Seorang Ayah telah berkata kepada anaknya:
Wahai anakku
Aku yang mengasuhmu ketika engkau lahir
Dan aku yang memenuhi kebutuhanmu ketika engkau remaja
Semua jerih payahku engkau minum dan engkau renggut sepuasmu
Bila engkau sakit di malam hari wahai anakku, maka aku tidak bisa tidur lantaran sakit yang kau derita
Aku resah dan gelisah, tidak bisa tidur  karena sedih dan khawatir
Aku mengkhawatirkan jiwamu disambar maut,padahal aku tahu kematian itu ada ajalnya
Seakan-akan, akulah yang sedang sakit, dan bukan engkau yang sakit, wahai anakku
Maka kedua mataku tak kuasa mengalirkan air mata
Tatkala engkau telah mencapai masa dewasa, dan kau telah menggapai cita-citamu
Yang dahulu itulah yang kuharapkan darimu
Jangan engkau membalas budi baikku dengan sikap keras dan kata-kata kasar
Seakan-akan engkaulah yang telah berbuat baik dan berjasa kepadaku
Seandainya engkau tidak memperdulikanku sebagai seorang ayah, anggaplah aku seperti tetanggamu
Sikapilah aku sebagaimana seseorang yang bersikap baik kepada tetangganya
Ayah, adalah cahaya dalam keluarga
Kehadirannya selalu diharapkan
Canda dan tawanya, adalah penghias kehidupan
Pelukannya dan kasih sayangnya, adalah pelita kehidupan
Memandang ayah, mendatangkan kebahagiaan
Kepergiannya , membawa kesedihan
Jangan kau Tanya tentang besarnya kegembiraan dan tingginya kebahagiaan yang meliputinya
Tatkala dia dikabari bahwa ibumu hamil mengandungmu
Dia begitu gembira sementara engkau masih di perut ibumu
padahal Engkau masih belum keluar di dunia ini
Semakin bertambah umurmu, semakin berlalu bulan demi bulan
Maka semakin besar penantiannya menantimu
Ayahmu semakin sayang kepada ibumu, karena engkau ada di dalam kandungannya
Kerinduan, semakin meliputinya
Menanti saat-saat kelahiranmu
Dia menghitung hari demi hari, dan malam demi malam
Menanti pertemuan yang indah denganmu
Betapa besar harapan yang dia gantungkan kepada dirimu
Betapa banyak angan-angan yang berputar di benaknya
Tatkala tiba saat engkau akan keluar dari perut ibumu
Tatkala ibumu menghadapi kesakitan yang luar biasa
Ayahmu juga merasakan beratnya penderitaan ibumu
Ayahmu berdoa dengan penuh cemas dan kegelisahan
Agar Allah meringankan penderitaan ibumu
Agar engkau keluar dengan selamat
Hingga tatkala ia mendengar tangisanmu
Dia mendengar teriakanmu
Diapun tak kuasa mengalirkan air mata kebahagiaan
Kasih sayang tiada tara kepadamu mengalir di lubuk hatinya
Dia begitu gembira melihat wajahmu berseri-seri tatkala memandangmu
Jangan kau tanya tentang cintanya kepadamu, sayangnya terhadap dirimu
Kemudian terus bertambah hari
Bertambah pula kasih sayangnya kepadamu
Hingga jadilah engkau nomor satu
Prioritas utama dalam kehidupannya
Jadilah engkau yang dilayani, di siang dan malamnya
Pikiran dan hatinya selalu bersamamu
Engkau yang selalu ia tanyakan
Dia bergembira tatkala melihat senyumanmu
Dia begitu resah apabila melihatmu menangis apalagi sakit
Dia tidak ingin engkau tersakiti sedikitpun
Hatinya teriris-iris jika mendengar tangisan sakitmu
Betapa sering matanya tak kuasa menahan air mata karena memikirkan kesehatanmu
Tatkala engkau semakin besar, pandangannya kepadamu semakin penuh harapan
Semua keinginanmu dipenuhi. Cita-citamu selalu ia perjuangkan
Dia bekerja untukmu tak kenal lelah
Keringat bercucuran tidak ia perdulikan
Hingga tatkala engkau menjadi seorang pemuda
Jadilah dirimu adalah kebanggaannya
Engkau diceritakan disana dan disini
Dia gembira dengan keberhasilanmu
Dia bahagia melihat derap langkah kakimu
Tahun-tahun berlalu, inilah hasil perjuangannya mendidikmu selama ini
Jerih payahnya yang penuh kesulitan dan penderitaan
Demi memperjuangkan kebahagiaanmu
Betapa banyak kesedihan yang dia lalui tatkala mendidikmu
Dimana dulu engkau membangkangnya
Betapa banyak gelas air mata pilu yang harus diminumnya.
Ketika engkau nakal dan melawannya
Memang dia pernah memarahimu
Tapi itu semua karena sayang kepadamu
Mungkin ia pernah menjewermu dan membentakmu
Akan tetapi semua itu karena khawatir akan dirimu
Dia melawan kerasnya kehidupan, Bertarung mencari nafkah
Semuanya demi kebahagiaanmu
Demi untuk melihat senyumanmu
Betapa sering engkau memintanya untuk membeli sesuatu
Sementara engkau tidak tahu kondisinya yang begitu berat
Namun, ia tidak pernah mengutarakannnya kepadamu
Engkau tidak peduli dengan dirinya, akan tetapi dia begitu memperdulikanmu
Baginya yang penting kebutuhan sekolahmu
Kebutuhan kuliahmu
Dia tidak perduli, meski harus berhutang
Meski harus dimaki dan hina orang
Semua itu demi dirimu
Betapa sering ia bangun di tengah gelapnya malam untuk mendoakanmu
Sementara engkau tidak tahu
Engkau sedang tidur pulas dalam mimpimu
Betapa sering air matanya mengalir
Memohon kepada yang Kuasa seraya berkata
"Ya Rabb, yang penting anakku menjadi anak yang berhasil"
Lihatlah, dia harus keluar di pagi hari untuk bekerja demi membahagiakanmu
Dia membanting tulang, untuk membangun rumah bagimu
Dia bekeluh keringat, agar engkau bisa makan enak
Dia menahan penderitaan pekerjaan, agar engkau bisa lulus dalam pendidikanmu
Itulah ayahmu...
Itulah perjuangannya...
Itulah pengorbanannya...
Dia memberikan segala sesuatu kepadamu, dan dia tidak meminta upah darimu
Dia berusaha semaksimal mungkin untukmu
Sementara dia tidak pernah menanti ucapan terima kasih darimu
Maka taatlah kepada Allah, yang memerintahkanmu untuk berbakti kepada ayahmu
Sungguh durhaka kepadanya adalah dosa besar
Menyakiti hati ayahmu adalah bencana bagimu
Membuatnya marah atau menangis adalah petaka bagimu
DemiAllah, akan datang suatu masa
Engkau tidak lagi melihat ayahmu
Pintu surga yang selama ini terbuka,
Telah diangkat oleh Allah
Jika ayahmu tiada engkau tidak bisa lagi memijitnya,Â
memberinya hadiah dan membawakan makanan kesukaannya
Jangan pernah terputus doa darimu.
Itulah yang selalu diharapkan dalam kuburannya
Berinfaklah, bersedekahlah, berwakaflah untuknya.
Niscaya pahalanya akan melapangkan sempitnya kuburan ayahmu.
Akan menyinari gelapnya kuburan ayahmu.
Berbuat baiklah kepada keluarga dekat ayahmu.
Berbuat baik pula kepada sahabat-sahabat ayahmu.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil." (QS. Al-Isra': 23-24)
Sumber :
Khutbah Jum'at:Â Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A
https://www.youtube.com/watch?v=yqTttduxw1s
Stiamak_Luthfi Prayogi
Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H