Mohon tunggu...
Luthfi Wildani
Luthfi Wildani Mohon Tunggu... Penulis - Pecinta Hikmah dan Kebenaran

I'm Just The Ordinary Man and Thirsty Knowledge

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paradoks Xenophobia

16 September 2016   20:50 Diperbarui: 16 September 2016   21:36 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : aseemrastogi2.files.wordpress.com

Di Barat kita mendengar istilah “islamophobia” yang efeknya masih menggema hingga saat ini. Apalagi setelah terjadi beberapa rentetan tragedi kemanusiaan yang merenggut puluhan hingga ratusan nyawa tak bersalah yang hanya disebabkan keinginan balas dendam dan ingin menunjukkan eksistensi mereka kepada Barat bahwa mereka ini ada dan akan terus mengancam Barat dengan berbagai teror, supaya Barat juga tidak sewenang-wenang meneror dan menginvasi kaum muslimin di negeri-negeri Timur Tengah yang sedang diobrak-abrik oleh mereka, baik dari segi pemerintahannya, sumber daya alamnya maupun ideologinya.

Tentu hal ini menjadi catatan kita bersama, bagaimana respon sebagian orang yang dengan teguh ingin membalaskan dendam kaum muslimin yang tertindas selama bertahun-tahun oleh kelakuan mereka. Bahkan hampir tiap hari sebagian orang ini selalu melaknat Barat dan antek-anteknya. Selalu mengucapkan sumpah serapah supaya Barat dan kroni-kroninya segera dienyahkan dan dimusnahkan dari muka bumi ini. Mereka selalu menyerukan untuk memboikot semua produk-produk dari Barat, karena dengan membeli produk-produk mereka, secara tidak langsung kita telah menyumbangkan dan menyokong mereka untuk selalu menginvasi negara-negara kaum muslimin.

Tentu akan menarik jika mereka yang selalu berkoar-koar untuk memboikot semua produk-produk dari Barat mau berkonsisten dengan ucapannya sendiri. Tapi pada tataran realitanya justru mereka selalu menggunakan produk-produk Barat tanpa merasa malu dan salah sedikitpun. Katakanlah mereka menggunakan sarana facebook dan twitter untuk mempropagandakan misinya, padahal facebook dan twitter adalah produk milik orang Yahudi dan Barat. Mereka juga misalnya menggunakan sarana whatsapp dan bbm messenger untuk mem-broadcast sumpah serapah mereka terhadap Barat kepada khalayak umum. Dan masih banyak lagi sarana-sarana komunikasi yang mereka gunakan, dan kesemuanya itu merupakan produk-produk Barat yang tiap hari selalu mereka laknat.

Hal ini jelas merupakan sebuah paradoks yang sangat akut, bagaimana mungkin orang yang sudah terjangkiti virus xenophobia alias kebencian atau antipati terhadap semua yang berbau asing, dalam hal ini adalah Barat dan antek-anteknya, justru mereka sendiri secara sadar ataupun tidak telah menggunakan produk-produk Barat. Bukan hanya sarana komunikasi yang mereka pakai, tapi hampir semua kebutuhan sehari-hari mereka juga menggunakan produk-produk dari Barat atau yang berafiliasi dengan mereka. Seperti kendaraan, alat elektronik, gadget, senjata dan lain sebagainya.

Harusnya kalau mau fair, mereka harus membuat pabrik sendiri yang memproduksi semua kebutuhan mereka. Membuat aplikasi sarana komunikasi sendiri, sehingga mereka dengan leluasa melaknat dan mengucapkan sumpah serapah seenaknya sendiri di aplikasi yang mereka buat sendiri, bukan dompleng atau nebeng di aplikasi buatan orang Barat. Kalau boleh penulis katakan, ini namanya hipokrit khafiy, karena mereka menggunakan aplikasi orang Barat secara diam-diam untuk melaknat dan mempropagandakan visi mereka untuk menghancurkan Barat.

Sebuah fenomena yang sangat menggelikan memang, jika kita mau berpikir sejenak tentang tingkah laku sebagian orang ini. Mereka dengan angkuhnya mengklaim bahwa merekalah pejuang Islam yang sebenarnya, karena mereka selalu menyerukan jihad untuk melawan orang-orang kafir Barat yang selalu menginjak-injak negara-negara muslim di Timur Tengah. Mereka selalu membawa-bawa label Islam untuk melegitimasi perilaku mereka supaya bisa menjadi “halal”. Seperti misalnya memperbolehkan memperkosa tawanan budak orang kafir dengan segala kebrutalannya, memperbolehkan memutilasi tubuh tawanan orang kafir dan organ tubuh mereka diperjualbelikan, memperbolehkan menjarah barang-barang milik orang kafir, dan masih banyak lagi “ijitihad-ijtihad” nyeleneh mereka yang selalu berdalih bahwa agama Islam memperbolehkannya.

Indonesia sendiri merupakan lahan subur untuk penyebaran ideologi, organisasi dan aliran apapun. Mulai dari aliran yang paling radikal sampai aliran yang paling sesat semuanya ada dan berkumpul di negeri tercinta ini. Mulai dari organisasi yang bersifat trans-nasional maupun organisasi yang bersifat domestik semuanya berkembang pesat dan mendapatkan pengikut yang cukup signifikan di negara yang menganut sistem demokrasi ini. Mulai dari ideologi yang paling ekstrim sampai ideologi yang paling lunak sekalipun semuanya tumbuh subur di tanah ibu pertiwi ini. Mereka semua dapat masuk dan diterima di Indonesia adalah berkat sistem negara dan 4 pilar bangsa yang menjadi pondasi negara ini, yaitu diantaranya Undang-Undang yang mengakomodir mereka dan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi ciri khas bangsa ini.

Mereka semua merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus dilindungi hak-haknya. Tidak boleh siapapun mereduksi hak-hak mereka dengan dalih apapun, karena negara jelas menjamin keselamatan mereka dan selama mereka juga tidak mencederai hak-hak kelompok lain. Mereka akan tetap aman di negara Indonesia selama mereka tidak melakukan makar terhadap negara dan ingin merobohkan sendi-sendi negara yang sudah dibangun susah payah oleh Founding Father bangsa ini dengan kokoh.

Namun ada sebagian orang yang selalu merasa superior dan mereka selalu bersembunyi dibalik nama Islam untuk memuluskan misi mereka. Mereka sangat anti kepada apapun yang berbau Barat. Bahkan mereka juga anti kepada orang-orang kafir yang menurut pandangan mereka sangat melekat dengan identitas Barat. Sehingga konsekuensi logisnya mereka sangat menolak apapun yang datang dan bersumber dari Barat. Karena bagi mereka apapun yang datang dari Barat dan orang kafir dianggap tidak membawa maslahat apa-apa dan pasti membawa kerusakan dan malapetaka. Mereka selalu menawarkan solusi Islam menurut perspektif dan interpretasi mereka. Dan mereka selalu mengeluarkan jurus-jurus andalan berupa teks-teks agama untuk melegitimasi misi yang mereka bawa.

Namun mereka lupa, bahwa representasi Islam itu bukan hanya milik dan dominasi mereka saja. Mereka hanyalah satu dari sekian banyak kelompok yang bernaung dibawah bendera Islam. Dan tiap-tiap kelompok pastinya memiliki interpretasi dan perspektif tentang Islam itu sendiri mulai dari A sampai Z. Tentunya pemahaman keislaman setiap kelompok tidak bisa dipaksakan kepada kelompok lain. Semuanya mengatakan bersumber kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Namun hanya berbeda bagaimana cara menafsirkan dari kedua sumber tersebut. Sehingga keragaman penafsiran inilah yang menjadi keniscayaan dalam tubuh Islam sendiri. Karena Rasulpun memang sengaja meninggalkan kitab suci tanpa tafsiran sedikitpun darinya. Rasul tidak ingin ada tafsir tunggal darinya yang bisa mematikan ijtihad dan daya kreativitas kaum muslimin dalam memaknai kalam-Nya.

Penulis hanya ingin mengatakan bahwa terdapat sebuah paradoks yang sangat dalam terhadap kelompok yang selalu ‘mencaci-maki’ Barat dan orang kafir. Mereka secara tidak sadar menggunakan instrumen dan produk Barat dalam aktivitas kesehariannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun