersebut terdapat suatu kebenaran yang bersifat ilmiah. Pengetahuan ilmiah bertitik tolak dari kekaguman terhadap pengalaman biasa atau harian, misalnya saja air jika dipanaskan akan mendidih. Kekaguman terhadap pengalaman, kebenaran, pengetahuan biasa (common sense), menimbulkan berbagai ketidakpuasan dan bahkan keraguan terhadap kebenaran harian tersebut. Ketidakpuasan dan keraguan tersebut akan melahirkan keingintahuan yang mendalam yang diwujudkan dalam berbagai pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut selanjutnya diikuti dengan dilakukannya sejumlah penyelidikan. Serangkaian proses ilmiah tersebut melahirkan kebenaran ilmiah yang dinyatakan dalam pengetahuan atau sain (Hardono Hadi, 1994: 13-27).
Proses penemuan kebenaran ilmiah akan terus berkembang ke arah yang progresif. Bahwa tidak ada kebenaran final dalam sains, karena langkah-langkah yang digunakan dalam metode ilmiah diulang-ulang seperti sebuah siklus. Jika seorang ilmuwan telah menciptakan permasalahan pokok yang perlu dipecahkan maka dengan sendirinya ia akan melakukan observasi untuk mengumpulkan dan mempelajari fakta-fakta yang relevan dan relevan dengan permasalahan yang sedang ia hadapi, permasalahan tersebut selanjutnya harus dijelaskan melalui rangkaian fungsional. Teori sebagai kerangka reflektif untuk menjelaskan peristiwa dianggap mampu menyusun data sesuai permasalahan. Dari teori dan hipotesis, peneliti atau ilmuwan dituntut untuk membentuk hipotesis baru yang disimpulkan dari data dan membangun teori dalam suatu eksperimen pencarian kebenaran. Setelah semuanya diatur sedemikian rupa, pengujian empiris akan dilakukan. Pengujian kebenaran dalam sains berarti menguji hipotesis alternatif dengan mengamati fakta sebenarnya atau melalui eksperimen (Jujun S.. Suriasumantri, 1997:108). Dalam uji kebenaran, para ilmuwan kemudian mengumpulkan fakta untuk menguji validitas prediksi yang dikembangkan dari teori .