Wernicke menemukan medan Broca dan medan Wernicke terhubung oleh sebuah lajur syaraf yang besar. Dari penemuan ini Wernicke dapat melahirkan sebuah model bahasa yakni : (1) pemrosesan bahasa terjadi di beberapa bagian otak dan membuat prediksi yang benar, (2) kerusakan pada lajur syaraf yang besar berdampak pada pasien yang nantinya tidak dapat mengulangi ucapan atau penjelasan yang didengarnya. Model Wernicke inilah yang disebut dengan teori neurolinguistik Wernicke.
Seseorang dengan penderita Afasia Wernicke maka akan mengalami kesulitan dalam mengolah masukan linguistik. Jika dibandingkan dengan penderita Afasia Broca, maka seseorang yang mengalai Afasia Wernicke lebih fasih, akan tetapi jika berbicara tidak jelas arahnya dan cenderung bergumam.
Bagian dari otak kiri yang memiliki tugas untuk mendukung semua tindakan bahasa serta kerusakan tertentu yang terjadi pada bagian tertentu pula pada otak tersebut dengan jelas dipaparkan. Teori Wernicke ini dapat dikatakan selaras dengan teori Chomsky karena dalam kedua teori ini sama- sama mengatakan bahwa bahasa berada di dalam otak.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditegaskan kembali bahwa otak memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yang mana dalam proses berbahasa dan pengendeliannya bersifat dua arah, yakni bersifat bolak balik antara si pembicara dan si pendengar. Hal tersebut sangat dapat mungkin seorang pembicara menjadi seorang pendengar, dan begitupun sebaliknya. Secara teoritis  proses tersebut terjadi secara bergantian, yang memang berjalan dengan memakan waktu yang panjang akan tetapi, dapat berlangsung secara singkat dikarenakan dikendalikan oleh otak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H