Mohon tunggu...
Luthfy Avian Ananda
Luthfy Avian Ananda Mohon Tunggu... Penulis - Kuli Tinta

Pernah belajar di Fakultas Hukum UII, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terima Kasih "Driver Go Car"

19 Januari 2018   10:01 Diperbarui: 19 Januari 2018   10:06 2154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: satelitpost.com

 Notifikasi di sistem pelacak menunjukkan bahwa handphone sedang dalam keadaan mati karena kehabisan daya. Beruntung masih ada fitur alternatif yang bisa digunakan, yakni dengan cara mengirimkan pesan ke handphone berupa informasi alamat tujuan dan nomer telepon yang harus dihubungi jika ada orang baik yang menemukan dan berniat untuk mengembalikan. 

"Saya Luthfy pemilik handphone ini, jika ada yang menemukan saya minta tolong untuk bisa dikembalikan ke alamat xxxx atau menghubungi nomor telepon xxxx," demikian isi pesan yang saya sampaikan di layanan  pelacak tersebut.

 Jujur,  ketika itu sebenarnya saya sudah pasrah, karena memang jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB yang artinya lewat tiga setengah jam sejak saya menyadari kehilangan handphone. Jika memang pada akhirnya handphone tersebut hilang ya saya anggap itu sebuah musibah sekaligus peringatan dari Tuhan agar di kemudian hari lebih berhati-hati dan memperbanyak berbagi dengan sesama. 

Mungkin memang itu rejeki yang "terpaksa" diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Tetapi sekali lagi, alam semesta tidak pernah kehabisan orang baik, tepat di jam yang sama saya mendapati sms di handphone satunya yang isinya "pak, saya driver gocar, ini handphone bapak saya amankan, nanti akan saya kembalikan ke alamatnya setelah saya menyelesaikan trip malam ini," dengan perasaan lega lalu saya balas pesan singkat tersebut untuk sekedar mengucapkan terima kasih dan mengkonfirmasi ulang alamat saya.

Benar saja, saat waktu tiba pada pukul 24.00 WIB, sang driver yang baik hati itu mengabarkan jika sudah berada di depan tempat tinggal saya. Beliau adalah bapak Daryanto, sosok kepala keluarga yang tidak hanya baik bagi keluarganya karena rela mencari sesuap nasi hingga dini hari dengan menjadi sopir taksi online, tetapi juga benar-benar memperlakukan konsumen selayaknya raja yang harus diberikan pelayanan secara optimal dari segi prosedur kerja maupun etika. 

Pengalaman seperti yang saya rasakan sekarang mungkin juga sama-sama pernah dirasakan oleh orang lain. Tapi bukan itu poin terpentingnya, melainkan untuk mengingatkan kepada pemangku kebijakan di negeri ini maupun pihak lain agar mempertimbangkan ulang rencana pelarangan transportasi online yang kabarnya sudah terjadi di beberapa kota Indonesia.

Tidak ada alasan untuk melarang taksi maupun ojek online beroperasi di Indonesia. Pertama, karena memang pada kenyataannya perkembangan global seperti sekarang ini sudah menuntut kita semua untuk melakukan segala hal secara online dan digital. Kedua, konsumen benar-benar merasa dimudahkan dan dilayani dengan maksimal oleh penyedia jasa transportasi online tersebut. 

Dulu, kita masih harus menghafalkan atau minimal menyimpan nomor telepon taksi konvensional jika ingin bepergian tanpa menggunakan kendaraan pribadi. Tetapi sekarang, dengan adanya penyedia jasa transportasi online yang aplikasinya langsung terhubung di smartphone pribadi tentu akan lebih efisien prosesnya. 

Yang terakhir, berdasarkan pengalaman pribadi saya, baik pihak driver maupun perusahaan taksi online benar-benar memperlakukan konsumen sebagai raja dengan bukti attitude yang baik ketika melayani penumpang dari berangkat sampai berhenti di tempat tujuan.

Saya rasa, memperjelas aturan main bagi transportasi online adalah cara yang lebih bijak, karena dengan demikian tidak ada pihak yang dirugikan. Jika Pemerintah sampai melarang keberadaannya, maka berapa banyak pengangguran yang lagi-lagi akan menjadi penghias negara ini, berapa banyak pula anak-anak yang putus sekolah, karena mungkin satu-satunya sumber dana mereka mengenyam pendidikan adalah dari pendapatan orang tuanya sebagai driver transportasi online. 

Pihak terakhir yang paling dirugikan tentu saja konsumen. Taksi konvensional sudah seharusnya segera dibuatkan aturan agar berafiliasi dengan perusahaan transportasi online. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun