Â
Yang terlintas justru menjadi badut sehari.
Â
Mungkin Anda akan menyebut kami pasangan aneh.
Â
Di Jakarta sepertinya agak berhasil (hanya mengundang keluarga untuk pemberkatan dilanjut makan bersama) dan ternyata lumayan banyak juga sekitar 6 meja atau 60 orang, walau sebenarnya kami mau lebih ekstrim, hanya pemberkatan saja, dan selesai. Ya, setidaknya semua dilakukan direstaurant jadi kami tidak perlu bolak balik gereja - restaurant
Â
Sedangkan yang di kampung halaman saya, Ambarawa, sepertinya gagal total.
Â
Ibu saya orang yang sangat konservatif yang menganggap pernikahan harus dirayakan secara besar-besaran dan terlebih orangtua saya belum pernah menikahkan anaknya, ditambah lagi ayah saya yang "katanya" sebagai "tokoh" di sana dan ibu saya punya banyak kenalan. Malu katanya kalau ga ada apa apa. Jadilah akhirnya saya yang menjadi korban (dibanding berantem dan untuk menghormati orang tua). 500an ratusan orang diundang. Tak satupun teman saya.. Thanks God. Hanya kenalan dari orangtua saya yang saya sama sekali tidak peduli.
Â