Mohon tunggu...
Luthfi Lesmana
Luthfi Lesmana Mohon Tunggu... Penulis - Ahli tidur

Merupakan mahasiswa biasa-biasa aja di Fakultas Psikologi UIN Malang. Kecintaannya pada dunia literasi ia salurkan dengan berproses di komunitas Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara Regional Malang. Bisa disapa melalui Instagram : @luthfi_lesmana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Besar dalam Benakku Sendiri

12 Januari 2021   21:18 Diperbarui: 12 Januari 2021   21:21 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kraeplin Krueger, 31, Psikolog

            Tepat enam hari yang lalu saat pertama kali aku melihatnya di dekat perpustakaan kota. Dia terlihat cemas waktu itu.

Pada awalnya aku beranggapan bahwa tidak ada hal aneh apapun yang terjadi dengannya, hingga kemudian dia mulai menangis sambil menunjuk-nunjuk ke salah satu sudut halaman perpustakaan. Aku merasa aneh karena dia hanya menunjuk-nunjuk halaman kosong. Tak ada seorang pun disana. Lalu, apa yang sedang ditangisinya waktu itu?

Perilakunya yang aneh membawa rasa penasaran di benakku. Aku mulai mengikuti gadis itu untuk mengetahui apa yang terjadi dengannya.

            Dua hari kemudian, aku telah mengetahui tempat tinggalnya. Waktu itu tepat pukul lima pagi saat aku melihatnya keluar rumah.

Sebelumnya, dia sempat berdiri di depan pintu sambil berteriak menyebut nama Lukas. “Aku sedang buru-buru, Lukas!” ucapnya. Padahal aku tahu betul bahwa dia tinggal sendirian di rumahnya. Lalu, siapa yang dia sebut sebagai Lukas?

Saat itu aku mendengar bahwa dia akan pergi ke sebuah kantor rahasia untuk menyelamatkan nyawa manusia. Kantor rahasia? Menyelamatkan nyawa manusia? aku benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Aku terus mengikutinya dari toko sayur Pak Winkins hingga peternakan Pak James. Aku sangat bodoh waktu itu. Aku tidak memperhatikan langkahku yang berisik ketika menginjak dedaunan kering. Ia menengok ke arahku dengan kaget dan langsung lari seketika. Itulah kali terakhir aku melihatnya.

Seminggu kemudian, aku mendapat kabar mengejutkan di sebuah koran. disana tertulis bahwa polisi menemukan jasad wanita berumur 17 tahun di sebuah gubuk di hutan pinggiran kota. Wajahnya persis sekali dengan gadis yang kutemui seminggu lalu. Gadis itu bernama Bella. Tidak ada tanda-tanda kekerasan apapun di tubuhnya. Dan ini menguatkan asumsiku.

Apa yang sebenarnya dialami oleh Bella ketika  berada di dekat perpustakaan kota adalah bentuk halusinasi visual. Gejala khas yang selalu dialami oleh penderita Skizofrenia. Bella seolah-olah melihat seseorang tengah dipukuli, yang pada kenyataannya, hal itu tidak pernah terjadi.

Belakangan diketahui bahwa Keluarga Bella pernah dibantai oleh sekelompok misterius satu tahun yang lalu. Sejak saat itu, Bella sering berhalusinasi. Ia mulai menghadirkan sosok teman khayalan bernama Lukas. Bella menghadirkan sosok Lukas atas trauma yang dialaminya setelah kehilangan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun