Mohon tunggu...
luthfiyyah indrasari
luthfiyyah indrasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

hobi saya menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tarekat dalam Tasawuf

10 November 2024   00:30 Diperbarui: 10 November 2024   00:33 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dan mulailah muncul tarekat Naqsyabandiyah dan Qadiriyah dalam perkembangannya. Bahwasannya tarekat ini berfungsi untuk mendekatkan diri dan merasakan kehadiran Allah. Sedangkan fungsi tarekat dalam bentuk organisasi untuk memberikan dukungan bagi para anggotanya agar mereka dapat saling membantu dan terarah dalam perjalanan spritualnya kepada Allah.

Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah

Salah satu Tarekat yang berkembang di Indonesia adalah tarekat nasyabandiyah, dalam ajaran tarekat naqsyabandiyah terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan terdapat beberapa catatan sejarah mengenai perjuangan pergerakan kemerdekaan yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh tarekat naqsyabandiyah yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar sejarah islam (Kurniawan, 2021). 

Tarekat Naqsyabandiyah memainkan peran penting dalam perkembangan Islam di Indonesia, tidak hanya dalam hal spiritualitas tetapi juga dalam aspek sosial dan sejarah perjuangan. Ajaran tarekat ini menekankan nilai-nilai kesadaran spiritual, keteguhan, keberanian, serta tanggung jawab terhadap sesama dan bangsa. 

Nilai-nilai ini mendorong para tokoh Naqsyabandiyah untuk turut aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, melawan ketidakadilan dan penindasan kolonial dengan landasan iman dan kecintaan terhadap tanah air. Dalam konteks sejarah, kontribusi mereka menunjukkan bahwa ajaran tarekat bukan sekadar pendekatan pribadi kepada Allah, tetapi juga mencakup semangat kebangsaan dan keadilan sosial. 

Oleh karena itu, Tarekat Naqsyabandiyah tidak hanya menjadi wadah pengembangan spiritual, tetapi juga menjadi sumber pembelajaran sejarah Islam yang berharga di Indonesia, memberikan contoh konkret bagaimana spiritualitas dapat berperan dalam membangun identitas nasional. 

Dengan adanya Tharekat Naqsabandiyah maka muncullah kegiatan kegiatan ceramah agama, Tabligh Akbar dan kajian-kajian ke Islaman lainya bahwa segala sesuatu yang kita perbuat akan mendapatkan balasan dari Allah swt. Bersyukur atas nikmat Allah berikan kepada kita agar kita ikhlas dalam menjalani hidup yang penuh cobaan dan ujian segalah sesuatu datang dari Allah kembali kepada Allah. 

Kontribusi Tharekat Naqsabandiyah dalam ibadah adalah puasa pada bulan rajab 10 hari penuh atau lebih bulan ini adalah bulan kemulian keutamaanya yaitu umat Islam akan mendapatkan ladang pahalanya, dan pada bulan sya`ban yaitu bulan yang dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah sehingga ada baiknya masyarakat melakukan amalanamalan yang dapat menambah pahala, misalnya dengan puasa dengan niat mendekatkan diri kepada Allah dalam hal beribadah maka masyarakat akan lebih giat, tekun dan khusyu’. Ia tidak akan melalaikan lagi kewajibanya terhadap Allah SWT (Nasrul, 2020).

Perkembangan Tarekat Qadiriyah

Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani (470-561 H/1077-1166 M) yang terkenal dengan sebutan "alGhauth" atau "Quṭb al-Auliya’" atau sultan al-awliya’ (pemimpin para wali).

 Tarekat Qadiriyah menempati posisi yang penting dalam sejarah tasawuf di dunia Islam, karena ia tidak hanya pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga sebagai cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di dunia Islam. Kendati struktur organisasinya baru muncul beberapa dekade setelah kematian pendirinya. 

Semasa hidup sang syaikh telah memberikan pengaruh yang amat besar pada pemikiran dan sikap umat Islam (Styawati, Mengenal Tarekat di Dunia Islam, 2019). Tarekat Qadiriyah, yang didirikan oleh Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani, memang memiliki pengaruh besar dalam sejarah tasawuf dan perkembangan organisasi tarekat di dunia Islam. 

Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani, yang dikenal dengan gelar-gelar kehormatan seperti "al-Ghauth" (penolong) atau "Sultan al-Awliya" (pemimpin para wali), tidak hanya dihormati karena ilmunya, tetapi juga karena kemampuannya menginspirasi umat untuk hidup dengan penuh ketakwaan dan keberanian dalam menjalani kehidupan spiritual. Kiprah beliau selama hidupnya sudah membawa pengaruh mendalam terhadap cara berpikir dan praktik keagamaan umat Islam. Meskipun struktur formal tarekat Qadiriyah baru terbentuk setelah wafatnya, warisan spiritualnya tetap hidup dan berkembang pesat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun