Mohon tunggu...
Luthfi Lesmana
Luthfi Lesmana Mohon Tunggu... Penulis - Ahli tidur

Merupakan mahasiswa biasa-biasa aja di Fakultas Psikologi UIN Malang. Kecintaannya pada dunia literasi ia salurkan dengan berproses di komunitas Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara Regional Malang. Bisa disapa melalui Instagram : @luthfi_lesmana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Besar dalam Benakku Sendiri

12 Januari 2021   21:18 Diperbarui: 12 Januari 2021   21:21 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mulai menyusuri jalanan kota yang masih sepi. Benar-benar sepi hingga aku bisa mendengar hembusan nafasku sendiri. Toko sayur milik Pak Winkins pun masih tutup. Padahal toko itu terkenal karena selalu buka lebih awal dibanding dengan toko-toko di sebelahnya.

“Apa benar yang dikatakan Lukas bahwa aku berangkat terlalu pagi?” gumamku sambil berjalan. “Ah kurasa tidak juga. Keputusanku untuk pergi di pagi buta seperti ini adalah hal yang tepat. Maksudku, bagaimana mungkin aku bisa bersantai sedangkan orang-orang lemah di luar sana dalam keadaan bahaya? Kurasa Lukaslah yang sebenarnya gila. Dia bahkan tidak berempati atas kematian Kakek Tua yang kutemui dua hari lalu. Benar-benar gila.”

Hingga pada akhirnya ketika aku sampai di peternakan Pak James, aku merasakan ada seseorang yang membuntutiku. Aku sempat menengok ke arah belakang namun tak ada siapapun disana.

Langkah kaki itu semakin nyata terdengar di telingaku. Aku berpura-pura mengikat tali sepatuku supaya bisa sedikit menoleh ke belakang. Ternyata dugaanku benar. Aku melihat seseorang sedang mengintaiku dibalik pepohonan. Ia mengenakan jas berwarna hitam dan topi flanel yang agak miring ke kanan. Sorot matanya tajam dan langsung bersembunyi ketika aku melihatnya.

Aku langsung berlari dengan sekuat tenaga. Yang ada dipikiranku saat itu hanyalah satu, aku harus berhasil mengirimkan suratku ke kantor rahasia.

Setelah beberapa menit berlari, aku telah sampai di kantor rahasia. Aku langsung membuka kotak surat kantor itu dan mulai memasukkan lembaran penting yang akan menyelamatkan jutaan nyawa manusia.

“Aku tidak bisa langsung pulang ke rumah. Orang itu pasti akan membuntutiku,” ucapku. Saat itu juga aku berlari ke arah hutan dan bersembunyi di sebuah gubuk kosong.

Aku bersembunyi di salah satu ruangan di dalam gubuk itu. Sungguh, aku benar-benar merasa ketakutan.

Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki menuju gubuk.

Sial! umpatku dalam hati. Keringat mengucur deras dari dahiku. Kucuran itu semakin deras ketika ia mulai membuka pintu gubuk.

Lagi-lagi sial! Orang yang kutemui dua hari lalu kini tepat berada di hadapanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun