PENDAHULUAN
Gempabumi adalah bencana alam berupa guncangan bumi yang terjadi akibat tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif akibat aktivitas gunung api, maupun runtuhan batuan. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Salah satu wilayah yang merupakan pertemuan lempeng utama adalah pantai barat Sumatera. Wilayah inilah yang disebut dengan zona subduksi. (Martianto, H., 2007).
Pulau Sumatera merupakan wilayah yang rawan terjadi gempabumi. Dua sumber utamanya adalah zona subduksi dan sesar. Zona subduksi adalah wilayah dimana dua lempeng saling bertemu. Sementara itu, sesar adalah patahan atau bidang rekahan yang disertai adanya pergeseran relatif terhadap komponen batuan.
Pulau Sumatera termasuk pulau dengan penduduk yang terbanyak kedua setelah Pulau Jawa, sehingga sangat penting untuk dilakukan peringatan dan sosialisasi dini dalam langkah mitigasi sebelum, saat, dan sesudah terjadinya gempabumi. Selama kurun waktu 180 tahun, telah terjadi 10 gempabumi besar di Pulau Sumatera. Akibatnya, telah banyak korban jiwa dan kerugian materi yang disebabkan oleh bencana ini. Â Dengan demikian, sudah sepatutnya kita waspada terhadap kemungkinan gempabumi di Pulau Sumatera ke depannya.
B. KONDISI GEOLOGI SUMATERA
Untuk mengetahui bagaimana Pulau Sumatera berpotensi atau tidak mengalami gempabumi adalah dengan cara meninjau kondisi geologi. Kondisi geologi meliputi zona subduksi, zona sesar, dan segmen-segmen sesar di Pulau Sumatera (TPSGN, 2017).
Sesar Aktif di Sumatera
Data dan parameter sumber gempa pada segmen-segmen sesar Sumatera menunjukkan, tujuh segmen sesar Sumatera memiliki potensi gempa dengan magnitudo berbeda-beda, mulai dari M6,9 sampai M7,6. Sesar-sesar yang tergolong aktif di Pulau Sumatera di antaranya adalah Segmen Angkola, Segmen Barumun, Segmen Sumpur, Segmen Sianok, Segmen Sumani, Segmen Suliti, dan Segmen Siulak.
Zona Sesar Sumatera
Sesar yang paling berpengaruh terhadap potensi gempabumi di Sumatera adalah Sesar Semangko. Zona patahan ini memanjang di bagian barat Pulau Sumatera, memanjang sepanjang 1900 km. Zona ini menyebabkan beberapa danau di Sumatera, termasuk Danau Singkarak yang merupakan runtuhan batuan akibat pergeseran sesar ini. Gempa dari sesar ini tergolong dangkal dan merusak.
Sesar Utama di Perairan Sumatera
Sesar Utama di Perairan Sumatera adalah Sesar Mentawai (Zen, dkk., 2016). Zona ini berupa patahan naik akibat dari patahan lempeng Asia atau juga disebabkan oleh patahan kumpulan batuan dari hasil tumbukan. Sesar Mentawai memanjang di sekitar pulau-pulau Mentawai dari utara hingga ke selatan, diperkirakan tidak menerus, tetapi terpotong-potong pada beberapa tempat. Gempa yang diakibatkan pergeseran Sesar Mentawai ini seringkali dangkal. Diperkirakan gempa Padang disebabkan oleh gerakan sesar ini.
Zona Subduksi Sumatera
Zona subduksi ini merupakan zona tumbukan antara Lempeng Tektonik Australia dengan Lempeng Tektonik Asia. Bila zona gempa ini dangkal dan berada di laut akan menyebabkan tsunami seperti yang terjadi pada Tsunami Aceh tahun 2004 lalu. Zona gempa ini menunjam sampai kedalaman lebih dari 70 km (Rahadi, S., 2009).
C. KEGEMPAAN SUMATERA
Kejadian Gempa Besar di Sumatera
Berikut ini adalah sembilan gempabumi besar di Sumatera dalam kurun waktu 180 tahun (Martianto, H., 2007)
1. 26 Agustus 1835, lokasi gempa di Padang, Sumatera Barat.
2. 5 Juli 1904, lokasi gempa di Siri Sori, Sumatera Barat.
3. 28 Juni 1926, lokasi gempa di Padang Panjang, Sumatera Barat.
4. 4 Februari 1971, lokasi gempa di Pasaman, Sumatera Barat.
5. 8 Maret 1977, lokasi gempa di Pasaman, Sumatera Barat.
6. 7 Oktober 1995, lokasi gempa di Kerinci, Jambi.
7. 16 Februari 2004, lokasi gempa di Tanah Datar, Sumatera Barat.
8. 22 Februari 2004, lokasi gempa di pesisir selatan Sumatera Barat.
9. 30 September 2009, lokasi gempa di dekat Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Berdasarkan hasil kajian resiko bencana gempabumi yang disusun pada tahun 2015, terdapat 24.210.546 korban jiwa, 151,5 miliar kerugian fisik, dan 89,1 miliar kerugian ekonomi (Amri, M.R., dkk, 2016)
D. LANGKAH MITIGASI GEMPABUMI
Dengan potensi gempabumi di Pulau Sumatera setelah ditinjau dari aspek geologis, dan juga rekaman sejarah gempabumi, serta kerugian yang dialami setelah gempabumi, maka diperlukan langkah mitigasi. Mitigasi adalah suatu upaya untuk mengurangi resiko bencana. Sebelum terjadi gempabumi, diperlukan pengetahuan tentang peta rawan gempa, persiapan peralatan keselamatan, dan perbaikan struktur bangunan. Saat terjadi gempabumi, tetap tenang, hindari kelistrikan, dan berlari ke tempat yang aman. Setelah terjadi gempabumi, tetap waspada akan adanya gempa susulan. (BNPB, 2017).
KESIMPULAN
Pulau Sumatera memiliki potensi yang besar terhadap munculnya gempabumi. Hal ini disebabkan karena adanya zona subduksi di bagian barat Pulau Sumatera, Sesar Semangko, Sesar Mentawai, dan beberapa segmen-segmen sesar. Dengan adanya, sumber-sumber gempabumi ini, rekaman sejarah mencatat beberapa kejadian gempabumi besar yang banyak mengakibatkan korban jiwa, kerugian fisik, dan ekonomi. Hal ini tentu saja menjadi perhatian untuk penduduk Pulau Sumatera agar lebih waspada dan memahami langkah mitigasi, sehingga dapat meminimalisir resiko bencana gempabumi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, M.R., dkk. (2016). Resiko Bencana Indonesia. Jakarta: BNPB.
BNPB. (2017). Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh menghadapi Bencana. Jakarta: BNPB.
Martianto, H. (2007). "Potensi Kerusakan Gempabumi akibat Pergerakan Patahan Sumatera di Sumatera Barat dan Sekitarnya". Bandung: UPI.
Rahadi, S. (2009). "Studi Seismotektonik sebagai Indikator Potensi Gempabumi di Wilayah Indonesia". Jakarta: Jurnal Meteorologi dan Geofisika.
Tim Pusat Studi Gempa Nasional. (2017). Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Bandung: Pusat Studi Gempa Nasional.
Zen, dkk. (2009). Mengelola Resiko Bencana di Negara Maritim Indonesia. Bandung: ITB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H