Bahasa bermula dari penyusunan konsep, selanjutnya akan dilanjutkan penyusunan konsep dalam bentuk satuan gramatikal kemudian penyusunan unsur bunyi dan diteruskan dalam proses penerimaan unsur bunyi kemudian memproses pemahaman bunyi dan yang terakhir yakni pemahaman akan konsep agar udah dipahami oleh si pendengar.
Semua proses tersebut terjadi pada si pendengar akan tetapi, pesan yang disampaikan tidak akan tersampaikan apabila si pendengar tidak memahami apa yang sedang disapaikan tadi. Hal tersebut dapat terjadi apabila terdapat kerusakan pada otaknya. Otak merupakan bagian tubuh manusia yang dapat mengendalikan semua gerak dan fungsi tubuh, termasuk dalam berbahasa. Namun, pada bagian manakah letak bahasa di dalam otak ?
Sistem otak manusia terbagi menjadi tiga bagian, yakni (1) otak besar, (2) otak kecil, dan (3) batang otak. Otak besar merupakan bagian penting dalam kegiatan berbahasa. Korteks Serebral adalah bagian pada otak besar yang terlibat langsung dalam pemprosesan bahasa. Korteks serebral memiliki dua bagian, yaitu belahan otak kiri (hemisfer kiri) dan belahan otak kanan (hemisfer kanan).
Hemisfer kanan atau belahan otak kanan berfungsi untuk mengontrol pemprosesan informasi spasial dan visual. Sedangkan hemisfer kiri atau belahan otak kiri bertanggungjawab atas proses pemahaman, penyimpanan, dan mengontrol kegiatan berbahasa. Kerusakan hemisfer kanan pada seseorang kemungkinan besar akan mengalami yang namanya kesulitan mengerti dengan kata-kata yang sederhana, intonasi, komunikasi secara pragmatik, dan lain sebagainya.
Afasia merupakan gangguan dalam melakukan komunikasi. Afasia disebabkan karena adanya kerusakan pada bagian otak dimana terletak di hemisfer kiri. Mengapa hemisfer kiri atau belahan otak kiri dapat dikatakan cukup dominan dalam proses berbahasa? Dikarenakan pada hemisfer kiri ini memiliki bagian penting di dalamnya, dimana bagian penting tersebut merupakan area Broca dan area Wernicke.
Penemuan ahli bedah otak
Carl Wernicke (1874) merupakan penemu pertama pusat bahasa di hemisfer kiri atau belahan otak kiri. Beliau seorang dokter Jerman yang menemukan kerusakan Lobus temporal kiri yang bisa disebut dengan "Wernicke's Area" yang berdampak pada gangguan dalam memahami penjelasan yang disampaikan oleh pihak lain.
Paul Broca merupakan seorang ahli bedah otak Perancis dimana beliau memulai untuk melakukan pengkajian hubungan afasia dengan otak pada tahun 1861. Broca meneliti pasien yang sebelumnya meninggal dikarenakan mengalami himiflegia sisi kanan badan dengan cara mengautopsi otak pasien ini. Sebelum pasien ini meninggal Broca menemukan mereka tidak dapat berbicara namun dapat memahami ucapan dari orang lain. Setelah diautopsi Broca menemukan adanya keretakan syaraf otak dibagian Left Frontal Lobe atau dapat disebut dengan "Broca's Area".
Dari penemuan para ahli di atas terhadap orang yang mengalami kerusakan di bagian hemisfer kiri pada otaknya, maka dapat menyebabkan orang tersebut mengalami gangguan dalam berbahasa. Dapat ditegaskan bahwa bahasa terletak di sebelah kiri belahan otak.
Hilangnya kemampuan berbicara dan berbahasa akibat cedera otak disebut dengan afasia. Seseorang yang mengalami Afasia Broca ini akan mengakibatkan kesulitan dalam baca tulis dan ragu saat berbicara. Namun seseorang dengan penderita afasia broca ini tidak bermasalah pada kemampuan dalam memahami bahasa.
Teori Neurolinguistik Wernicke
Wernicke menemukan medan Broca dan medan Wernicke terhubung oleh sebuah lajur syaraf yang besar. Dari penemuan ini Wernicke dapat melahirkan sebuah model bahasa yakni : (1) pemrosesan bahasa terjadi di beberapa bagian otak dan membuat prediksi yang benar, (2) kerusakan pada lajur syaraf yang besar berdampak pada pasien yang nantinya tidak dapat mengulangi ucapan atau penjelasan yang didengarnya. Model Wernicke inilah yang disebut dengan teori neurolinguistik Wernicke.
Seseorang dengan penderita Afasia Wernicke maka akan mengalami kesulitan dalam mengolah masukan linguistik. Jika dibandingkan dengan penderita Afasia Broca, maka seseorang yang mengalai Afasia Wernicke lebih fasih, akan tetapi jika berbicara tidak jelas arahnya dan cenderung bergumam.
Bagian dari otak kiri yang memiliki tugas untuk mendukung semua tindakan bahasa serta kerusakan tertentu yang terjadi pada bagian tertentu pula pada otak tersebut dengan jelas dipaparkan. Teori Wernicke ini dapat dikatakan selaras dengan teori Chomsky karena dalam kedua teori ini sama- sama mengatakan bahwa bahasa berada di dalam otak.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditegaskan kembali bahwa otak memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yang mana dalam proses berbahasa dan pengendeliannya bersifat dua arah, yakni bersifat bolak balik antara si pembicara dan si pendengar. Hal tersebut sangat dapat mungkin seorang pembicara menjadi seorang pendengar, dan begitupun sebaliknya. Secara teoritis  proses tersebut terjadi secara bergantian, yang memang berjalan dengan memakan waktu yang panjang akan tetapi, dapat berlangsung secara singkat dikarenakan dikendalikan oleh otak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H