Mohon tunggu...
Luthfi Baskoroadi
Luthfi Baskoroadi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masjid Favorit Ku Tarawihnya Cepat Selesai

18 Juni 2016   15:37 Diperbarui: 14 Juli 2016   06:23 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya dia pun menyerah dan bertanya mengapa dia disuruh kembali mengulang sholatnya. Lalu Rasulullah SAW berkata “Jika engkau hendak melaksanakan sholat maka lakukanlah dengan berwudhu secara sempurna. Menghadaplah ke arah kiblat lalu ucapkan takbir, kemudian bacalah ayat Al Quran setelah membaca Al Fatihah, kemudian lakukanlah rukuk sampai engkau thuma’ninah (tenang dan khusyu), kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau berdiri sempurna, kemudian lakukanlah sujud sampai engkau thuma’ninah dalam sujudmu, kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau thuma’ninah dalam duduk, kemudian lakukanlah sujud kembali dengan thuma’ninah, lalu berdirilah kembali sampai engkau thuma’ninah, dan lakukanlah hal itu dalam seluruh rakaat sholatmu”.HR: Bukhari Muslim

Perbedaan Pendapat Ulama Mengenai Sah dan Tidaknya Sholat:

Sebagian ulama fikih mengatakan bahwa sholat seorang hamba tetap sah apabila tidak khusyu dan thuma’ninah asalkan mengerjakan semua rukun rukun sholat. Namun ada pula sebagian ulama juga yang mengatakan bahwa khusyu dan thuma’ninah (tenang dan perlahan) adalah syarat sah dari sebuah sholat. Bila tidak melakukan itu maka dianggap tidak sah sholatnya seperti kisah sahabat Nabi yang terdapat dalam hadits diatas dimana dia dianggap belum sholat oleh Rasulullah SAW.

Urusan sah atau tidaknya sholat kita memang bukan hak dan wewenang sesama manusia untuk menvonisnya. Namun alangkah baiknya bila kita “mencari aman” dengan cara melakukan sholat sesempurna mungkin agar sah dan banyak pahala yang kita raup. Akankah kita berani mengambil resiko dari pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa sholat tetap sah meski tanpa khusyu dan thuma’ninah??? Lalu bagaimana bila ternyata pendapat mereka salah, bagaimana nasib sholat kita selama ini? Sungguh mengerikan bukan.

Sholat Menjadi Penyelamat Utama dari Panasnya Api Neraka:

Rasulullah pernah bersabda “Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab/dihitung pada hari kiamat adalah sholatnya. Apabila sholatnya baik dan sempurna, dia akan mendapat keberuntungan dan keselamatan. Namun apabila sholatnya rusak/buruk maka dia akan menyesal dan merugi........”HR: Abu Dawud

Bila seseorang rajin bersedekah, sering mengaji, sayang kepada sesama, namun bila sholatnya masih jarang-jarang maka menyesalah ia pada hari kiamat kelak. Bila dia sholatnya telah 5 waktu namun masih tidak khusyu dan thuma’ninah maka dia juga akan tetap merugi. Namun sebaliknya, bila amalan lain selain sholat dari seorang hamba tidak begitu banyak, asalkan dia tidak syirik dan sempurna sholatnya, maka beruntunglah ia dan akan insya Allah akan selamat dari panasnya api neraka. Amin...

Ubah Kebiasaan Kita:

Yuk mulai sekarang ubahlah kebiasan kita, mumpung masih pertengahan Ramadhan. Mulai saat ini jangan lagi memilih milih masjid yang sholat tarawihnya cepat. Kalau perlu carilah masjid yang paling lama sholatnya atau setidaknya yang sedang-sedang saja jika masih ingin sholat secara sempurna, khusyu, thuma’ninah dan sah dimata Allah SWT. Ukuran cepat atau lamanya sebuah sholat memanglah sangat relatif. Tapi cobalah berpatokan pada “kecepatan” bicara anda ketika anda berbicara sehari hari kepada teman anda. Jika anda merasa ucapan bacaan sholat anda masih lebih cepat dibanding ucapan anda ketika bicara sehari hari dengan bahasa Indonesia, artinya sholat anda masih tergolong cepat. Bukankah sungguh lucu ketika berdialog dengan Allah justru apa yang kita ucapkah lebih cepat dan lebih tergesa-gesa dibandingkan ucapan saat berdialog dengan sesama manusia? Bukankah seharusnya Allah lebih kita hormati dibanding ke sesama manusia?

Saat seorang mahasiswa ingin bertemu dosen nya untuk bimbingan skripsi, maka dia akan memperlambat cara bicaranya dari biasanya dan berusaha berkata-kata sejelas dan sebaik mungkin pada dosennya kan? Nah, mengapa ke Allah kita tidak begitu? Mengapa lebih hormat ke dosen daripada pada Allah?

Yuk ubahlah kebiasaan kita, bukan untuk siapa-siapa, namun untuk diri kita sendiri sebagai bekal di akhirat nanti. Berlama-lama ria di dalam masjid, berletih-letih ria didalam masjid, dan berbosan-bosan ria di dalam masjid takan ada artinya dibanding dengan lamanya kita merasakan siksa api neraka kelak di akhirat nanti. Dan lamanya waktu yang terbuang akibat sholat dengan khusyu, thuma’ninah dan perlahan akan sebanding dengan surga yang penuh kenikmatan di akhirat kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun