Namun, setelah dikonfirmasi lebih lanjut, Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono memastikan bahwa musim ini tetap akan diberlakukan degradasi dengan jumlah yang telah ditetapkan sebelumnya. "Ada salah satu elemen penting yang menyebabkan kompetisi menjadi high tension, salah satunya adalah degradasi. Pak Edy mengapresiasi semua pihak yang berjuang untuk terhindar dari itu dan telah ditunjukkan dalam bentuk tingginya tensi kompetisi, sehingga PSSI memastikan tidak akan ada penghapusan degradasi karena kami menghargai semua yang telah berjuang."
Siapa sangka, berawal dari hukuman FIFA, kemudian restrukturisasi organisasi dalam tubuh PSSI, hingga digelarnya satu paket perubahan dalam bentuk operator liga, kompetisi, dan regulasi yang baru pada musim 2017 ini, akhirnya di kompetisi 2018 esok kita semua akan bisa menyaksikan 9 tim legenda era Perserikatan dan Galatama akan kembali bereuni dalam satu kasta kompetisi Liga 1. Mereka adalah Persija Jakarta, Persib Bandung, PSM Makasar, Arema Malang, Persipura Jayapura, Persela Lamongan yang lebih dulu sudah bermain dan bertahan di Liga 1 pada kompetisi tahun ini, serta disusul oleh Persebaya Surabaya (juara), PSMS Medan (runner up), dan PSIS Semarang (peringkat 3) hasil promosi dari Liga 2 2017.
Kembalinya klub-klub senior tersebut sekaligus juga memastikan akan bergulirnya laga el clasicoIndonesia yang mempertemukan Persib Bandung dan PSMS Medan. 9 tim tersebut sama-sama mempunyai sejarah yang bagus dalam sepak bola nasional dengan para pendukung yang dikenal solid dan militan.Â
Maka tidak mengherankan jika kompetisi musim depan akan menjanjikan atmosfer yang jauh lebih membara. Era perserikatan digelar pada tahun 1930 sebagai akar pembinaan pemain sepak bola usia muda kala itu dan menjadi trigger lahirnya kompetisi Galatama (1978). Karena hal itulah periode tersebut dijuluki sebagai kawah candradimuka bagi bibit-bibit pemain sepak bola tanah air.
Tiga klub yang "naik kelas" dari Liga 2 sejatinya bukan tanpa hambatan, mereka semua melalui perjuangan antara hidup dan mati sepanjang mengarungi kompetisi musim ini. Persebaya misalnya, sempat dihadang oleh permasalahan dualisme internal manajemen dan prestasi jeblok di awal musim yang berujung pada pemecatan pelatih kepala Iwan Setiawan kemudian digantikan oleh Angel Alfredo Vera sampai akhirnya meraih happy ending dengan menjadi jawara sekaligus promosi ke kasta tertinggi musim depan.Â
Sedangkan tim Ayam Kinantan PSMS Medan masih bergelut dengan keterbatasan infrastruktur stadion yang tak kunjung usai. Mahesa Jenar PSIS Semarang pun demikian, kesebelasan yang kini dibesut oleh Subangkit itu juga mengalami fase naik turun dalam kompetisi, apalagi tergabung di Grup 3 Liga 2 mereka harus bersaing dengan tim besar lainnya dari Jawa Tengah macam Persis Solo, PSIR Rembang, dan PPSM Magelang, grup ini dijuluki sebagai salah satu grup neraka.
Tetapi hasil tidak pernah mengkhianati usaha, dengan perjuangan mati-matian untuk memilih antara survive demi eksistensi di sepakbola nasional atau jatuh terdegradasi berjamaah akhirnya musim ini mereka semua mampu mengembalikan nama besarnya di kancah persepakbolaan nasional.Â
Jika demikian, memang benar pernyataan dari Edy Rahmayadi yang diamini oleh Wakil Ketuanya, Joko Driyono bahwa adanya sistem degradasi dan promosi karena PSSI ingin menghargai perjuangan klub-klub yang mengerahkan segala daya dan upaya untuk promosi atau sekedar bertahan saja di Liga 2. Seperti lazimnya orang menempuh jenjang pendidikan, mereka yang terdegradasi maka harus lebih gigih lagi berusaha untuk kembali menunjukkan tajinya.
Gelaran kompetisi pertama setelah lolosnya PSSI dari hukuman FIFA musim ini menghadirkan banyak drama baik di lapangan maupun luar lapangan. Sebagai pengamat sekaligus pecinta sepak bola tanah air, secara umum saya menilai bahwa PSSI melalui operator kompetisi Liga Indonesia Baru telah sukses menyajikan liga yang fresh from the oven. Walaupun demikian, bukan berarti sama sekali tidak ada evaluasi yang perlu diperhatikan, karena pada kenyataannya tetap masih banyak pekerjaan rumah di sana-sini yang wajib dibenahi agar musim depan pelaksanaannya jauh lebih baik dan matang.
Pertama, PSSI perlu untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja perangkat pertandingan dalam hal ini adalah wasit dan pengawas pertandingan. Terobosan induk sepak bola tanah air untuk melibatkan wasit asing dalam kompetisi 2017 ini patut diacungi jempol, tetapi langkah itu jangan hanya bentuk gagah-gagahan saja, seyogyanya dimanfaatkan untuk menularkan ilmu seputar regulasi pertandingan kepada wasit lokal agar terjadi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusianya. Nantinya, tujuan strategi itu adalah untuk meminimalisir keributan antar pemain maupun suporter di lapangan yang selama ini banyak disebabkan oleh keputusan kontroversial wasit.
Kedua, persiapan pelaksanaan kompetisi musim depan harus lebih matang agar jangan sampai terjadi permasalahan klasik seperti penundaan jadwal kick off perdana dari waktu yang sudah ditetapkan. Karena adanya sikap semacam itu sangat merugikan pihak klub yang rata-rata sudah mempersiapkan tim jauh-jauh hari sebelum kompetisi dimulai, tetapi pada akhirnya molor dari jadwal dan mengakibatkan kacaunya program latihan yang telah disusun serta membengkaknya anggaran tim.