Mohon tunggu...
Luzian pratama
Luzian pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - #PandanganSosial #SeputarMasyarakat

Cuma menulis yang patut ditulis, dibaca syukur, kalau tidak dibaca harus baca dulu. Hehe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lonte dan Potret Masyarakat Kita

5 November 2021   21:04 Diperbarui: 5 November 2021   21:04 1721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, apa yang dilakukan Malena telah menyulut api kebencian para kaum hawa. Akhirnya Malena dihukum oleh perempuan desa, ditarik, dipukul, digunduli, ditelanjangi dan diusir. Tapi kebanyakan tukang kabar, hanya fokus kepada Malena si perempuan dengan segala kemolekan tubuhnya. Tukang kabar gagal megambil sudut narasi "kenapa Malena si "lonte" lahir?. Padahal bisa dikatakan; Malena, oh.. Malena jalang, telah dilahirkan oleh masyarakat.

Sekali tidak kita melihat, Malena lonte harus membayar seorang pengacara dengan tubuhnya. Malena terpaksa "melonte" karena tidak memiliki cukup uang untuk mengganjal perutnya yang lapar. Malena menjadi lonte, juga karena keinginan laki-laki pribumi yang sejak awal bermimpi bisa menikmati tubuh indahnya.

Ada kisah lain tentang perempuan lonte dalam sebuah roman yang ditulis Muhidin M. Dahlan "Tuhan izinkan aku menjadi pelacur". Muhidin dalam roman ini berkisah tentang seorang wanita muslimah yang menempuh perkuliahan S1 di sebuah kampus di Yogyakarta. Namanya Nidah Kirani dipanggil Kiran. 

Ia adalah perempuan berjubah dan seorang pengikut organisasi islam. Kirani dalam kesehariannya tinggal di sebuah pondok pesantren. Kehidupannya pun dihabiskan dengan berzikir dan membaca Alquran. Namun setelah ikut salah satu organisasi Islam, Kiran dinilai tidak lagi sesuai dengan ajaran pondok, dan mengharuskannya dikeluarkan dari pondok pesantren itu.

Kemudian Kiran memilih tinggal di Pos Jamaah organisasi yang diikutinya. Rupanya, apa yang selama ini di pikiran Kiran berbanding terbalik saat dia benar-benar sudah berada di dalam lingkungan organisasi yang dia ikuti. 

Perempuan-perempuan di Pos Jamaah tidak mengaji, disibukkan dengan dengan tontonan televisi, membicarakan para bujang, bahkan tidak salat. Meski hal itu membuat nuraninya bergejolak, namun perlahan Kirani juga terpengaruh dan mulai melakukan hal-hal yang sama. Harapan kirani ingin menjadi hamba tuhan yang sholeha pupus.

Karena pergolakan batinnya sudah memuncak, akhirnya Kirani kabur dan pindah ke sebuah indekos. Dan di sana pula pertama kali Kirani melakukan hubungan seksual dengan Hudan, teman sama organisasi itu. 

Ada satu hal yang diingat Kiran tentang ajaran dalam organisasi yang dia ikuti, "yaitu mengumpulkan dana dibolehkan dengan cara mencuri, menipu bahkan melacur".

Pendek kisah, Kiran yang telah terjerumus dengan hubungannya pertama kali itu, membuat dirinya merasa hancur dan pupus untuk menjadi hamba tuhan yang taat. Alhasil untuk melanggengkan urusan skripsinya, Kiran mengambil siasat dengan menggoda dosennya untuk berhubungan intim. 

Tidak hanya itu, ucapan Kiran untuk memasuki dunia pelacuran diamini dosennya. Entah berapa laki-laki yang sudah menikmati tubuh Kiran. "Tuhan lihatlah aku! Aku sudahi pemberontakan ini kepadamu," kata Kiran diujung kekecewaannya.

Para penganut moralis, tentu akan sangat sepakat bahwa Malena dan Kiran adalah wanita lonte yang hina dan patut dihukum bahkan dikutuk. Padahal mereka lahir karena masyarakat itu sendiri. Tapi siapa yang akan berani menyalahkan masyarakat atas apa yang terjadi? Tidak, hanya Malena dan Kiran yang salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun