Mohon tunggu...
Luzian pratama
Luzian pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - #PandanganSosial #SeputarMasyarakat

Cuma menulis yang patut ditulis, dibaca syukur, kalau tidak dibaca harus baca dulu. Hehe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meramal Pucuk Moderasi Beragama

16 November 2021   22:52 Diperbarui: 16 November 2021   23:04 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi moderasi beragama/qureta.com

Untuk memelihara kesempurnaannya sebagai insan paling sempurna diciptakan tuhan, manusia senantiasa melaksanakan kewajiban-kewajiban agama yang diperintahkan. Keimanan kepada tuhan bukan hanya tersimpan di dalam hati, tetapi harus dijewantahkan dalam sikap dan perbuatan sehari-hari. 

Dengan beragama secara moderat, manusia Indonesia yang dikenal agamais akan berupaya melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang ia imani tanpa merusak iman orang lain. Lebih daripada itu, jika moderasi beragama diimplementasikan dengan baik akan membebaskan manusia dari belenggu ketidakberdayaan ekonomi, belenggu politik indentitas, dan belenggu pengetahuan dalam menjalankan agama.

Sebagai contoh; belenggu yang masih mengakar di tengah umat islam adalah masih percayanya akan mitos. Dengan beragama secara moderat, umat islam yang masih percaya akan mitos itu segera membebaskan diri dan berpikir secara rasionalitas.

Moderasi beragama mewujudkan transendensi

Dalam ranah transendensi, moderasi beragama menurut penulis mampu menyadarkan manusia akan tujuan hidupnya sesuai dengan keyakinan yang dianut. Bahwa dengan beragama, manusia itu bisa membedakan benar atau salah dan mampu membuat pilihan hidup yang lebih baik

Di tengah kondisi ini, moderasi beragama tidak lagi sebatas gagasan yang tersimpan dalam kepala belaka. Ujungnya, para penganut agama menyadari beragama bukan sekedar identitas melainkan sebagai jalan menuju tuhan. Dan sudah seharusnya pula, beragama membuat sadar penganutnya sebagai makhluk ciptaan yang lahir dan saling butuh satu sama lain.

Dengan demikian, beragama tidak hanya membuat kita dekat ke pada sang pencipta, namun juga ke sesama manusia, makhluk lainnya, dan juga bumi tempat berpijak. Pada akhirnya, dengan beragama perlahan-lahan berubah dan bertransendensi menjadi a higher state of consciousness.

Akhir kata, moderasi beragama bukanlah sebatas untuk menghasilkan sikap toleransi antar umat beragama. Tapi lebih luas lagi, untuk mewujudkan sumberdaya manusia beragama menjadi lebih berkualitas dan membangun bangsa dengan sikap kebersamaan tanpa harus merusak, menghakimi, dan menyinggung keyakinan orang lain. Indonesia sudah beragam sejak sedia kala masih bernama Nusantara. Dan keragaman itu adalah kehendak tuhan. Oleh karena itu, sebagai bangsa yang agamais, keberagaman dan persatuan harus dijaga dengan cara beragama yang benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun