Di akhir sesi Ubay Rauf selaku moderator acara meminta para narasumber memberikan closing statement dimulai dari Kalis Mardiasih yang memberikan pernyataan bahwa "Gus Dur menjadi panutan bahwa menghormati keberagaman dan mengajarkan toleransi itu karena luasnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan yang cukup, tanpa hasrat untuk belajar sepanjang hayat, dan tanpa keterbukaan untuk bergaul dengan sesama antar agama kita tidak bisa menjadi pribadi yang menghargai keberagaman dan toleran" Berbeda dengan Kalis, Suster Andrea menyatakan harapannya terhadap Indonesia agar bisa menjadi rumah yang aman dan nyaman.
Disambung oleh Hairus Salim yang mengajak peserta bahwa "Tugas kita membuat Gus Dur itu relevan karena kalau kita sudah toleran, sudah inklusi, sudah tidak meributkan lagi yang bersifat parsial dari agama berarti kan sudah relevan." Pernyataan tersebut selaras dengan apa yang dikatakan Kalis Mardiasih di awal sesi diskusi bahwa tulisan-tulisan Gus Dur selalu relevan dan tidak lekang oleh waktu.
Sebagai penutup, Lukman Hakim menegaskan bahwa perbedaan atau keberagaman itu sesuatu yang sunatullah yang memang begitulah agama, maka cara kita memaknai dan menyikapi perbedaan itu bukan dengan menjadikan konflik-konflik, baik sesama internal umat beragama atau antar umat beragama karena perbedaan presepsi. Gus Dur mengatakan perbedaan itu diciptakan agar kita saling mengenali, saling mengisi, saling melengkapi, saling berbagi, dan saling bersinergi.
Bagi civitas akademika UIN Sunan Kalijaga, acara ini merupakan kesempatan berharga untuk mendalami pemikiran Gus Dur dan memperkuat nilai-nilai toleransi serta keberagaman yang telah lama menjadi bagian integral dari kehidupan kampus.