Mohon tunggu...
Luthfi Husnika
Luthfi Husnika Mohon Tunggu... -

Dari Sebuah Perspektif

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berakhirnya Rezim Ali Abdullah Saleh Sebagai Anomali Gelombang Arab Spring di Yaman Tahun 2011

15 November 2017   12:41 Diperbarui: 15 November 2017   19:15 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SIGNIFIKANSI GELOMBANG ARAB SPRING

Melihat selama masa kepemimpinan Presiden Saleh yang selalu berperang dengan rakyatnya sendiri, ditambah masalah kemiskinan yang semakin mencekik rakyat, hal tersebut kemudian memicu munculnya demo besar-besaran di Yaman pada tahun 2011. Aksi masa tersebut seiring dengan gelombang Arab Spring yang sedang melanda beberapa negara wilayah Timur Tengah lainnya. Rakyat Yaman dari berbagai suku dan mahzab bangkit dalam rangka menuntut pengunduran diri Presiden Saleh. Arab Spring sendiri bermula ketika gelombang demonstratsi pro-demokrasi melakukan aksi masa di beberapa negara kawasan TimurTengah dan Afrika Utara. Para pemimpin Tunisia dan Mesir yang tidak melakukan pergantian kemudian menimbulkan kerusuhan yang terus berlanjut ke negara-negara lain seperti Libya, Suriah, dan Bahrain (Encyclopedia Britannica, 2016). Sedangkan Arab Spring di Yaman, kelompok pro-demokrasi dan anggota oposisi melakukan demonstrasi menentang peraturan Presiden Ali Abdullah Saleh yang telah memegang kekuasaan selama lebih dari tiga dekade dengan kondisi keterbelakangan ekonomi negara, pergeseran konstelasi politik dan menimbulkan kekesalan pada banyak kalangan yang terdiri dari berbagai suku.

arab-spring-uprising-5a0c2f6bc252fa5b2152db25.jpg
arab-spring-uprising-5a0c2f6bc252fa5b2152db25.jpg
Pada akhir Januari 2011, setelah berakhirnya pemberontakan yang populer di Tunisia yakni dikenal dengan sebutan Jasmine Revolution, telah memaksa Presiden Zine al-Abidine Ben Ali untuk turun dari kekuasaannya, kemudian memicu demonstrasi serupa di Mesir. Arab Spring juga melanda Yaman yang masih termasuk kawasan Timur Tengah. Ribuan demonstratn berkumpul di Sanaa dan beberapa kota Yaman lainnya untuk meminta Presiden Ali Abdullah Saleh untuk mengundurkan diri sebagai presiden (Durac, 2012:5).  

Para pemrotes meneriakkan slogan-slogan yang pro terhadap demokrasi dan mengutuk kemiskinan serta pemerintahan yang korup.Berbeda dengan demonstrasi Mesir dan Tunisia, yang tampaknya memiliki sedikit kepemimpinan terpusat, demonstrasi di Yaman tampaknya telah diatur dan diarahkan oleh sebuah koalisi kelompok oposisi Yaman. Demonstrasi di Yaman berlanjut dengan diwarnai sedikit kekerasan antara demonstran dan pasukan keamanan. 

Sebagai tanggapan atas demonstrasi tersebut, Presiden Saleh membuat beberapa konsesi ekonomi, termasuk pengurangan pajak penghasilan dan kenaikan gaji pegawai pemerintah. Selain itu, dia berjanji untuk tidak mencalonkan kembali pemilihannya saat masa jabatannya berakhir pada tahun 2013, dan dia berjanji bahwa anaknya tidak akan menggantikannya menjadi presiden. Namun, langkah tersebut tidak berhasil menenangkan para demonstran karena menilai Saleh telah mengingkari janji sebelumnya untuk tidak mencari pemilihan kembali di tahun 2006 (Encyclopedia Britannica, 2016).

ANOMALI TURUNNYA ALI ABDULLAH SALEH

Masifnya gerakan demo di Yaman akhirnya berujung pada tergulingnya Saleh yang telah berkuasa 33 tahun. Ia melarikan diri pada November 2011 ke Arab Saudi, dan digantikan oleh Mansur Hadi. Namun, tahun 2012, Saleh kembali ke Yaman dan dilindungi oleh Mansur Hadi. Anak Saleh, Jenderal Ahmed Ali, bahkan tetap memiliki kekuasaan penting di militer. Dalam situasi ini, Al Qaeda melakukan aksi-aksi pengeboman, termasuk mengebom istana kepresidenan, menambah kacau situasi di Yaman (Durac, 2012:4). Singkat kata, pasca keberhasilan rakyat menggulingkan Saleh, yang berkuasa di Yaman adalah elit-elit lama, termasuk anasir Al Qaeda. Faksi-faksi yang banyak berjuang dalam upaya penggulingan Saleh justru disingkirkan, termasuk suku Houthi (gerakan Ansarullah). Ini memunculkan ketidakpuasan rakyat yang semula berharap terjadinya reformasi.

ali-abdullah-saleh-5a0c2f99c252fa672e7caef2.jpg
ali-abdullah-saleh-5a0c2f99c252fa672e7caef2.jpg
Namun apabila melihat kondisi yang terjadi di Yaman, terlihat berbeda dengan yang terjadi di negara kawasan Timur Tengah lain terutama negara yang terkena gelombang Arab Spring. Pemimpin negara Arab lain menunjukkan resistensi untuk melawan massa yang menentangnya demi mempertahankan kekuasaan yang telah lama mereka pegang, namun Presiden Saleh akhirnya justru mengundurkan diri. Presiden Saleh menandatangani surat pengunduran dirinya pada 23 November 2011 kemudian menyerahkan kekuasaannya sebagai presiden kepada wakilnya, yakni Abed Rabbo Mansour Hadi (Durac, 2012:8). Peristiwa yang terjadi di Yaman ini, dapat dikatakan sebagai sebuah anomali yang sangat berbeda dengan serangkaian peristiwa revolusi yang terjadi dalam tren Arab Spring sebelumnya. Ketika pemimpin negara lain baru dapat dijatuhkan dengan melalui aksi demonstrasi dan kekerasan yang dilakukan dari rakyat, dimana faktor internal seperti yang terjadi di Mesir dan Tunisia lebih berpengaruh, sedangkan di Libya, campur tangan pihak eksternal harus melalui tindakan militer. Dalam kasus Yaman ini, krisis di Yaman dapat diatasi dengan adanya upaya persuasi dari negara-negara lain. Dapat dikatakan, justru karena desakan dari faktor eksternal inilah yang kemudian membuat Ali Abdullah Saleh mau meletakkan jabatannya.

SIGNIFIKANSI FAKTOR DOMESTIK DAN INTERNASIONAL

Turunnya Ali Abdullah Saleh seolah memberikan gambaran bahwa dibandingkan dengan negara lainnya, transfer kekuasaan di negara ini dapat dilakukan dengan lebih mudah. Namun hal ini bukan terjadi tanpa alasan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi turunnya Presidean Ali Abdullah Saleh dari jabatannya sebagai presiden. Transisi kekuasaan Yaman yang dipengaruhi oleh adanya Arab Spring tidak lepas dari peranan domestik maupun internasional. Sama seperti negara Arab lainnya yang mengalami gelombang protes dan demonstran (Durac, 2012:5). 

Yaman juga mengalami hal tersebut. Krisis dan kondisi negara yang miskin serta pemerintah yang dinilai korup juga menjadi penyebab utama munculnya Arab Spring di Yaman yang kemudian berdampak pada mundurnya Presiden Ali Abdullah Saleh. Sebagai akibat dari peristiwa ini juga makin besarnya tuntutan penurunan rezim, presiden Saleh memutuskan untuk meninggalkan Yaman dan menetap di Saudi Arabia hingga ditandatanganinya Gulf Initiative (Durac, 2012:7-8).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun